Informasi ini berasal dari sumber-sumber intelijen di Asia bahwa pihak berwenang Indonesia pada medio September berhasil menangkap seorang peneliti H1N1 asal Jepang yang berusaha meninggalkan bandara di Surabaya (ada kemungkinan yang dimaksud adalah Bandara Juanda), Jawa Timur, dengan membawa sampel-sampel genetik RNA H1N1.
Sebelumnya, Departemen Kesehatan Indonesia melarang transfer sampel H1N1 yang berasal manusia ke negara lain. Pada 2007, Departemen Kesehatan melarang pengumpulan sampel flu burung H5N1 oleh US Naval Medical Research Unit 2 (NAMRU-2) di Jakarta. Ada keyakinan bahwa koleksi sampel itu dilakukan semata-mata demi kepentingan perusahaan-perusahaan farmasi AS dalam memproduksi vaksin.
Sang peneliti Jepang itu itu terkait dengan penelitian flu babi H1N1. Virus H1N1 banyak ditengarai para saintis sebagai hasil dari manipulasi genetik terhadap materi genetik pandemi yang ditemukan pada 1918 dalam tubuh jenazah seorang perempuan Inuit di Brevig Mission, Alaska, dan sepihan genetik dari dua bentuk flu babi, dua bentuk flu manusia, dan salah satu bentuk flu burung. Manipulasi ini diduga dilakukan di University of Wisconsin di Madison. Peneliti Jepang itu dilaporkan coba menutupi barang bawaannya yang berisi materi genetik H1N1 manusia dalam botol yang bertuliskan "zoonotic material," yang berarti 'penyakit yang menyebar dari hewan ke manusia'.
Pemerintah Indonesia dikabarkan menyalahkan Pusat Penelitian Penyakit Tropis di Universitas Airlangga atas ekspor ilegal materi H1N1 itu, namun tampaknya usaha ini hanya semata mencari kambing hitam - dengan cara yang sama ilmuwan Bruce Ivins dari US Army Medical Research Institute for Infectious Diseases juga dipersalahkan oleh FBI karena dituduh menyebarkan virus antraks melalui sistem pos AS - tuduhan yang berdasarkan atas bukti yang kabur.
Klaim pemerintah Indonesia didasarkan pada kenyataan bahwa peneliti Jepang yang tertangkap di bandara itu mengaku bahwa sampel H1N1 tersebut milik Universitas Airlangga. Pihak universitas membantah tuduhan ini. Ekspor ilegal materi genetik H1N1 melibatkan tim peneliti yang bekerja pada penelitian H1N1 di Tokyo University.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada vaksin H1N1, sebagian ahli dari komunitas riset virologi telah menyimpulkan bahwa vaksin H1N1 kurang ketat dan pengujian. Akibatnya, vaksin telah mengakibatkan beberapa efek samping, dan sejumlah kematian telah dilaporkan terjadi terhadap orang-orang yang telah menerima vaksin itu.