Jurnaldunia.com - Bersiap-siaplah bagi anda penggemar tempe dan tahu, mulai 25-27 Juli 2012, makanan rakyat ini akan menghilang dari pasaran di Jabodetabek, Bandung, dan Banten.
Penyebabnya, para perajin tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) melakukan aksi mogok produksi tempe dan tahu. Mereka beralasan aksi mogok produksi ini sebagai protes dan publikasi bahwa harga bahan baku tempe/tahu yaitu kedelai melonjak tajam belakangan ini.
"Besok, Rabu, Kamis, Jumat atau tanggal 25, 26, 27 Juli tak ada tempe dan tahu se- Jabodetabek disusul Bandung dan Banten, kita melakukan di hari yang sama," kata Ketua II Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Sutaryo, Senin (23/7/2012)
Sutaryo menjelaskan alasan para perajin tempe melakukan mogok produksi sehingga para konsumen mengetahui harga kedelai sebagai bahan baku tempe saat ini sudah naik sangat tinggi.
Menurutnya saat ini di beberapa negara produsen kedelai seperti AS, Brasil, Afrika, dan lain-lain terjadi musim kemarau. Ini membuat ekspektasi penurunan produksi kedelai pada September nanti. Ekspektasi itu mengerek harga kedelai dunia terus merangkak naik hingga US$ 17 per bushel, padahal sebelumnya harga kedelai pernah ke titik terendah Rp US$ 8-US$ 12 per bushel.
"Sekarang ini harga eceran kedelai Rp 8.000 per Kg, padahal Januari-Maret Rp 5.500 per Kg, lalu terus merangkak Mei Rp 6.000 dan Juni-Juli Rp 8.000 per Kg, bahkan bisa sampai Rp 10.000 per Kg, produksi kedelai lokal tak bisa diharapkan," katanya.
Menurutnya walaupun harga tempe sekarang sudah naik dari Rp 6.000 menjadi Rp 8.000 /Kg, para perajin tempe belum bisa mendapat untung yang setimpal. Sedangkan jika harga tempe dan tahu dinaikkan lebih tinggi akan mengurangi daya beli konsumen.