Mengenang Munir


13466712711293979674
Sumber: Tribunnews
Delapan tahun silam, tepatnya pada 7 September 2004, Indonesia dikejutkan oleh meninggalnya seorang aktivis HAM, Munir Said Thalib. Ia diketahui meninggal dunia dalam perjalanannya dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda. Rencananya, ia -Munir- ingin melanjutkan studi S2 Hukum di Universitas Utrecht, Belanda. Tak dinyana, di atas pesawat yang sedang mengudara di bawah langit Rumania, Munir menghembuskan nafas terakhirnya.
Awalnya, jenazah Almarhum diautopsi oleh tim ahli Pathologi dari Netherland Forensic Institute. Mereka menyatakan bahwa tidak menemukan sebab spesifik yang menunjukkan ketidakwajaran atas kematiannya.
Namun, pada 28 Oktober 2004, Menteri Luar Negeri Belanda menginformasikan kepada Menteri Luar Negeri Indonesia tentang kemungkinan Munir tewas karena diracun “arsenik”. Kemudian, berdasarkan pemeriksaan lanjutan pada 1 Oktober 2004, di dalam darah Munir ditemukan zat-zat berupa arsenik, paracetamol, metoclopramide, diazepam, dan mefanic acid. (151 Konspirasi Dunia, Alfred Suci, hal: 337).
Konsentrasi arsenik dalam darah yang cukup tinggi inilah yang ditenggarai sebagai penyebab tewasnya Munir di bawah langit Rumania. Sebab, arsenik dan sebagian senyawa arsenik lainnya adalah racun yang kuat, dan dapat menimbulkan kematian karena caranya yang merusak sistem pencernaan. (Ini sebabnya mengapa sebelum tewas, Munir dikabarkan menderita mual-mual).
Kematian Munir yang tak wajar ini segera menimbulkan kegaduhan politik, yang menyeret Badan Intelejen Negara (BIN) dan institusi militer negeri ini. Kecurigaan juga merembet kepada pihak maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Seorang pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto, diseret ke “kursi” pesakitan, dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, karena terlibat pembunuhan berencana.
Pollycarpus tak sendiri. Mayjen Muchdi Pr, mantan Deputi V BIN, pernah didakwa menjadi aktor pembunuhan Munir. Namun pengadilan hingga tingkat Kasasi memvonis bebas Muchdi Pr. (Tragedi-Tragedi Kemanusian Di Indonesia, Indrian Koto, hal:186).
Bebasnya Muchdi dan terhukumnya Pollycarpus membuat segala misteri di balik tewasnya pria kelahiran Malang, 8 Desember 1965, tak pernah terungkap hingga saat ini. Sebab, Pollycarpus sendiri berkali-kali menyatakan bahwa ia tidak terlibat dalam tewanya Munir. Pengakuannya membuat banyak pengamat menenggarai bahwa Pollycarpus hanyalah “kambing hitam” yang dikorbankan untuk menutupi aktor utama di balik tewasnya aktivis HAM tersebut.
8 Tahun Munir
Dilahirkan di Malang, pada 8 Desember 1965, Munir memang dikenal sebagai pejuang HAM Indonesia. Namanya mulai mencuri perhatian takkala menangani kasus tewasnya Marsinah, ketika ia di Surabaya. Mendirikan LSM Kontras pada 1998, Munir mulai menggebrak dengan mengungkap penculikan aktivis oleh Tim Mawar, Kopassus. Pengungkapan yang ditenggarai menjadi motif terbunuhnya Munir. (Menguak Misteri Sejarah, Dr Asvi Warman Adam).
Kini, menjelang 8 tahun peritiwa tewasnya Munir, apa yang dikatakan Presiden SBY agaknya benar, bahwa penuntasan kasus Munir merupakan “test of our history”. Ujian bagi sejarah bangsa Indonesia. Dan ujian itu datang melalui sosok Munir. Di mana pengungkapan kasusnya seakan membentur tembok tebal konspirasi.
Menjelang 8 tahun tewasnya Munir, satu yang bisa kita petik, yaitu tumbangnya suara keadilan di Republik ini.
Salam berang-berang.
Selamat menikmati hidangan.
◄ Newer Post Older Post ►