Warga Negara AS Jadi PM Baru Libya


Abdurrahim El Keib, PM baru Libya, adalah warga negara ganda AS-Libya.

Abdurrahim El Keib (vivanews)
Hari ini, sejumlah media nasional melaporkan bahwa Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya telah memilih perdana menteri baru Libya pasca perang, yakni Abdurrahim El Keib. Media tersebut memilih “headline”, seperti “Profesor Lulusan Amerika Jadi PM Baru Libya” atau “Akademisi diangkat jadi PM baru Libia”.

Namun, The Washington Post menurunkan “headline” yang lebih “jujur, “Dual U.S.-Libyan citizen chosen as prime minister of Libya” (“Warga Negara Ganda AS-Libya Tepilih jadi Perdana Menteri Libya”).


El Keib, PM baru Libya itu memang profesor teknik didikan AS. Dia juga warga negara ganda AS-Libya.
El-Keib, berasal dari Tripoli, meraih gelar PhD dari North Carolina State University pada 1984. Dia sudah lama menjadi guru besar di University of Alabama. Ia baru bergabung dengan NTC akhir musim semi lalu.

Dia menggantikan Mahmoud Jibril, ilmuwan politik, juga didikan AS, yang dipandang kerap berkonflik dengan anggota lain. Jibril juga dikritik karena sering bepergian ke luar negeri.

El-Keib terpilih hanya beberapa jam sebelum NATO secara resmi mengakhiri tujuh bulan pengeboman atas Libya.

“Anda berbuat untuk mengubah sejarah dan nasib Anda. Kami bertindak untuk melindungi Anda. Bersama-sama kita berhasil,” kata Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen kepada Presiden sementara Libya Mustafa Abdel Jalil dalam konferensi pers, Senin (31/10).

Lebih dari 8.000 prajurit AS dan NATO telah berpartisipasi dalam operasi NATO untuk menegakkan zona larangan terbang di atas Libya, dengan tujuan melindungi rakyat sipil.

Namun, angkatan udara asing, yang menghancurkan hampir 6.000 target, itu justru malah memperparah situasi. Ketika NATO bergabung pada Maret, PBB mengestimasi jumlah korban sipil sekitar 1.000 hingga 2.000 jiwa. Namun, setelah tujuh bulan NATO menghujani Libya dengan bom, NTC memperkirakan jumlah korban sipil mencapai 30.000 jiwa.

Sejumlah lembaga HAM internasional, seperti Amnesty Internasional dan Human Right Watch, juga merilis temuan, yang menunjukkan aksi NATO telah mengakibatkan jatuhnya korban sipil, termasuk aksi pembantaian terhadap loyalis Qaddafi oleh pemberontak dukungan NATO.

Meskipun pasukan asing telah menewaskan warganya, Presiden sementara Libya Mustafa Abdel Jalil tetap berterima kasih atas dukungan NATO.

“Atas nama rakyat Libya, kami menyampaikan penghargaan dan rasa syukur.”

NTC bahkan mengatakan akan meremburs setiap bom yang dijatuhkan NATO atas rakyat Libya. (jemala)
◄ Newer Post Older Post ►