Stonehenge sendiri terdiri dari tiga puluh batu tegak (sarsens) dengan ukuran yang sangat besar (masing-masing batu pada mulanya seragam tingginya, yaitu 10 meter dengan masing-masing batu mempunyai berat 26 ton), semua batu tegak tersebut disusun dengan bentuk tegak melingkar yang dikenal sebagai megalithikum.

Terdapat perdebatan mengenai  usia sebenarnya lingkaran batu itu, tetapi kebanyakan arkeolog  memperkirakan bahwa sebagian besar bangunan Stonehenge dibuat antara  2500-2000 SM. Bundaran tambak tanah dan parit membentuk fase pembangunan  monumen Stonehenge yang lebih, awal sekitar 3100 SM. Walaupun seusia  dengan ( henges ) zaman Neolithikum yang menye rupai Stonehenge,  Stonehenge mungkin memiliki keterkaitan dengan bulatan batu lain yang  terdapat di British Isle seperti Cincin Brodgar namun ukuran trilitonnya  sebagai contoh menjadikannya unik. Tempat ini dimasukkan dalam daftar  Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1986. 
Di dalam 30 lingkaran batu  besar tadi, juga masih terdapat sekitar 30 batu dengan ukuran yang lebih  kecil yang dinamakan Lintels, yang disusun dengan bentuk melingkar  juga.Tapi pada saat ini keba nyakan batu-batu tegak tadi telah terkikis  dan jatuh.
Prasejarah
Menurut Arkeolog inggris, Richard Jhon Coplan Atkinson (1950), Stonehenge kira-kira dibangun sekitar 5000 tahun silam, pembangunannya sendiri dibagi menjadi beberapa fase (I,II,IIIa,IIIb, dan IIIc). Tentunya dengan banyaknya tahapan fase dalam pembangunan Stonehenge, menunjukkan bahwa bangunan tersebut memerlukan waktu yang sangat lama dalam pengerjaannya, mulai dari peng angkutan batunya sendiri sampai tahap pengukiran pada setiap batunya. Pene muan diketahui adanya ukiran disetiap batu Stonehenge, hal ini baru diketahui oleh para peneliti baru-baru ini. Menurut seorang Arkeolog, Tom Goskar, dengan metode scaning laser, ukiran-ukiran pada batu tersebut baru akan terlihat. Jika deng an mata telanjang tidak akan terlihat. Tentunya dengan ditemukannya bentuk-bentuk ukiran pada bebatuan, setidaknya bisa memberikan secercah harapan untuk menguak kegunaan Stonehenge pada masa lalu.
Menurut Arkeolog inggris, Richard Jhon Coplan Atkinson (1950), Stonehenge kira-kira dibangun sekitar 5000 tahun silam, pembangunannya sendiri dibagi menjadi beberapa fase (I,II,IIIa,IIIb, dan IIIc). Tentunya dengan banyaknya tahapan fase dalam pembangunan Stonehenge, menunjukkan bahwa bangunan tersebut memerlukan waktu yang sangat lama dalam pengerjaannya, mulai dari peng angkutan batunya sendiri sampai tahap pengukiran pada setiap batunya. Pene muan diketahui adanya ukiran disetiap batu Stonehenge, hal ini baru diketahui oleh para peneliti baru-baru ini. Menurut seorang Arkeolog, Tom Goskar, dengan metode scaning laser, ukiran-ukiran pada batu tersebut baru akan terlihat. Jika deng an mata telanjang tidak akan terlihat. Tentunya dengan ditemukannya bentuk-bentuk ukiran pada bebatuan, setidaknya bisa memberikan secercah harapan untuk menguak kegunaan Stonehenge pada masa lalu.
Kompleks Stonehenge dibangun  dalam beberapa fase pembangunan selama 2.000 tahun dan sepanjang kurun  waktu itu aktivitas terus berjalan. Hal tersebut dibuktikan dengan  ditemukannya sesosok mayat seorang Saxon yang dipancung dan dikebumikan  di tugu peringatan tersebut, dan kemungkinan mayat tersebut berasal dari  abad ke-7 M.
