Pada suatu hari seekor kelinci dan seekor kepiting bersama-sama menanam wortel. Mula-mula mereka memilih bibit wortel dan menanamnya. Kemudian mereka merawat tanaman wortel muda, keduanya sangat kompak. Mereka memanen dan memisahkan wortel dari batangnya.
Tiba saatnya untuk membagi hasil panenan itu. Kelinci berkata kepada kepiting, “Lihatlah kedua tumpukan wortel ini. Tumpukan ini kecil dan yang di sebelah sana lebih besar. Ambillah tumpukan besar itu dan aku akan mengambil tumpukan yang lebih kecil.”
Melihat tumpukan kecil itu berisi wortel dan tumpukan kecil hanya berisi batangnya saja, kepiting menjawab, “Terima kasih, temanku, tetapi aku ingin bersikap adil. Kita bagi saja kedua tumpukan ini menjadi dua. Bagaimana menurutmu?”
“Tidak, aku tidak setuju,” kata kelinci, Mari kita berjalan menjauh sebanyak tiga puluh melangkah lalu kita berlomba lari . Siapa yang menang akan mendapat wortel dan yang kalah mendapatkan batangnya. Bagaimana?”
“ Baiklah, cukup adil untukku,” jawab kepiting.
Kelinci gembira karena ia yakin akan memenangkan lomba lari. “Kalau kau menang, kau boleh mengambil semua wortel dan batangnya sekaligus. Kau setuju?” katanya.
“Satu lagi,” kata kelinci, “karena aku tahu kau lebih lambat dariku, kau boleh mendahuluiku sepuluh langkah.”
“Tidak, aku tidak mau,” kata kepiting,” kaulah yang harus mendahuluiku sepuluh langkah. Kau tidak boleh menolak.”
“Baiklah, baiklah,” kelinci menjawab ragu-ragu, tetapi ia gembira dengan usul si kepiting.
Mereka berjalan bersama-sama sejauh tiga puluh langkah. Kelinci mulai lari untuk mendahului kepiting sejauh sepuluh langkah. Tanpa sepengetahuannya, kepiting menjepit ekor kelinci dengan capitnya.
Ketika mereka tiba di tumpukan wortel, kelinci membalikkan badannya untuk melihat kepiting yang dikiranya masih jauh tertinggal di belakangnya. Diam-diam kepiting melepaskan jepitannya dan menjatuhkan diri di atas tumpukan wortel.
“Dimana kau, teman?” tanya kelinci gembira ketika tidak melihat kepiting.
“Aku di sini!” sahut kepiting di belakangnya.
Kelinci terkejut bukan kepalang, tidak percaya apa yang dilihatnya. Kepiting sedang memanjat tumpukan wortel.
“Aku di sini! Aku tiba sebelum kau!”
Pada hari itu untuk pertama kalinya kelinci kalah dalam lomba lari. Ia sangat sedih karena tidak mengerti bagaimana kepiting dapat mengalahkannya. Kepiting pun mendapatkan semua wortel itu.