1. Tb Soenmandjaja Rukmandis
Anggota DPR dari FPKS ini mengaku sehari-hari menggunakan angkutan umum untuk menuju Gedung DPR. Dari rumahnya yang terletak di Bogor, Kang Soenman, demikian dia biasa disapa, berjalan kaki menuju tempat angkot ngetem. Perjalanan dia lanjutkan menggunakan KRL hingga Stasiun Karet. Nah, dari stasiun ini, Kang Soenman memilih naik Kopaja 608 jurusan Blok M – Tanah Abang hingga ke Gedung Dewan.
Padahal kalau mau, Soenman bisa menggunakan Toyota Rush dan Suzuki APV yang terparkir di rumahnya. Namun dia lebih suka berangkat kerja dengan angkutan umum karena Soenman bisa bertemu banyak orang untuk menyerap aspirasi.
2. Akbar Faizal
Politikus dari Partai Hanura, Akbar Faizal, juga salah satu pejabat yang menyimpan mobilnya dan memilih menggunakan kendaraan umum saat pergi ke tempat kerja. Akbar yang tinggal di Depok, Jawa Barat, tidak mau kehilangan banyak waktu di jalan karena macet. Itu makanya dia memilih menggunakan KRL.
Biasanya Akbar naik dari Stasiun KA Depok Lama dan turun di Stasiun Dukuh Atas. Lalu dia melanjutkan perjalanan ke Gedung DPR dengan menumpang taksi atau ojek. Akbar menaruh mobilnya di Gedung DPR karena terkadang dia harus menghadiri kegiatan Dewan di luar Gedung DPR. Untuk diketahui, Akbar memiliki Honda Civic keluaran 2008 dan Honda CRV edisi 2009 yang dibelinya sebelum menjadi anggota Dewan.
3. Aus Hidayat Nur
Anggota DPR Aus Hidayat Nur juga salah satu penumpang setia KRL. Mengingat rumahnya terletak di Jalan Kelapa Dua Raya RTM Cimanggis, Depok, maka Aus menjadikan KRL sebagai kendaraan umum andalan. Selain lebih efektif dan efisien, Aus juga menggunakan KRL untuk menerapkan hidup sederhana.
Bagi pria yang lama berkecimpung di dunia bisnin multi level marketing ini, jabatan di DPR hanyalah 5 tahun. Karena itu tak sewajarnya jika lantas membuatnya menjalani gaya hidup mewah.
Biasanya politus PKS ini keluar dari rumah dengan menumpang sepeda motor anaknya hingga Stasiun Universitas Indonesia. Kemudian dia naik KRL hingga ke Stasiun Tanah Abang. Perjalanan ke Gedung DPR dilanjutkannya dengan menggunakan ojek. Namun bila kegiatan di parlemen tak padat, ia terkadang menggunakan Proton Exora, mobil produksi Malaysia yang dibeli dengan cara mencicil ini.
4. Bambang Widjojanto
Pria yang baru saja duduk di kursi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi ini adalah penggemar KRL. Bagi Bambang, alat transportasi umum memang sudah sangat akrab baginya. Dia tak pernah gengsi menggunakan KRL atau ojek untuk mengantar dia ke tempatnya bekerja. Namun bukan berarti dirinya sama sekali mengharamkan mengendarai mobil.
Mengingat rumahnya di Depok Timur dengan kantor KPK yang di Kuningan, Jakarta Selatan, cukup jauh, maka KRL adalah pilihan transportasi yang paling rasional. Meski sudah jadi anggota KPK, dia akan tetap memprioritaskan memakai ojek atau KRL untuk bekerja.
5. Dahlan Iskan
Dahlan Iskan selama menjadi Menteri BUMN sudah dua kali terpergok menaiki KRL. Pada 5 Desember lalu, Dahlan menaiki KRL tanpa pengawalan. Kegiatan itu dilakukan Dahlan untuk melihat pelayanan dan operasional BUMN transportasi tersebut.
Kegiatan serupa dilakukannya hari Jumat (23/12/2011) saat akan menghadiri sidang kabinet yang digelar di Istana Bogor. Mantan Dirut PLN ini naik dari Manggarai menuju Bogor. Setibanya di Stasiun Bogor, perjalanan ke Istana Bogor dilanjutkan dengan menggunakan ojek.
Dicegat Paspampres
Masih ada beberapa pejabat yang terlihat bersahaja jika ditilik dari penggunaan kendaraan umum. Misalnya saja anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Budiman Sujatmiko. Saat ini dia tengah menyicil rumah sederhana dan tak segan ngojek ke kantornya di Senayan.
Anggota Komisi IX dari F-PDIP Nursuhud juga sejak dilantik jadi anggota dewan tetap memakai ojek. Dia mengaku punya mobil, tapi sering digunakan anaknya. Ojek menjadi pilihan dia lantaran bisa mengantarkannya ke Gedung DPR tepat waktu.
Dengan menaiki angkutan umum, para pejabat itu memang terkesan sederhana dan membumi. Meski beberapa dari mereka lebih mempertimbangkan efisiensi saat memilih menggunakan angkutan umum. Semoga pejabat yang naik angkutan umum ini semakin banyak, dan bukan hanya untuk meningkatkan citra.