Pejabat-pejabat senior Pentagon, dengan demikian jelas mencerminkan kebijakan pemerintahan yang lebih luas, menggunakan sebuah arahan singkat off-the-record Pentagon untuk mengubah insiden 6 Januari antara AS-Iran di Selat Hormuz menjadi suatu kisah sensasional yang mempertunjukkan keagresifan militer Iran. Sebuah rekonstruksi terhadap kejadian-kejadian yang mengikutinya akan menunjukkan hal itu.
Berita-berita media yang awal tentang peristiwa itu—semuanya dapat dilacak kepada sebuah arahan singkat yang disampaikan oleh deputi asisten menteri pertahanan untuk urusan publik yang bertanggung-jawab atas operasi media, Bryan Whitman—berisikan informasi yang serupa yang sejak awal telah ditolak pihak Angkatan Laut AS sendiri.
Lalu AL AS merilis sebuah video pendek yang ke dalamnya telah digabungkan audio dari panggilan telepon yang memperingatkan bahwa kapal perang AS akan “meledak” dalam “beberapa saat”. Meskipun itu tampaknya merupakan produksi AL sendiri, kami telah mempelajari bahwa keputusan terakhir atas isinya ditetapkan oleh pejabat-pejabat puncak Departemen Pertahanan (AS).
Pertemuan antara lima perahu motor cepat kecil yang kelihatannya tidak bersenjata, masing-masing membawa kru dari dua hingga empat orang, dengan tiga kapal perang AS terjadi pada pagi hari, 6 Januari, waktu Washington. Namun, tidak ada informasi yang diberikan kepada publik mengenai peristiwa itu selama lebih dari 24 jam. Ini menunjukkan bahwa peristiwa itu pada awalnya tidak dipandang sebagai hal yang sangat urgen.
Alasan tidak adanya informasi publik mengenai peristiwa itu selama lebih daripada satu hari penuh adalah karena hal itu tidak berbeda dengan banyak peristiwa lainnya di Teluk Persia selama lebih daripada satu dekade. Seorang konsultan pentagon, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada IPS bahwa ia telah berbicara dengan para perwira yang pernah mengalami pertemuan-pertemuan serupa dengan perahu-perahu kecil Iran sepanjang tahun 1990-an, dan bahwa peristiwa-peristiwa seperti itu “bukanlah suatu ancaman utama bagi AL.”
Hanya dua minggu sebelumnya, pada 19 Desember, USS Whidbey Island, sebuah kapal perang ampibi, telah melakukan tembakan peringatan setelah sebuah perahu kecil Iran diduga mendekatinya dengan kecepatan tinggi. Namun, peristiwa itu berlalu tanpa sama sekali pemberitahuan publik.
Dengan laporan-laporan dari komandan Armada Kelima, Admiral Kevin Cosgriff, sudah berada di tangan mereka sejak pagi itu, maka para pejabat puncak Pentagon memiliki waktu satu hari penuh pada 6 Januari itu, untuk mendiskusikan apa yang harus diperbuat terhadap peristiwa di Selat Hormuz. Hasilnya adalah keputusan untuk memainkannya sebagai sebuah insiden yang utama.
Keputusan datang tepat ketika President George W. Bush hendak melakukan perjalanan Timur Tengah yang dimaksudkan sebagiannya untuk mengajak negara-negara Arab agar bergabung dengan Amerika Serikat dalam koalisi anti-Iran.
Keputusan di Washington itu diikuti oleh siaran pers dari komandan Armada Kelima mengenai peristiwa itu pada sekitar pukul 4 pagi waktu Washington, 7 Januari. Itu adalah untuk pertama kalinya Armada Kelima mengeluarkan sebuah siaran pers mengenai satu insiden dengan perahu-perahu kecil Iran.
Siaran pers itu melaporkan bahwa “perahu-perahu kecil” Iran “melakukan manuver dengan agresif dalam jarak yang dekat dengan (USS) Hopper (kapal pemimpin konvoi].” Tetapi siaran itu tidak menyatakan bahwa perahu-perahu Iran telah mengancam kapal-kapal AS atau bahwa kapal AS nyaris saja menembak perahu-perahu Iran.
Sebaliknya, siaran itu justru menunjukkan bahwa kapal-kapal perang AS tampak menangani peristiwa itu seperti rutinitas belaka. “Mengikuti prosedur-prosedur standar,” siaran itu berkata. Hopper mengeluarkan peringatan seraya berupaya melakukan komunikasi-komunikasi dengan perahu-perahu kecil itu dan melakukan manuver mengelak.
Siaran pers itu tidak menyebutkan bahwa sebuah kapal AS hampir menembak perahu-perahu Iran, atau mengenai ancaman yang mengatakan bahwa kapal-kapal AS akan “meledak dalam beberapa menit,” seperti yang kemudian dilaporkan banyak berita, atau mengenai benda yang dijatuhkan pada jalur kapal AS sebagai sebuah bahaya yang potensial.
Namun demikian, siaran pers itu diabaikan oleh media-media pemberitaan, karena pada Senin paginya, Pentagon memberikan arahan pers kepada koresponden-korespondennya dengan kisah yang sangat berbeda dari peristiwa itu.
Pada pukul 9 pagi, Barbara Starr dari CNN melaporkan “pejabat-pejabat militer” telah bekata kepadanya bahwa perahu-perahu Iran bukan hanya melakukan “manuver-manuver yang mengancam” tetapi juga telah memancarkan pesan lewat radio bahwa, “I am coming at you” and “you will explode”. Dia juga melaporkan berita dramatis bahwa salah satu komandan kapal perang AS “sedang dalam proses memberi perintah untuk menembak (perahu-perahu Iran) ketika akhirnya perahu-perahu itu berputar.”
