Cerita Cinta - Kisah ini adalah salah satu kisah kelam dalam hidupku, kutuliskan agar mendapat hikmah bagi para pembaca
Aku menjalin hubungan dengan seorang wanita yg sudah berkeluarga, aku sendiripun tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Pada awalnya aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak saja.
Mungkin benar kata pepatah jawa “tresno jalaran soko kulino”, mungkin karena terlalu sering berjumpa dan ngobrol membuat kami berdua jatuh cinta. Walaupun bincang-bincang kami pada awalnya hanya melalui ponsel saja tetapi rasanya rindu dan selalu ingin menelponnya setiap hari.
Barangkali si mbak ku ini juga merasa kesepian karena suaminya sering keluar kota. Jadi Mbak merasa leluasa ngobrol sebebasnya denganku sampai larut malam.
Hubungan via ponsel dengan Mbak berlangsung lama hingga suatu hari kami sepakat untuk bertemu dan jalan-jalan berdua. Sikapnya yang aneh dan perhatiannya yang begitu besar kepadaku membuatku hanyut dan menikmati saat-saat itu.
Hari itu, dia mengatakan sangat bahagia dan saat kudaratkan ciuman ke keningnya dia tidak menolak dan bahkan dia memejamkan dua metanya tanda kalau dia menyukaiku.
Sejak pertemuan pertama itu, kami semakin sering bertemu dan hubungan kami tidak lagi sekedar jalan-jalan saja tetapi sudah layaknya suami istri. Kami melakukan hubungan itu tanpa rasa canggung lagi.
Hingga suatu hari, apa yang selama ini aku takutkan akhirnya terjadi. Saat suatu malam saat aku sedang asik sms an dengan Mbak, tiba-tiba dering telpon masuk dari nomor Mbak. Tanpa pikir panjang aku langsung mengangkatnya tetapi suaru yang ku dengar bukan suara Mbak tapi suara laki-laki yang tak lain adalah suaminya.
Bukan kepalang kagetnya aku dan belum hilang kagetku aku masih harus masih menjawab serentetan pertanyaan darinya dan dari belakang telepon kudengar suara Mbak meminta maaf, suara tangisanya terdengar..
Dengan berbagai alasan aku mengelak semua tuduhannya tapi dia tak pernah percaya telpon pun terputus.
Sejak malam itu aku tak bisa berhubungan lagi dengannya, karena dia enggak masuk kerja dan telepon juga tidak pernah aktif. Hingga suatu hari, aku dapat telepon darinya dengan memohon maaf dan ucapan perpisahan darinya sungguh tak sanggup aku menerimanya..
Hidupku serasa pincang dengan hilangya dia dari hidupku, enggak ada semangat yang terpancar dari diriku sedikitpun, tapi aku mulai menerima semua demi kebahagianya bersama keluarga yang telah dipilihnya,….semoga bahagia.. maafkan smua kesalahanku
Andi – Bogor
Aku menjalin hubungan dengan seorang wanita yg sudah berkeluarga, aku sendiripun tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Pada awalnya aku hanya menganggapnya sebagai seorang kakak saja.
Mungkin benar kata pepatah jawa “tresno jalaran soko kulino”, mungkin karena terlalu sering berjumpa dan ngobrol membuat kami berdua jatuh cinta. Walaupun bincang-bincang kami pada awalnya hanya melalui ponsel saja tetapi rasanya rindu dan selalu ingin menelponnya setiap hari.
Barangkali si mbak ku ini juga merasa kesepian karena suaminya sering keluar kota. Jadi Mbak merasa leluasa ngobrol sebebasnya denganku sampai larut malam.
Hubungan via ponsel dengan Mbak berlangsung lama hingga suatu hari kami sepakat untuk bertemu dan jalan-jalan berdua. Sikapnya yang aneh dan perhatiannya yang begitu besar kepadaku membuatku hanyut dan menikmati saat-saat itu.
Hari itu, dia mengatakan sangat bahagia dan saat kudaratkan ciuman ke keningnya dia tidak menolak dan bahkan dia memejamkan dua metanya tanda kalau dia menyukaiku.
Sejak pertemuan pertama itu, kami semakin sering bertemu dan hubungan kami tidak lagi sekedar jalan-jalan saja tetapi sudah layaknya suami istri. Kami melakukan hubungan itu tanpa rasa canggung lagi.
Hingga suatu hari, apa yang selama ini aku takutkan akhirnya terjadi. Saat suatu malam saat aku sedang asik sms an dengan Mbak, tiba-tiba dering telpon masuk dari nomor Mbak. Tanpa pikir panjang aku langsung mengangkatnya tetapi suaru yang ku dengar bukan suara Mbak tapi suara laki-laki yang tak lain adalah suaminya.
Bukan kepalang kagetnya aku dan belum hilang kagetku aku masih harus masih menjawab serentetan pertanyaan darinya dan dari belakang telepon kudengar suara Mbak meminta maaf, suara tangisanya terdengar..
Dengan berbagai alasan aku mengelak semua tuduhannya tapi dia tak pernah percaya telpon pun terputus.
Sejak malam itu aku tak bisa berhubungan lagi dengannya, karena dia enggak masuk kerja dan telepon juga tidak pernah aktif. Hingga suatu hari, aku dapat telepon darinya dengan memohon maaf dan ucapan perpisahan darinya sungguh tak sanggup aku menerimanya..
Hidupku serasa pincang dengan hilangya dia dari hidupku, enggak ada semangat yang terpancar dari diriku sedikitpun, tapi aku mulai menerima semua demi kebahagianya bersama keluarga yang telah dipilihnya,….semoga bahagia.. maafkan smua kesalahanku
Andi – Bogor