Dokumen paling awal berasal dari tahun 1999 dan yang terakhir adalah memo pada September 2010. Sebagian besarnya fokus pada Konferensi Annapolis pada 2007.
Sebagian besar dokumen adalah catatan yang utamanya berasal dari “Negotiation Support Unit (NSU)”, yang secara penuh didanai oleh Pemerintah Inggris untuk membantu pihak Otoritas Palestina. Beberapa dokumen lain berasal dari aparat keamanan Otorita Palestina.
Semua dokumen ditulis dalam bahasa Inggris karena ini adalah bahasa resmi yang digunakan oleh pihak Israel dan Otoritas Palestina selama negosiasi berlangsung.
Isi “The Palestine Papers”
Dokumen ini mengungkapkan rincian negosiasi dan menawarkan wawasan yang unik mengenai negosiasi tersebut, proses perdamaian, dan pada akhirnya, kegagalan negosiasi itu hingga kini.
Dokumen ini mengungkapkan kesediaan pihak perunding Palestina untuk menerima pencaplokan Israel atas semua—kecuali satu pemukiman—wilayah Yerusalem Timur. Hal ini akan menciptakan kesepakatan “Yerusalem terbesar” dalam sejarah andai Israel tidak menolak tawaran itu.
Pihak perunding Palestina menawarkan konsesi besar terkait hak pulang pengungsi Palestina. Sebuah tawaran yang mencederai hak mutlak pengungsi Palestina dan mengingkari hukum internasional.
Dokumen ini juga mengungkapkan peran sentral dari Dinas Intelijen Rahasia Inggris (MI6) dalam rencana untuk menghancurkan Hamas di dalam Wilayah Pendudukan Palestina.
Dokumen ini juga mengungkapkan bahwa pihak Otorita Palestina di bawah pimpinan Mahmoud Abbas mengetahui rencana agresi Israel atas Jalur Gaza pada 2008-09 (Operation Cast Lead) yang membunuh lebih daripada 1400 warga Gaza.
Apa Makna dari “The Palestine Papers”?
Pihak Otoritas Palestina terungkap sebagai perunding yang lemah dan cepat putus asa. Ini dilihat dari konsesi-konsesi yang mereka tawarkan; konsesi-konsesi yang mencederai hak mutlak bangsa mereka sendiri dan mengingkari hukum internasional.
Dokumen ini menunjukkan bahwa pihak Otorita Palestina sama sekali tidak mewakili aspirasi mayoritas rakyat Palestina.
Dokumen ini mengungkap rencana Inggris untuk menghancurkan Hamas, yang pada gilirannya merusak hasil pemilu demokratis tahun 2006 yang mengantarkan Hamas kepada tapuk pemerintahan.
Dokumen ini mengungkapkan permintaan Israel agar pihak Palestina menawarkan berbagai konsesi, yang anehnya semua itu justru kemudian ditolak oleh Israel karena dipandang “tidak memadai”.
Posisi Israel dalam negosiasi didukung oleh pemerintah AS, yang menyarankan Israel untuk menolak sejumlah konsesi Palestina.
Dokumen ini memperlihatkan bahwa AS dan Inggris yang terlibat dalam negosiasi telah bersikap bias kepada Israel. Secara khusus, dokumen ini juga menunjukkan bahwa utusan Kuartet Timur Tengah Tony Blair sendiri bias kepada Israel.