Iran jatuh ke dalam operasi psikologis AS

Paul Craig Roberts
(Mantan Asisten Menteri Keuangan AS pada masa pemerintahan Ronald Reagan)


Presiden Obama menyerukan kepada pemerintah Iran untuk membiarkan para pengunjuk rasa mengendalikan jalan-jalan di Teheran. Akankah Obama atau presiden AS mana pun membiarkan para pengunjuk rasa mengendalikan jalan-jalan di Washington, DC?

Ada bukti yang lebih objektif bahwa George W. Bush mencuri dua pemilunya daripada yang ada saat ini dari kecurangan pemilu di Iran. Tetapi tidak ada orkestrasi kampanye media untuk mendiskreditkan pemerintah AS.

Pada 16 Mei 2007, London Daily Telegraph melaporkan bahwa pejabat rezim Bush John Bolton mengatakan kepada Telegraph bahwa serangan militer AS ke Iran akan menjadi "pilihan terakhir setelah sanksi ekonomi dan upaya untuk membangkitkan sebuah revolusi populer gagal."

Kita sekarang menyaksikan di Teheran upaya AS untuk "mencoba membangkitkan sebuah revolusi populer" dalam jubah "revolusi warna" yang lagi-lagi diorkestrasikan oleh CIA.

Adalah mungkin perpecahan di antara para mullah sendiri yang diakibatkan ambisi-ambisi rival masing-masing akan membantu dan menghasut apa yang oleh Telegraph (27 Mei 2007) dilaporkan sebagai "rencana CIA untuk kamapanye propaganda dan disinformasi demi menciptakan destabilisasi, dan akhirnya merobohkan kekuasaan teokratis para mullah." Pastinya ini sebuah kenyataan bahwa pemuda-pemuda yang tersekulerisasi di Teheran telah jatuh ke dalam permainan CIA.

Protes Mousavi telah menyiapkan Iran, baik untuk pemerintah boneka AS atau serangan militer. Para mullah berada dalam situasi kalah-kalah. Bahkan jika mereka terus bersama dan menekan protes, legitimasi pemerintah Iran di mata dunia luar telah rusak. Pendekatan diplomatik Obama telah berakhir sebelum dimulai. Para Neocon dan Israel sudah menang.

...Klaim prematur Mousavi sebelum pemungutan suara selesai atau suara dihitung jelas merupakan gerakan mendahului (preemptive move), dengan tujuan mendiskreditkan hasil yang lain. Tidak ada alasan lain untuk membuat klaim seperti itu.

Dalam sistem pemilu Iran, kecurangan tidak memiliki tujuan, karena sekelompok kecil mullah memilih kandidat yang akan diletakkan di dalam surat suara. Jika mereka tidak menyukai seorang kandidat, mereka cukup tidak menempatkan kandidat itu di dalam surat suara.

Ketika pembaharu liberal seperti Khatami mencalonkan diri sebagai presiden, ia menang dengan 70% suara dan memerintah dari 1997-2005. Jika para mullah tidak mencurangi Khatami, rasanya tidak mungkin mereka akan mencurangi figur kemapanan seperti Mousavi, menteri luar negeri yang paling konservatif di pemerintahan, dan didukung oleh tokoh kemapanan lain, Rafsanjani.

Jika Mousavi dinilai sebagai "orangnya" Rafsanjani, maka kenapa "sulit dipercaya" bahwa Ahmadinejad mengungguli Mousavi dengan margin yang sama ketika ia mengalahkan Rafsanjani dalam pemilu sebelumnya?

.....Satu keajaiban mengapa para pemuda di dunia, yang tidak memprotes pemilu curang di tempat lain, justru menjadi sangat terobsesi dengan Iran.
◄ Newer Post Older Post ►