Apakah orang sukses perlu sekolah tinggi dan ijazah ? Tentu saja tidak. Contohnya di tempat saya, banyak orang kaya dan sukses ternyata mereka makan bangku sekolah hanya baru sampai tingkat SD. Jadi tamatan sekolah tinggi belum menjadi jaminan orang tersebut akan menjadi sukses. Tergantung pada skill dan keterampilan orang tersebut memanage hidup dan kehidupan ini. Bukankah banyak lulusan sarjana-sarjana di zaman ini tidak sukses. Nah dalam posting kali ini saya akan paparkan untuk orang - orang sukses yang tanpa memiliki ijazah bahkan ada sebagian yang sengaja tidak mengikuti ujian nasional karena terlihat ada kebocoran dan kecurangan. Ijazah bukan jaminan hidup orang menjadi sukses. Inilah mereka 10 Orang Indonesia Yang Sukses Tanpa Ijazah
1. Andy F. Noya

PimRed  Metro TV ini belum lulus sarjana… Satu hal yang menarik, Andy  sebenarnya adalah orang teknik. Sejak lulus SD Sang Timur di Malang,  Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini sekolah di Sekolah Teknik  Jayapura lalu melanjutkan ke STM Jayapura. “Tetapi  sejak kecil saya merasa jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Kemampuan  menggambar kartun dan karikatur semakin membuat saya memilih dunia  tulis menulis sebagai jalan hidup saya,” tutur Andy.
2. Adam Malik

Ternyata orang yg dikabarkan Agen CIA ini ternyata gak pernah ngenyam bangku sekolah.
3. M. H. Ainun Najib
Emha  Ainun Nadjib hanya tiga bulan kuliah, Pendidikan formalnya hanya  berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM).  Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Gontor Ponorogo karena  melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga  studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah I.  Selebihnya Beliau jadi pengembara ilmu di luar sekolah hingga dia bisa  jadi manusia dengan bermacam sebutan (multifungsi). 
4. Abdullah Gymnastiar

kiai  yang kmarin2 ini santer dengan kasus poligaminya,ternyata sukses  menjadi kiai dan wirausahawan (pengusah besar) tanpa ijazah. Walaupun  sudah lulus, tapi dikabarkan sampai saat ini blm mengambil ijazahnya.
5. Ajip Rosidi

Dia  menolak ikut ujian akhir SMA karena waktu itu beredar kabar bocornya  soal-soal ujian. Dia berkesimpulan bahwa banyak orang menggantungkan  hidupnya kepada ijazah. “Saya tidak jadi ikut ujian, karena ingin membuktikan bisa hidup tanpa ijazah”.  Dan itu dibuktikan dengan terus menulis, membaca dan menabung buku  sampai ribuan jumlahnya. Walhasil sampai pensiun sebagai guru besar tamu  di Jepang, Dia yang tidak punya ijazah SMA , pada usia 29 th diangkat  sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra Univ. Padjadjaran. Lalu jadi  Direktur Penerbit Dunia Pustaka Jaya, Ketua Ikapi Pusat, Ketua DKJ dan  akhirnya pada usia 43 tahun menjadi profesor tamu di Jepang sampai  pensiun.
Berikut Sejarah Pendidikan Beliau :
* Sekolah Rakyat 6 tah di Jatiwangi (1950)
* Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953)
* Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956, tidak tamat)
6. Bob Sadino
Bob Sadino lahir  dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu  dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika  itu berumur 19 th mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena  saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian  menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia dan tidak  melanjutkan kuliah. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan  menetap selama kurang lebih 9 t. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod  di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda  itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada  th 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2  Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk  membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain  tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia,  Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad  untuk bekerja secara mandiri. 
7. Andrie Wongso

Anak  ke 2 dari 3 bersaudara ini terlahir dari sebuah keluarga miskin di kota  Malang. Di usia 11 th (kelas 6 SD), terpaksa harus berhenti bersekolah  karena sekolah mandarin tempat andrie kecil bersekolah ditutup. Maka  SDTT, Sekolah Dasar Tidak Tamat, adalah gelar yang disandangnya saat  ini. Masa kecil hingga remajanya pun kemudian dilalui dengan membantu  orang tuanya membuat dan berkeliling berjualan kue ke toko-toko dan  pasar. 
8. Purdi E Chandra

Sosok Purdi E. Chandra kini  dikenal sebagai pengusaha yang sukses. Lembaga Bimbingan Belajar  (Bimbel) Primagama yang didirikannya bahkan masuk MURI lantaran memiliki  181 cabang di 96 kota besar di Indonesia dengan 100 rb siswa tiap th.
Bukan  suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka  untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak  ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru  membangun usahanya.
Kuliah  di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan  Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan  kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa2  dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih  gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang  penuh cita2 dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan  mulai serius untuk berbisnis.
Kini kabarnya sekarang sudah ada lebih dari 500 cabang Primagama di seluruh Indonesia. 
9. Hendy Setiono

Hendy  Setiono (kebab Baba Rafi) mengawali usaha tahun 2003 di Surabaya.  Modalnya hanya Rp 10 jt atau sebuah gerobak burger. Kini bisnisnya  berkembang pesat dengan menu makanan utama kebab serta santapan ala  koboi (burger serta hotdog). Jumlah cabangnya setiap tahun terus  bertambah. Terakhir, terdapat 140 outlet tersebar di 25 kota, antara  lain Batam, Bali, Bandung, Banjarmasin, Malang, Gresik, Jember, Kediri,  Lampung, Padang, Malang, Makasar, Medan, Pasuruan, Pekan Baru, Karawang,  Surabaya, Sukabumi, Semarang, Sidoarjo, Tasikmalaya, Jogjakarta, dan  Jakarta.
10. Buya Hamka

HAMKA (1908-1981),  adalah akronim kepada nama sebenar Haji Abdul Malik bin Abdul Karim  Amrullah. Ia adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia  yang amat terkenal di alam Nusantara.
Hamka  mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas  dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 th, ayahnya telah mendirikan Sumatera  Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan  mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di  surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim  Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus  Hadikusumo. 
