ISLAMABAD (Berita Nasional/ANTARA News) - Presiden Pervez Musharraf hari Kamis menolak anggapan-anggapan bahwa badan keamanan Pakistan mendalangi pembunuhan Benazir Bhutto dan mengatakan, pemimpin oposisi itu telah diperingatkan mengenai ancaman-ancaman terhadap dirinya dari kelompok muslim garis keras.
Musharraf mengatakan kepada wartawan, pihak berwenang tidak bertanggung jawab atas bobolnya keamanan yang mengarah pada pembunuhan mantan perdana menteri tersebut dalam serangan penembakan dan bom bunuh diri di Rawalpindi pada 27 Desember.
"Dalam tiga bulan terakhir, terjadi 19 serangan bom bunuh diri, sebagian besar ditujukan pada militer, pada intelijen," katanya dikutip Reuters.
"Jika militer dan intelijen yang sama menggunakan orang yang sama untuk menyerang mereka, maka itu menggelikan," katanya.
Musharraf mengatakan, seorang militan yang terkait dengan Al-Qaeda yang ditempatkan di perbatasan Afghanistan, Baitullah Mehsud, mendalangi sebagian besar serangan bom bunuh diri akhir-akhir ini serta serangan terhadap Benazir. Pemmpin oposisi itu telah menyampaikan pernyataan mengenai pentingnya menangani militansi.
Banyak orang Pakistan meyakini bahwa musuh-musuh lain Benazir, mungkin di badan-badan keamanan, terlibat dalam serangan tersebut.
"Saya pikir tidak ada badan intelijen di Pakistan yang bisa mengindoktrinasi seseorang untuk meledakkan dirinya," kata Musharraf.
Pembunuhanb Benazir, seorang saingan lama Musharraf, dan kekerasan yang terjadi kemudian telah meningkatkan keraguan mengenai stabilitas dan peralihan menuju pemerintahan demokratis di Pakistan, negara bersenjatakan nuklir yang menjadi sekutu penting AS dalam perang melawan terorisme.
Pemimpin-pemimpin oposisi telah mendesak Musharraf agar meletakkan jabatan, dan para pengecam menyatakan bahwa presiden tersebut telah menjadi sumber ketidakstabilan.
Musharraf mengatakan, Benazir telah mengabaikan peringatan mengenai bahaya mengadakan pawai di lapangan Rawalpindi.
"Ya, ia sungguh-sungguh telah diberi tahu mengenai ancaman itu," katanya.
"Kami tahu, badan-badan intelijen tahu, ada sebuah ancaman dan kami telah memberi tahu dia agar tidak pergi dan mencegahnya pergi," katanya, menunjuk pada sebuah insiden pada November ketika pihak berwenang melakukan penahanan rumah sesaat terhadap Benazir untuk mencegahnya menghadiri pawai di lapangan itu.
"Kali ini lagi, ia memutuskan untuk pergi dan ia pergi... Ia pergi atas kemauannya sendiri dengan mengabaikan ancaman tersebut," tambahnya.
Musharraf mengatakan, pengamanan sangat ketat di lapangan itu, dengan lebih dari 1.000 polisi yang bertugas dan aparat-aparat kepolisian yang ditempatkan di atap, serta pasukan mobil di sekitar Benazir.(*)
Musharraf mengatakan kepada wartawan, pihak berwenang tidak bertanggung jawab atas bobolnya keamanan yang mengarah pada pembunuhan mantan perdana menteri tersebut dalam serangan penembakan dan bom bunuh diri di Rawalpindi pada 27 Desember.
"Dalam tiga bulan terakhir, terjadi 19 serangan bom bunuh diri, sebagian besar ditujukan pada militer, pada intelijen," katanya dikutip Reuters.
"Jika militer dan intelijen yang sama menggunakan orang yang sama untuk menyerang mereka, maka itu menggelikan," katanya.
Musharraf mengatakan, seorang militan yang terkait dengan Al-Qaeda yang ditempatkan di perbatasan Afghanistan, Baitullah Mehsud, mendalangi sebagian besar serangan bom bunuh diri akhir-akhir ini serta serangan terhadap Benazir. Pemmpin oposisi itu telah menyampaikan pernyataan mengenai pentingnya menangani militansi.
Banyak orang Pakistan meyakini bahwa musuh-musuh lain Benazir, mungkin di badan-badan keamanan, terlibat dalam serangan tersebut.
"Saya pikir tidak ada badan intelijen di Pakistan yang bisa mengindoktrinasi seseorang untuk meledakkan dirinya," kata Musharraf.
Pembunuhanb Benazir, seorang saingan lama Musharraf, dan kekerasan yang terjadi kemudian telah meningkatkan keraguan mengenai stabilitas dan peralihan menuju pemerintahan demokratis di Pakistan, negara bersenjatakan nuklir yang menjadi sekutu penting AS dalam perang melawan terorisme.
Pemimpin-pemimpin oposisi telah mendesak Musharraf agar meletakkan jabatan, dan para pengecam menyatakan bahwa presiden tersebut telah menjadi sumber ketidakstabilan.
Musharraf mengatakan, Benazir telah mengabaikan peringatan mengenai bahaya mengadakan pawai di lapangan Rawalpindi.
"Ya, ia sungguh-sungguh telah diberi tahu mengenai ancaman itu," katanya.
"Kami tahu, badan-badan intelijen tahu, ada sebuah ancaman dan kami telah memberi tahu dia agar tidak pergi dan mencegahnya pergi," katanya, menunjuk pada sebuah insiden pada November ketika pihak berwenang melakukan penahanan rumah sesaat terhadap Benazir untuk mencegahnya menghadiri pawai di lapangan itu.
"Kali ini lagi, ia memutuskan untuk pergi dan ia pergi... Ia pergi atas kemauannya sendiri dengan mengabaikan ancaman tersebut," tambahnya.
Musharraf mengatakan, pengamanan sangat ketat di lapangan itu, dengan lebih dari 1.000 polisi yang bertugas dan aparat-aparat kepolisian yang ditempatkan di atap, serta pasukan mobil di sekitar Benazir.(*)