Musik tradisonal sangat dihargai di luar negeri. Bahkan, saat anak muda Indonesia asyik dengan musik modern dan populer, Daniel, mahasiswa asal Meksiko, malah terpukau oleh suara gamelan.
Menurut Daniel, ia pertama kali mendengar suara gamelan ketika diajak temannya ke Loka Budaya di KBRI yang ada di Meksiko. Saat itu teman satu kampusnya itu sedang mempersiapkan pementasan gamelan Jawa.
"Waktu pertama kali, saya tidak tahu musik gamelan itu gimana. Saya diajak melihat mereka yang sedang latihan untuk pementasan. Saat mendengar suara gamelan, saya sangat suka suaranya," kata Daniel.
Keindahan suara gamelan melekat di hati Daniel. Dia mulai mencari informasi sebanyak-sebanyaknya tentang gamelan Jawa. Tidak hanya mencari lewat internet, Daniel pun ikut bergabung dengan komunitas gamelan Jawa yang ada di KBRI.
Selama lima tahun mahasiswa Escuela Nacional de Musica (ENM), Universidad Autonoma de Mexico, ini mendalami gamelan Jawa di komunitasnya. Saat ini dia mendapat kesempatan mendalami gamelan Jawa dan gamelan Sunda di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Bandung. Daniel terpilih sebagai mahasiswa pertukaran pelajar mahasiswa Indonesia-Meksiko.
"Saya tinggal satu tahun lagi di sini. Kalau nanti balik ke Meksiko, saya ingin menyelenggarakan konser gamelan di negara saya," ujar dia.
Selain gamelan Jawa dan Sunda, Daniel juga pernah mempelajari gamelan Bali. Saat mengikuti Kemah Bahasa dan Sastra SMA se-Lampung di SMAN Gadingrejo, Daniel mengaku sangat tertarik dengan suara gamolan peghing (cetik). Dia juga sangat menikmati tari dan nyanyian Lampung. "Ada khasnya, menarik," kata Daniel.
Pada acara itu Daniel menampilkan seni dan budaya daerahnya. Dia membawakan lagu Spanyol sambil memetik gitar dalam nada espanola Mexicana, berkolaborasi dengan musik gamelan Jawa yang dimainkan guru kesenian SMAN 1 Gadingrejo, Sutoto.
Menurut Daniel, untuk mendalami suatu alat musik, dia membutuhkan waktu yang cukup lama. Gamolan peghing sangat khas dan masih baru di telinganya, berbeda dengan gamelan Jawa dan gamelan Sunda yang memiliki kemiripan dalam nada.
Untuk mempelajari gamelan Lampung, Daniel harus melakukan survei, mendengarkan musik lewat kaset, dan mempraktekkannya dalam jangka waktu tertentu.
"Menarik. Tapi belajar gamelan Lampung (gamolan peghing, red) ini tidak bisa sebentar, harus survei dulu, dengerin kaset," kata pemuda yang mengaku masih jomlo ini.
Nah, apakah Daniel tertarik menikah dengan perempuan Indonesia yang pintar bermain musik tradisional? Daniel tertawa keras dan menjawab dengan anggukan pasti "Mau, tapi tidak harus, tidak dicari-cari, siapa jodohnya saja," kata dia.
Tapi, setidaknya, kalaupun Daniel kepincut dan ingin menikah dengan perempuan Indonesia, dia sudah memiliki banyak bekal. Selain piawai bermain gamelan, pintar berbahasa Indonesia, Daniel juga sangat menyukai sayur asem, lalap, tempe, dan ikan.(sumber: lampungpost)
Menurut Daniel, ia pertama kali mendengar suara gamelan ketika diajak temannya ke Loka Budaya di KBRI yang ada di Meksiko. Saat itu teman satu kampusnya itu sedang mempersiapkan pementasan gamelan Jawa.
"Waktu pertama kali, saya tidak tahu musik gamelan itu gimana. Saya diajak melihat mereka yang sedang latihan untuk pementasan. Saat mendengar suara gamelan, saya sangat suka suaranya," kata Daniel.
Keindahan suara gamelan melekat di hati Daniel. Dia mulai mencari informasi sebanyak-sebanyaknya tentang gamelan Jawa. Tidak hanya mencari lewat internet, Daniel pun ikut bergabung dengan komunitas gamelan Jawa yang ada di KBRI.
Selama lima tahun mahasiswa Escuela Nacional de Musica (ENM), Universidad Autonoma de Mexico, ini mendalami gamelan Jawa di komunitasnya. Saat ini dia mendapat kesempatan mendalami gamelan Jawa dan gamelan Sunda di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Bandung. Daniel terpilih sebagai mahasiswa pertukaran pelajar mahasiswa Indonesia-Meksiko.
"Saya tinggal satu tahun lagi di sini. Kalau nanti balik ke Meksiko, saya ingin menyelenggarakan konser gamelan di negara saya," ujar dia.
Selain gamelan Jawa dan Sunda, Daniel juga pernah mempelajari gamelan Bali. Saat mengikuti Kemah Bahasa dan Sastra SMA se-Lampung di SMAN Gadingrejo, Daniel mengaku sangat tertarik dengan suara gamolan peghing (cetik). Dia juga sangat menikmati tari dan nyanyian Lampung. "Ada khasnya, menarik," kata Daniel.
Pada acara itu Daniel menampilkan seni dan budaya daerahnya. Dia membawakan lagu Spanyol sambil memetik gitar dalam nada espanola Mexicana, berkolaborasi dengan musik gamelan Jawa yang dimainkan guru kesenian SMAN 1 Gadingrejo, Sutoto.
Menurut Daniel, untuk mendalami suatu alat musik, dia membutuhkan waktu yang cukup lama. Gamolan peghing sangat khas dan masih baru di telinganya, berbeda dengan gamelan Jawa dan gamelan Sunda yang memiliki kemiripan dalam nada.
Untuk mempelajari gamelan Lampung, Daniel harus melakukan survei, mendengarkan musik lewat kaset, dan mempraktekkannya dalam jangka waktu tertentu.
"Menarik. Tapi belajar gamelan Lampung (gamolan peghing, red) ini tidak bisa sebentar, harus survei dulu, dengerin kaset," kata pemuda yang mengaku masih jomlo ini.
Nah, apakah Daniel tertarik menikah dengan perempuan Indonesia yang pintar bermain musik tradisional? Daniel tertawa keras dan menjawab dengan anggukan pasti "Mau, tapi tidak harus, tidak dicari-cari, siapa jodohnya saja," kata dia.
Tapi, setidaknya, kalaupun Daniel kepincut dan ingin menikah dengan perempuan Indonesia, dia sudah memiliki banyak bekal. Selain piawai bermain gamelan, pintar berbahasa Indonesia, Daniel juga sangat menyukai sayur asem, lalap, tempe, dan ikan.(sumber: lampungpost)