Angkatan Laut AS pada awalnya mengklaim bahwa mereka telah salah mengenali pesawat penumpang sipil itu sebagai salah satu jet tempur F 14 milik Iran, dan menolak mengakui bahwa mereka berada di dalam wilayah perairan Iran.
Namun, investigasi resmi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) menemukan bahwa upaya-upaya kapal penjelajah Angkatan Laut AS itu untuk menghubungi Iran Air 655 diteruskan kepada frekuensi yang salah dan sampai kepada “F-14” Iran yang tidak pernah ada.
Penyelidikan-penyelidikan pemerintah AS kemudian menemukan bahwa, baik IR655 maupun USS Vincennes berada di dalam wilayah perairan Iran pada saat serangan itu terjadi.
Alih-alih mengakui kesalahannya dan mengeluarkan permintaan maaf, pemerintah AS malah menganugerahi orang-orang bertanggung jawab atas kejahatan itu dengan medali-medali kehormatan atas “prestasi heroik” mereka.
“AS punya sejarah panjang dalam berlayar memasuki perairan Iran dan memprovokasi Iran,” kata jurnalis kawakan Reese Erlich, penulis buku The Iran Agenda: The Real Story of US. Policy and The Middle East Crisis. “Ingat pada Juli 3, 1988, USS Vincennes menembak jatuh sebuah pesawat penumpang Iran yang tidak bersenjata dan AS mencoba untuk menutupi semua peristiwa itu. Dalam konteks tersebut, setiap versi AS terhadap banyak peristiwa harus secara hati-hati dikaji. Tampaknya sangat tidak mungkin Iran berencana untuk meledakkan kapal-kapal AS dan mengeskalasi sebuah peristiwa atau bahkan peperangan. Jika AS berusaha untuk membuat propaganda didasarkan atas peristiwa, hal itu mencerminkan kegusaranWashington.”
sumber: truthnews