XINJIANG (Arrahmah.com) – Pemerintah lokal Xinjiang  kembali mengeluarkan kebijakan yang tidak adil dan ‘tidak menghormati  hak asasi manusia’ terhadap muslim Uighur. Mereka (muslim Uighur)  diancam akan dikeluarkan dari pekerjaannya jika diketahui tidak makan  pada jam makan siang.
   
   Itu merupakan bagian dari kampanye pemerintah lokal Xinjiang untuk  memaksa muslim Uighur berhenti melakukan ritual keagamaannya selama  bulan suci Ramadhan. 
   “Makan siang, teh, dan kopi gratis – yang oleh pemerintah disebut  sebagai ‘Perhatian dari Pemerintah’ atau ‘Tunjangan Hidup’ – diberikan  di departemen-departemen pemerintah dan perusahaan-perusahaan. Namun  sebenarnya itu adalah taktik untuk mengetahui siapa yang menjalankan  puasa,” ujar Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia. 
   Para pemilik restoran Muslim dipaksa menandatangani sebuah dokumen  yang menyatakan bahwa restoran akan tetap buka dan menjual minuman  beralkohol selama bulan Ramadhan, jika tidak ijin usahanya akan dicabut. 
   Muslim Uighur yang ditahan dalam kerusuhan bulan Juli di Urumqi juga  dilarang menjalankan puasa, mereka yang tetap  berpuasa akan dipaksa  menelan makanan dan minuman sambil menerima hinaan karena perlawanan  mereka. 
   Para imam masjid dipaksa untuk berceramah kepada yang lain bahwa puasa  adalah “aktivitas feodal”dan berbahaya bagi kesehatan. Jika tidak,  sertifikasi relijius mereka akan dicabut. 
   Ketika ditanya mengenai kunjungan pemimpin Partai Komunis Cina, Hu  Jintao, baru-baru ini ke Xinjiang, Dilxat mengatakan, “Situasi Xinjiang  belum kembali normal. Bukannya meminta penduduk lokal Han untuk  menghormati agama dan budaya orang-orang Uighur, Hu mendorong penggunaan  kekuatan militer untuk menekan dan kemudian membatasi kebebasan  relijius kami. Rezim Komunis seringkali berbicara tentang ‘memelihara  stabilitas’, tapi apa yang mereka lakukan selalu berbeda dengan apa yang  mereka katakan. Sebenarnya merekalah yang menghancurkan stabilitas.” 
   Saat dimintai keterangan seputar kebijakan tersebut, Komisi Urusan  Etnis Negara Bagian Partai Komunis Cina tidak mau memberi keterangan  sedikit pun mengenai masalah itu. Komisi tersebut malah memberikan dua  nomor telepon di Xinjiang yang katanya dapat dihubungi oleh wartawan  untuk mencari informasi lebih lanjut. Namun, kedua nomor itu selalu  sibuk ketika dihubungi, dan ketika wartawan mengontak lagi Komisi Urusan  Etnis Negara Bagian, sambungan telepon pun selalu diputus.  (althaf/tet/arrahmah.com)
