F-5 (flickr) |
Namun, kali ini ada yang tak biasa. Dua minggu menjelang serangan terbarunya, perwira militer Kenya memperingatkan warga sipil Somalia akan terjadinya serangan udara terhadap 10 kota di Somalia. Peringatan itu sendiri lagi-lagi biasa. Apa yang tak biasa adalah medianya: Twitter.
“BAIDOA, BAADHEERE, BAYDHABO, DINSUR, AFGOOYE, BWALE, BARAWE, JILIB, KISMAYO dan AFMADHOW akan terus diserang,” demikian bunyi Tweet Mayor Emmanuel Chirchir, jurubicara militer Kenya, Selasa sore (1/11). Dalam wawancara dengan BBC, Chirchir menyatakan bahwa serangan itu ditujukan kepada kamp kelompok ‘ekstrimis’ Al-Shabaab di sejumlah kota tersebut.
“Angkatan Bersenjata Kenya meminta siapa pun bersama kerabat dan teman di 10 kota itu untuk memberi tahu mereka,” kata Chirchir dalam Tweet berikutnya. Seakan rakyat negara termiskin di dunia itu memiliki akun Twitter atau akses internet yang andal.
Namun, “peringatan” itu datang terlambat. Minggu (31/10), F-5 Kenya menebar murka atas tempat yang diduga basis ‘ekstrimis’ di dekat Jilib. Lima warga sipil dilaporkan tewas dalam serangan itu. Dalam Tweet lain, Mayor Chirchir malah menyalahkan kematian warga sipil kepada Al-Shabaab. Menurut dia, kelompok itu menembakkan senjata anti-pesawat ZSU-23 secara membabi-buta dekat sebuah kamp pengungsi.
Angkatan Udara Kenya dikenal sangat tak berpengalaman dan ceroboh, bahkan dalam standar militer di Afrika Timur. AU Kenya memiliki sekitar 18 unit F-5 buatan AS pada 1970-an. Dua di antaranya sudah hancur dalam pertempuran di Somalia.
Serangan tersebut merupakan bagian dari Operasi Linda Nchi. Dimulai pada 16 Oktober, operasi ini bertujuan memburu Al-Shabaab. Serangan pasukan Kenya melintas batas, alias invasi. Mereka masuk ke wilayah Selatan Somalia. Kelompok militan itu dituduh menculik sejumlah wisatawan dan pekerja kemanusiaan asing di perbatasan Kenya-Somalia.
Kenya mengklaim Perancis dan AS juga ikut serta dalam Operasi Linda Nchi. Namun, Washington membantah punya peran dalam invasi Kenya. Sejumlah laporan menguatkan klaim keterlibatan AS. Pesawat tak berawak militer AS secara rahasia melancarkan serangkaian serangan dari pangkalan di Ethiopia. Serangan, sebagian besarnya, menargetkan basis Al-Shabaab di kota pelabuhan Kismaayo.
“Kami memberi bantuan secara terbuka melalui angkatan laut, angkatan darat, dan angkatan udara Kenya untuk waktu yang lama, dan kami akan terus melakukan itu. Kami tidak (ikut) di Somalia. Dukungan kami hanya melalui peralatan,” bantah Duta Besar AS untuk Kenya Scott Gration.
Invasi Kenya dinilai semakin memperparah situasi di Somalia. Kelompok kemanusiaan Oxfam memperingatkan bahwa invasi Kenya akan mempersulit penyaluran bantuan. Apalagi, kelaparan akut sedang melanda Somalia.
Meskipun mengklaim hendak memburu gerilyawan Al-Shabaab yang menculik turis, jurubicara pemerintah Kenya Alfred Mutua mengakui, pada 26 Oktober, bahwa invasi telah direncanakan sejak berbulan-bulan sebelumnya.
Invasi, seperti dilaporkan The New York Times, berkaitan dengan kepentingan ekonomi jangka panjang. Nairobi punya ambisi membangun pelabuhan besar di Lamu. Pelabuhan itu akan terhubung dengan Sudan Selatan yang kaya minyak dan Ethiopia melalui jalan, kereta api, dan pipa minyak.
Masalahnya, wilayah itu berbatasan dengan daerah yang menjadi basis kelompok militan. Mereka terusir dari Mogadishu oleh pasukan gabungan Uni Afrika dukungan AS.
Bagi AS, inilah kali kedua negara itu menggunakan tangan pasukan negara lain untuk menginvasi Somalia. Sebelumnya, pada 2006, Ethiopia menjalani peran Kenya menginvasi Somalia. Ethiopia berhasil mendirikan pemerintahan “boneka” AS di Mogadishu setelah dua tahun menumpahkan darah rakyat Somalia.
Petualangan Kenya sangat mungkin manapaktilasi jalan naas invasi Ethiopia. Meskipun mampu merebut Mogadishu dengan mudah, Ethiopia tidak mampu menguasai Somaia secara penuh. Mereka dipaksa mundur beberapa bulan kemudian. Invasi itu memakan korban ratusan tentara Ethiopia, membangkrutkan ekonomi mereka, dan mendemoralisasi kebanggaan militer mereka.
Bahkan, Abang Sam pun pernah dipaksa mundur dari Somalia pada 1992. Ketika itu, mereka kalah memalukan setelah invasi mereka berbuah bencana.
Somalia boleh miskin dan kelaparan. Tapi, negeri ini masih tetap sulit ditaklukkan oleh penjajah asing. (Jemala)