Artinya, gambaran Indonesia masa kini bisa diacu sebagai bentuk dari peradaban Majapahit pada zamannya, sebagai peradaban dengan keunggulan pencapaian budaya di satu pihak, tetapi juga dengan kepahitan gambaran tragis suksesi, perubahan politik, penaklukan, dan perang hegemoni.
Demikian antara lain yang disampaikan sejarawan arkeolog Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang, Deni Yudo Wahyudi, dalam seminar bertema "Memperingati Delapan Abad Kerajaan Majapahit", pekan lalu. Hadir juga Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia Prof Dr Agus Aris Munandar dan Guru Besar Sejarah Universitas Gadjah Mada Timbul Haryono.
Mempelajari sejarah Majapahit bisa menjelaskan kerumitan hasrat kekuasaan Indonesia mutakhir dan sebaliknya. Gambaran kompleks Majapahit paling tidak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kajian sejarah, perbandingan dengan masa-masa sebelumnya serta refleksi fondasi masa kini.
"Sangat boleh jadi kita bisa memperkirakan masa depan Indonesia dengan memahami dialektika sejarah Majapahit yang, meski gilang gemilang dengan segenap kejayaannya, juga menyimpan kepahitan," katanya.
Guru Besar Sejarah UI Agus Aris Munandar mengungkapkan, Majapahit secara kualitatif bisa dilihat dengan tiga penampakan, yakni, pertama, peradaban Majapahit yang nyata terbuka (overt Majapahit civilization) yang dapat disaksikan sebagai bentukan fisik.
Kedua, peradaban Majapahit yang tidak secara nyata terbuka (covert Majapahit civilization), yakni sistem politik, kebiasaan, budaya yang tak tampak.
Ketiga, peradaban Majapahit yang bersinambung (continuity of Majapahit civilization), yakni bentuk peradaban yang bisa ditemukan sebagai kelanjutan pra-Majapahit (Airlangga abad ke-11, Kediri abad ke-12, dan Singasari abad ke-13) dan berlanjut pada masyarakat Jawa Kuno pasca-Majapahit (Demak abad ke-15) .
Sebagaimana halnya Majapahit merupakan produk berkesinambungan, demikian pula Indonesia juga bukan produk yang berdiri sendiri dalam lembaran sejarah, melainkan lanjutan sejarah sebelumnya.
Guru Besar Sejarah UGM Timbul Haryono menjelaskan, warisan budaya kerajaan Majapahit masih memiliki nilai relevansi tinggi bagi kehidupan masa kini. Karya budaya akan memiliki tiga macam kemanfaatan, yaitu ideologis, edukatif, dan ekonomis.
Nilai ideologis bermakna bahwa warisan budaya masa Majapahit bagi masyarakt kini merupakan sebuah kebanggaan sebab dalam warisan budaya tersebut terdapat nilai-nilai luhur.
Nilai ekonomis dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi melalui sektor pariwisata.
"Nilai edukatif mendorong munculnya pesan-pesan edukatif karena artefak tampak dan tak tampak warisan Majapahit pada hakikatnya mengandung message yang ingin disampaikan oleh seniman sebagai sender kepada masyarakat sebagai receiver," katanya.
Sumber : Kompas