Stonehenge I
Monumen pertama terdiri dari lingkaran tebing bulat dan parit berukuran 115 meter (320 kaki) diameter dan dengan satu pintu masuk di bagian timur laut. Fase ini adalah sekitar 3100 SM. Di bagian luar kawasan lingkaran terdapat 59 lubang, dikenal sebagai lubang Aubrey untuk memperingati Jhon Aubrey, arkeolog abad ketujuh belas yang merupakan orang pertama yang mengetahui lubang-lubang tersebut. Dua puluh lima dari lubang Aubrey diketahui mempunyai perkebumian abu pada dua abad setelah berdirinya Stonehenge. Tiga puluh abu mayat diletakkan di dalam parit kawasan lingkaran dan bagian lain dalam kawasan Stonehenge. Tembikar Neolitikum akhir telah ditemukan bersama-sama ini memberikan bukti tanggal. Sebuah batu tunggal monolit besar yang tidak dilicinkan dikenal sebagai ‘Batu Tumit’ ( Heel Stone ) terletak di luar pintu masuk.
Monumen pertama terdiri dari lingkaran tebing bulat dan parit berukuran 115 meter (320 kaki) diameter dan dengan satu pintu masuk di bagian timur laut. Fase ini adalah sekitar 3100 SM. Di bagian luar kawasan lingkaran terdapat 59 lubang, dikenal sebagai lubang Aubrey untuk memperingati Jhon Aubrey, arkeolog abad ketujuh belas yang merupakan orang pertama yang mengetahui lubang-lubang tersebut. Dua puluh lima dari lubang Aubrey diketahui mempunyai perkebumian abu pada dua abad setelah berdirinya Stonehenge. Tiga puluh abu mayat diletakkan di dalam parit kawasan lingkaran dan bagian lain dalam kawasan Stonehenge. Tembikar Neolitikum akhir telah ditemukan bersama-sama ini memberikan bukti tanggal. Sebuah batu tunggal monolit besar yang tidak dilicinkan dikenal sebagai ‘Batu Tumit’ ( Heel Stone ) terletak di luar pintu masuk.
Stonehenge II
Bukti fase kedua tidak lagi kelihatan. Bagaimanapun bukti dari beberapa lubang tiang dari waktu masa ini membuktikan terdapatnya beberapa bangunan kayu yang dibangun dalam kawasan lingkaran sekitar awal milenium ketiga SM. Beberapa kesan papan yang didapati dile takkan pada pintu masuk. Fase ini sama dengan tempat Woodhenge yang terletak berdekatan.
Bukti fase kedua tidak lagi kelihatan. Bagaimanapun bukti dari beberapa lubang tiang dari waktu masa ini membuktikan terdapatnya beberapa bangunan kayu yang dibangun dalam kawasan lingkaran sekitar awal milenium ketiga SM. Beberapa kesan papan yang didapati dile takkan pada pintu masuk. Fase ini sama dengan tempat Woodhenge yang terletak berdekatan.
Stonehenge IIIa
Ekskavasi arkeologi menunjukkan bahwa sekitar 2600 SM, dua lengkungan bulan sabit dibuat dari lubang (dikenal sebagai lubang Q dan R) yang digali di tengah-teng ah lokasi. Lubang tersebut mengandung 80 batu biru tegak yang dibawa dari bukit Preseli, 250 batu di Wales. Batu-batu tersebut dibentuk menjadi tiang dengan teliti, kebanyakan terdiri dari batu jenis dolerite bertanda tetapi juga termasuk contoh batu rhyolite, tufa gunung berapi, dan myolite seberat 4 ton.
Ekskavasi arkeologi menunjukkan bahwa sekitar 2600 SM, dua lengkungan bulan sabit dibuat dari lubang (dikenal sebagai lubang Q dan R) yang digali di tengah-teng ah lokasi. Lubang tersebut mengandung 80 batu biru tegak yang dibawa dari bukit Preseli, 250 batu di Wales. Batu-batu tersebut dibentuk menjadi tiang dengan teliti, kebanyakan terdiri dari batu jenis dolerite bertanda tetapi juga termasuk contoh batu rhyolite, tufa gunung berapi, dan myolite seberat 4 ton.