CBS News menyiarkan cerita yang sama, dan menambahkan detail yang lain bahwa perahu-perahu Iran menjatuhkan “kotak-kotak yang mungkin telah diisi dengan bahan-bahan peledak ke dalam air.” Saluran-saluran berita lainnya membawakan riwayat yang hampir serupa tentang peristiwa itu.
Sumber epidemi kisah-kisah itu sekarang dapat dikenali sebagai Bryan Whitman, pejabat puncak Pentagon yang bertanggung-jawab atas hubungan media, yang memberi arahan singkat kepada wartawan-wartawan Pentagon pada pagi itu. Meskipun Whitman menyampaikan beberapa keterangan, sebagian besar dari arahan singkatnya justru off the record, yang berarti bahwa ia tidak bisa dikutip sebagai sebuah sumber.
Namun demikian, dalam sesuatu yang tampak sebagai kesalahan, pagi itu sebuah berita Associated Press mengutip Whitman sebagai sumber untuk pernyataan bahwa kapal-kapal AS hampir menembak ketika perahu-perahu Iran berputar dan mengubah arah—satu bagian dari cerita tentang insiden itu yang wartawan-wartawan lainnya hubungkan dengan seorang pejabat Pentagon yang anonim.
Pada 9 Januari, AL merilis cuplikan sebuah video mengenai peristiwa itu, di mana sebuah suara asing—suara yang jelas sangat berbeda dari suara petugas Iran yang menghubungi kapal AS di dalam video Iran—muncul mengancam kapal-kapal perang AS.
Sebuah rekaman audio yang terpisah dari suara itu, yang datang lewat saluran VHS yang terbuka bagi siapa pun dengan akses kepadanya, disatukan ke dalam sebuah video yang sebenarnya tidak memiliki suara itu. Itulah sebuah keputusan politik, dan Letkol Markus Ballesteros dari Kantor Urusan Publik Pentagon mengatakan kepada IPS keputusan terhadap apa yang harus dimasukkan ke dalam video itu adalah “keputusan kolaboratif antara kepemimpinan di sini (Pentagon), kepemimpinan di Central Command, dan para komandan AL di lapangan.”
“Kepemimpinan di sini”, tentu saja, merujuk kepada menteri pertahanan dan para penentu kebijakan lainnya di departemen itu. Seorang pejabat Kantor Informasi AL AS di Washington, yang minta namanya tidak disebutkan karena sensitivitas isu ini, mengatakan keputusan tersebut dibuat di kantor menteri pertahanan.
Keputusan tersebut beresiko tinggi karena orang-orang di dalamnya jelas terlibat dalam sebuah upaya penyesatan informasi. Seorang perwira pada markas besar Angkatan Kelima di Bahrain mengatakan kepada IPS, bahwa sudah umum diketahui di antara para petugas di sana (Teluk Persia) bahwa para penyusup—seringkali dikenal sebagai “Monyet Filipina”—sering mengintervensi saluran VHF antarkapal untuk membuat ancaman-ancaman atau komentar-komentar tidak sopan.
Salah satu dari ancaman yang populer yang pernah dibuat oleh penyusup seperti itu, menurut jurnalis Inggris Lewis Page, yang berada di Teluk bersama AL Kerajaan Inggris, adalah, “Lihat, aku akan menabrak kamu.”
Pada 11 Januari, jurubicara Pentagon, Geoff Morrell, membantah kisah yang Whitman ciptakan empat hari sebelumnya. “Tak seorang pun di dalam tubuh militer yang mengatakan bahwa transmisi itu berasal dari perahu-perahu (Iran),” kata Morrell.
Unsur-unsur lain dari riwayat itu yang berikan kepada para koresponden Pentagon juga diragukan. Perwira pelaksana kapal penjelajah Port Royal, Kapten David Adler, membantah cerita Pentagon bahwa ia merasa terancam oleh benda yang dijatuhkan ke dalam air. Kepada para wartawan, Adler berkata, “Saya melihatnya mengapung. Benda-benda tidak tampak mengancam bagi saya.”
Para komandan AL sebagian besarnya tampak bertekad untuk menghentikan cerita bahwa mereka nyaris menembak perahu-perahu Iran. Kevin Cosgriff, komandan Armada Kelima, menolak kisah tersebut dalam arahan singkat kepada pers pada 7 Januari. Seminggu kemudian, Komodor Jeffery Yakobus, komandan kapal perusak USS Hopper, berkata kepada para wartawan bahwa perahu-perahu Iran sudah berputar sebelum kapal AS itu bisa memutuskan perlu tidaknya mulai menyerang.
Keputusan untuk memperlakukan insiden 6 Januari sebagai ‘bukti’ dari ancaman Iran mengungkapkan adanya jurang antara kepentingan pejabat-pejabat politik di Washington dengan perwira-perwira AL di Teluk. Ketika ditanya apakah laporan AL mengenai peristiwa itu telah disimpangkan oleh pejabat-pejabat Pentagon, Komodor Robertson menolak berkomentar secara langsung. Tetapi dia berkata, “Ada perspektif yang berbeda di sana.”
Gareth Porter adalah sejarawan, jurnalis investigatif, dan analis politik luar negeri serta kebijakan militer AS. Ia adalah penulis buku tentang sejarah asal-muasal Perang Vietnam, Perils of Dominance, Imbalance of Power and the Road to War in Vietnam.
sumber: IPS