Per 22 Maret 2011, Badan Energi Atom International (IAEA) mengumumkan bahwa level radiasi dalam radius 20 km dari PLTN No. 1 Fukushima (Fukushima Daiichi) telah mencapai 1.600 kali dari level normal. Data yang dikumpulkan IAEA menunjukan bahwa level radiasi 161 microsievert per jam telah terdeteksi di kota Namie, Fukushima Prefektur.
Sebab utama kesulitan para operator PLTN Fukushima Daiichi mengendalikan reaktor-reaktornya hingga kini masih gelap. Problem pertama menyusul terjadinya gempa dilaporkan adalah berupa kegagalan sistem “automatic shutdown” pada beberapa reaktor, sejak pompa-pompa air pendingin reaktor tidak berfungsi dan katup-katup tidak terbuka meski baterai masih berfungsi.
Uniknya, pola kegagalan sistemik itu mirip dengan yang ditimbulkan oleh Stuxnet pada Reaktor Nuklir Busher di Iran.
Stuxnet? Makhluk apakah dia?
Berikut ini kira-kira Wikipedia menjelaskan.
Stuxnet adalah worm komputer Windows yang ditemukan pada Juli 2010. Ia menargetkan perangkat-perangkat lunak dan peralatan industri. Ia adalah malware pertama yang pernah ditemukan mampu memata-matai dan menyabotase sistem industry, dan yang pertama menyertakan programmable logic controller (PLC).
Worm ini awalnya menyebar tanpa pandang bulu, dan juga meliputi muatan malware yang dirancang sangat khusus untuk menargetkan secara khusus sistem Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) milik perusahaan Jerman Siemens yang dikonfigurasi untuk mengendalikan dan memantau proses industri yang spesifik.
Stuxnet dilaporkan menargetkan lima lembaga di Iran, dengan kemungkinan target adalah infrastruktur pengayaan uranium di Iran. Symantec mencatat pada Agustus 2010 bahwa 60% dari komputer yang terinfeksi Stuxnet di seluruh dunia adalah di Iran. Worm ini menyebabkan kerusakan pada program nuklir Iran, yang menggunakan peralatan Siemens yang diperoleh secara klandestin. Kaspersky Labs menyimpulkan bahwa serangan canggih ini hanya bisa dilakukan “dengan dukungan negara”, dan berspekulasi bahwa Israel mungkin terlibat di dalamnya.
Di bawah ini adalah penjelasan dari New Scientist tentang Stuxnet:
...ini adalah bentuk pertama dari malware yang sejauh ini mampu memasuki jenis komputer yang mengendalikan mesin di jantung industri, memungkinkan hacker untuk mengambil kendali ... Dalam skenario terburuk, sistem keselamatan bisa dimatikan pada pembangkit listrik tenaga nuklir...
...peralatan yang digunakan dalam proses industri dikendalikan oleh sistem, yang terpisah dan total yang disebut programmable logic controller (PLC) yang menjalankan perangkat lunak supervisory control and data acquisition (SCADA).
Stuxnet mengeksploitasi empat kerentanan di dalam Microsoft Windows untuk memberikan hacker kemampuan jarak jauh dalam menyuntikkan kode berbahaya ke PLC yang dibuat oleh konglomerasi elektronika Jerman Siemens.
Seorang blogger Mike Rivero pada WhatReallyHappened mengajukan perkiraan skenario terburuk sebagai berikut.
- Israel dan AS membuat Stuxnet.
- Stuxnet ini digunakan untuk menghancurkan stasiun tenaga nuklir Iran.
- Tapi Stuxnet lari dari target yang diinginkan dan menyebar ke seluruh Asia!
- Stuxnet ditemukan di Jepang Oktober 2010, mungkin masih menyebar dan telah menyabotase pembangkit listrik tenaga nuklir Jepang.
- Stuxnet menagetkan perangkat lunak pengendali buatan Siemens.
- Kepala IAEA baru bulan lalu memperingatkan bahwa Stuxnet bisa menjadi ancaman bagi semua stasiun tenaga nuklir di seluruh dunia!
- Fukushima menggunakan perangkat pengendali Seimens yang menjadi sasaran Stuxnet!
Jika ini benar, maka pertanyaannya adalah: apakah kita semua akan di-hacked sampai mati oleh Israel?