Pintu masuk dilebarkan pada  masa ini menjadikannya selaras dengan arah matahari naik pertengahan  musim panas dan matahari terbenam pertengahan musim semi masa tersebut.  Monumen tersebut ditinggalkan tanpa disiapkan, sementara batu biru  kelihatannya di pindah dan lubang Q dan R ditutup. Ini kemungkinan  dilakukan pada masa fase Stonehenge IIIb. Monumen ini kelihatannya  melebihi tempat di Avebury dari segi kepentingannya pada akhir masa ini  dan Amesbury Archer, ditemukan pada tahun 2002 tiga batu ke selatan,  membayangkan bagaimana Stonehenge kelihatan pada masa ini. Stonehenge  IIIa dikatakan diba ngun oleh orang Beaker
Stonehenge IIIb
Pada aktivitas fase berikutnya pada akhir milenium ketiga 74 SM mendapati batu Sarsen yang besar dibawa dari kueri 20 batu di utara di lokasi Marlborough Downs. Batu-batu tersebut dikemaskan dan dibentuk dengan sambungan pasak dan ruas sebelum 30 didirikan membentuk bulatan tiang batu berukuran 30 meter diameter dengan 29 atap batu ( lintel ) di atas. Setiap bongkah batu seberat 25 ton dan jelas dibentuk dengan tujuan membuat kagum.
Pada aktivitas fase berikutnya pada akhir milenium ketiga 74 SM mendapati batu Sarsen yang besar dibawa dari kueri 20 batu di utara di lokasi Marlborough Downs. Batu-batu tersebut dikemaskan dan dibentuk dengan sambungan pasak dan ruas sebelum 30 didirikan membentuk bulatan tiang batu berukuran 30 meter diameter dengan 29 atap batu ( lintel ) di atas. Setiap bongkah batu seberat 25 ton dan jelas dibentuk dengan tujuan membuat kagum.
Batu orthostat lebar sedikit di  bagian atas agar memberikan gambaran ia kelihatan lurus dari bawah ke  atas sementara batu alang melengkung sedikit untuk menyambung gambaran  bundar monumen lebih awal.
Di dalam bulatan ini terletak  lima trili thon batu sarsen diproses dan disusun dalam bentuk ladam.  Batu besar ini, sepuluh menegak dan lima batu alang, dengan berat  masing-masing hingga 50 ton yang disambungkan dengan sambungan rumit.  Ukiran pisau belati dan kepala kapak terdapat di sarsen. Dalam masa ini,  jalan sepanjang 500 meter dibangun, menuju ke arah timur laut dari  pintu masuk dan mengandung dua pasang tambak selaras yang berparit di  tengahnya. Terakhir dua batu portal besar dipasangkan di pintu masuk  yang kini hanya tinggal satu, Batu Penyembelihan ( Slaughter Stone ) 4,9  meter (16 kaki) panjang. Hal ini dipercayai hasil kerja kebudayaan  Wessex Zaman Perunggu awal, sekitar 2000 SM.
Stonehenge IIIc
Selepasnya pada Zaman Perunggu, batu biru kelihatannya telah ditegakkan semula, dalam bulatan antara dua tiang sarsen dan juga dalam bentuk ladam di tengah, mengikuti tata layout sarsen. Walaupun ia kelihatannya satu fase kerja yang menakjubkan, pembangunan Stonehenge IIIc dibangun kurang teliti berbanding Stonehenge IIIb, batu biru yang ditegakkan kelihatannya mempunyai pondasi yang tidak kokoh dan mulai tumbang. Salah satu dari batu yang tumbang telah diberi nama yang kurang tepat sebagai Batu Penyembahan ( Altar Stone ). Dua bulatan lubang juga digali di luar bulatan batu yang dikenal sebagai lubang Y dan Z. Lubang-lubang ini tidak pernah diisi dengan batu dan pembangunan lokasi peringatan ini kelihatannya terbiarkan sekitar 1500 SM.
Selepasnya pada Zaman Perunggu, batu biru kelihatannya telah ditegakkan semula, dalam bulatan antara dua tiang sarsen dan juga dalam bentuk ladam di tengah, mengikuti tata layout sarsen. Walaupun ia kelihatannya satu fase kerja yang menakjubkan, pembangunan Stonehenge IIIc dibangun kurang teliti berbanding Stonehenge IIIb, batu biru yang ditegakkan kelihatannya mempunyai pondasi yang tidak kokoh dan mulai tumbang. Salah satu dari batu yang tumbang telah diberi nama yang kurang tepat sebagai Batu Penyembahan ( Altar Stone ). Dua bulatan lubang juga digali di luar bulatan batu yang dikenal sebagai lubang Y dan Z. Lubang-lubang ini tidak pernah diisi dengan batu dan pembangunan lokasi peringatan ini kelihatannya terbiarkan sekitar 1500 SM.
