Pasti masih ingat kan, tempat-tempat kenangan, makanan favorit, panggilan sayang untuk dan dari si mantan, sampai sejauh atau seserius apa hubungan kalian dulu? Setelah berpisah dan menemukan kehidupan baru, pernahkah membahasnya dengan pasangan sekarang?
Komunikasi dan keterbukaan adalah dua faktor utama untuk menjaga kelanggengan sebuah hubungan. Tapi, dua hal itu bukan berarti tak memiliki batas. Komunikasi yang kelewat intens dan terlalu terbuka pada pasangan terbukti justru memicu konflik baru. Norton, perusahaan penyedia jasa keamanan komputer dan internet, sendiri mengungkapkan makin banyaknya pasangan yang saling berbagi password email dan akun jejaring sosial, sehingga potensi pertengkaran akibat isi email dan jejaring sosial makin besar.
Bukan cuma meributkan komunikasi pasangan dengan teman-teman di jejaring sosial atau rekan kerja, lho, tapi juga tentang hubungan di masa lalu yang kemesraannya masih bisa dilacak lewat email atau direct message. Olga (28 tahun, pengajar daycare) mengakuinya, “Aku suka sebal tiap lihat email pacar dan mantannya dulu dan kadang kebawa, jadi membanding-bandingkannya dengan hubunganku dan dia sekarang.”
Begitu juga dengan Ninu (26 tahun, merchant officer) yang mengatakan ia dan tunangan saling terbuka, termasuk menceritakan semua masa lalu mereka. Tapi, rupanya itu belum cukup bagi Ninu. “Kami memang berkomitmen lebih baik tahu dari pengakuan pasangan sendiri, walaupun menyakitkan, daripada suatu saat nanti harus tahu dari orang lain. Tapi ya, biasa perempuan kan, suka penasaran. Pengakuan dari mulut kurang meyakinkan, jadinya sempat mencoba melacak dari jejaring sosial,” ungkapnya.