Selain meredam pemanasan global yang mengancam dunia akibat berkurangnya daya serap karbondioksida, program Gerakan Selamatkan Pesisir juga merupakan upaya meningkatkan ketahanan pangan karena pangan adalah kebutuhan dasar.
"Peningkatan produk pangan hewani akan mencerdaskan generasi muda bangsa, termasuk di antaranya produk perikanan," kata Presiden SBY.
Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Dari hasil penelitian, jumlah pulau di Indonesia sebanyak 17 ribu lebih dengan garis pantai pesisir panjang sekali, nomor dua terpanjang di dunia setelah Kanada. Dengan keberadaan pesisir yang panjang itu, kehidupan di sepanjang pesisirnya pun besar. "Komunitas, desa nelayan, kota, dan perkampungan juga perlu diperhatikan. Apalagi negara ini rawan gempa dan tsunami. Bupati dan wali kota yang punya pesisir segera mengantisispasinya dengan menanam bakau, membuat tanggul, dan menyediakan tempat pengungsian," katanya.
Penyelamatan pesisir dalam arti luas, kata Presiden, juga dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan, terkait fasilitas sosial bagi masyarakat kampung nelayan. Seperti pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), sekolah, juga sarana diversifikasi usaha nelayan dengan membangun koperasi. "Harus ada konsep perikanan plus dan kehidupan nelayan plus dalam program gerakan penyelematan pesisir," katanya.
Kehilangan Pulau
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan (DKP) Freddy Numberi yang hadir dalam pembukaan tersebut mengatakan kepala daerah harus menyiapkan rencana aksi penyelamatan pesisir. Termasuk mempersiapkan pengelolaan pulau-pulau kecil dengan baik agar tidak terjadi kehilangan pulau akibat rusaknya pesisir.
Buktinya 24 pulau di Indonesia hilang dalam waktu 10 tahun terakhir dari 17.864 pulau, sekarang tinggal 17.840 pulau. "Itu setelah dilaksanakan mitigasi pihak kami (Departemen Kelautan dan Perikanan, red), daerah mana tahu sebelumnya," kata Freddy ditemui di sela-sela pemecahan rekor MURI makan ikan dengan peserta terbanyak usai pembukaan peringatan puncak HPS, kemarin.
Hilangnya pulau-pulau itu akibat dari bencana tsunami di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam salah satunya. Akan tetapi, ada juga karena alasan lainnya seperti eksplorasi pasir berlebihan di Pulau Sebait, Provinsi Riau. Hal yang sama juga terjadi pada pulau-pulau di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Untuk itu DKP akan melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap hilangnya pulau-pulau kecil dilakukan serentak di Indonesia, terutama kawasan rentan. "Dalam waktu dekat ini DKP bekerja sama wali kota Jakarta Utara melaksanakan program itu," kata Menteri.
Terkait dengan isu pemanasan global, negara lain bahkan telah mengapresiasi Indonesia dalam penyelamatan pesisir pulau. Melalui laut terumbu karang dan mangrove dapat menyerap karbondioksida. Pada kawasan terumbu karang yang dikembangkan di Indonesia seluas 37,5 kilometer persegi, mampu menyerap 245,6 juta CO2 per tahun. "Target tahun 2010 mengembangkan 10 juta hektare dan diharapkan dapat menyerap CO2 sampai dua atau tiga kali lipat lagi," katanya.(sumber: lampungpost)