Stonehenge IV
Sekitar 1100 SM, jalan raya Avenue disambung sejauh lebih dari dua batu sampai ke Sungai Avon walaupun tidak jelas siapakah yang terlibat dalam kerja pembangunan tambahan ini.
Sekitar 1100 SM, jalan raya Avenue disambung sejauh lebih dari dua batu sampai ke Sungai Avon walaupun tidak jelas siapakah yang terlibat dalam kerja pembangunan tambahan ini.
Teori mengenai Stonehenge
Penelitian serius pertama dilakukan sekitar 1740 oleh William Stukeley. Stukeley keliru menyatakan bahwa lokasi ini dibangun oleh Druid, tetapi sumbangannya yang terpenting adalah mengambil gambar yang terukur mengenai lokasi Stonehenge yang membenarkan analisis yang lebih tepat tentang bentuk dan kepentingannya. Yang menunjukkan bahwa henge dan batunya disusun dalam bentuk tertentu yang mempunyai kepentingan astronomi.
Penelitian serius pertama dilakukan sekitar 1740 oleh William Stukeley. Stukeley keliru menyatakan bahwa lokasi ini dibangun oleh Druid, tetapi sumbangannya yang terpenting adalah mengambil gambar yang terukur mengenai lokasi Stonehenge yang membenarkan analisis yang lebih tepat tentang bentuk dan kepentingannya. Yang menunjukkan bahwa henge dan batunya disusun dalam bentuk tertentu yang mempunyai kepentingan astronomi.
Gerald Hawkins, Seorang  Profesor Astronomi. Juga mengeluarkan pernyataan bahwa fungsi  sesungguhnya dari Stonehenge dimasa lalu adalah sebagai Observatorium  Astronomi yang canggih untuk meramalkan datangnya Gerhana Matahari  ataupun Bulan (Stonehenge Decoded). Munurutnya, peletakkan setiap batu  pada stonehenge mengandung kekayaan informasi untuk menunjang pernyataan  tersebut.
Menurutnya, “Jika anda bisa  memahami posisi pada setiap susunan batu, maka anda pasti dapat  menyimpulkan mengenai kegunaan Stonehenge pada masa lalu”. Para Astronom  lainnya juga menemukan siklus 56 tahun Gerhana Matahari dan Bulan  dengan cara mendecode setiap batu pada Stonehenge.
Pada setiap batu tegak,  merefleksikan posisi tertentu dari cahaya matahari, sehingga sangat  akurat untuk menunjukkan siklus perhitungan astronomi. Sungguh hebat  orang-orang zaman itu.
Bagaimana batu biru diangkut  dari Wales telah banyak dibincangkan dan berdasarkan penelitian bahwa ia  mungkin merupakan sebagian dari batu peringatan lebih awal di  Pembrokeshire dan dibawa ke Dataran Salisbury ( Salisbury Plain ).  Banyak arkeolog percaya bahwa Stonehenge merupakan percobaan mengekalkan  dalam bentuk batu, bangunan papan yang bertaburan di Dataran Salisbury  seperti Tembok Durrington.
Monumen ini diselaraskan timur  laut – barat daya dan keutamaan diletakkan oleh pembangunnya pada titik  balik matahari dan equinox sebagai contohnya, pada pertengahan pagi  musim panas, matahari muncul tepat di puncak batu tumit ( Heel stone ),  dan cahaya pertama matahari ke tengah Stonehenge antara dua susunan batu  berbentuk ladam. Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Matahari  timbul pada arah berlainan pada permukaan geografi tempat berlainan.  Untuk penyelarasan itu tepat, ia mesti diperkirakan tepat untuk garis  lintang Stonehenge pada 51° 11’. Penyelarasan ini, tentunya dasar bagi  reka dan bentuk dan tempat bagi Stonehenge. AlexanderThom berpendapat  bahawa lokasi tersebut diatur menurut ukuran yar megalitikum.
Maka sebagian pendapat bahwa  Stonehenge melambangkan tempat observatorium kuno, walaupun berapa jauh  penggunaan Stonehenge untuk tujuan tersebut dipertentangkan. Sebagian  pendapat pula mengemukakan teori bahwa ia melambangkan farah besar  (Artikel dari the Observer), komputer atau juga lokasi pendaratan  makhluk asing.
Banyak perkiraan mengenai  pencapaian mesin diperlukan untuk membangun Stonehenge. Mengandaikan  bahwa batu biru ini dibawa dari Wales dengan tenaga manusia dan bukannya  oleh gletser sebagaimana dugaan Aubrey Burl, pelbagai cara untuk  memindahkannya dengan menggunakan tali dan kayu. Pada 2001, suatu  percobaan untuk mengalihkan satu batu besar sepanjang jalan darat dan  laut yang mungkin dari Wales ke Stonehenge. Sukarelawan menariknya di  atas luncur ( sledge ) kayu di daratan tetapi jika dipindahkan ke  replika bot prasejarah, batu tersebut tenggelam diSelat Bristol.
Ukiran senjata pada sarsen  adalah unik pada seni megalitikum di Kepulauan British ( British Isles )  di mana desain lebih abstrak, begitu juga batu berbentuk ladam kuda  adalah luar biasa bagi kebudayaan yang mengatur batu dalam bentuk  bundar. Motif tersebut biasa bagi penduduk Brittany pada masa itu dan  pada dua fase Stonehenge telah dibangun di bawah pengaruh continental influence.  Ini dapat menjelaskan pada satu tahap, tentang reka dan bentuk monumen,  tetapi pada keseluruhannya, Stonehenge masih dapat dijelaskan dari  segala konteks kebudayaan Eropa prasejarah.
Perkiraan mengenai tenaga  manusia yang diperlukan untuk membangun pelbagai fase Stonehenge  meletakkan jumlah keseluruhan yang terlibat atas berjuta jam manusia  bekerja. Stonehenge I kemungkinan memerlukan sekitar 11.000 jam,  Stonehenge II sekitar 360.000 dan pelbagai baian bagi Stonehenge III  mungkin melibatkan sehingga 1.75 juta jam. Membentuk batu-batu ini  diperkirakan memerlukan 20 juta jam manusia menggunakan perkakas  primitif yang terdapat pada masa itu. 
Mitos dan legenda
Batu Tumit ( The Heel Stone ) pada suatu masa dikenal sebagai Friar’s Heel. Cerita rakyat, yang tidak dapat dipastikan asalnya lebih awal dari abad ke tujuh belas, menceritakan asal nama batu ini.
Batu Tumit ( The Heel Stone ) pada suatu masa dikenal sebagai Friar’s Heel. Cerita rakyat, yang tidak dapat dipastikan asalnya lebih awal dari abad ke tujuh belas, menceritakan asal nama batu ini.
Sebagian pendapat mendakwa  Tumit Friar ( “Friar’s Heel” ) adalah perubahan nama “Freya’s He-ol”  atau “Freya Sul”, dari nama Dewa Jerman Freya dan (didakwa) perkataan  Welsh bagi “laluan” dan “hari matahari” menurut turutan.
Sebuah argumen yang mengejutkan  tentang sejarah Stonehenge di kemukakan oleh seorang ahli Sejarah dan  Topografi Irlandia, Gerald Wales. Dia menyebutkan bahwa Manusia Raksasa  telah membawa batu-batu maha besar tersebut dari Afrika ke Inggris. Dari  struktur geologi pada batu-batu penyusun Stonehenge sendiri memang  menunjukkan bahwa batu-batu maha besar itu bukanlah berasal dari wilayah  Eropa, karena strukturnya sangat berbeda, namun mirip dengan  batu-batuan dari wilayah Afrika. 
Stonehenge juga dikaitkan  dengan legenda Raja Arthur. Geoffrey dari Monmouth berkata bahwa tukang  sihir Merlin telah melakukan pemindahan Stonehenge dari Irlandia, di  mana ia telah dibangun di Gunung Killaraus oleh raksasa yang membawa  batu-batu tersebut dari Afrika.
Jika Manusia raksasa itu memang ada, seperti  yang kita ketahui, pembangunan The Great Pyramid Giza Mesir, katanya  juga ada sangkut pautnya dengan para Manusia Raksasa. Bagaimana cara  mereka membawa batu-batu berat tersebut? Mungkin hal ini dimungkinkan  jika Manusia Raksasa dengan tinggi 7-10 meter yang mengangkut sekaligus  menyusun bebatuan tersebut.

