Gas Alam di Gaza: Alasan Utama Blokade Israel?

Israel mengklaim bahwa strategi ofensifnya terhadap Jalur Gaza merupakan aksi pembalasan bagi serangan roket yang berasal dari wilayah tersebut. Namun, seorang aktivis hak asasi manusia internasional meyakini bahwa salah satu alasan di balik strategi itu mencakup motivasi yang bersumber dari penemuan cadangan gas alam di wilayah perairan Gaza yang bernilai 4 milyar dolar AS.

Mark Turner, aktivis itu, mengungkapkan bahwa pada 2000, perusahaan Inggris British Gas Group (BG) menemukan cadangan gas alam di bawah wilayah perairan Gaza. Cadangan itu diperkirakan berjumlah 1,3 triliun meter kubik yang mendekati nilai 4 milyar dolar AS.

Palestinian Investment Fund (PIF), sebuah perusahaan investasi finansial yang didirikan Salam Fayyad, menanamkan modalnya dalam proyek itu dan bertindak sebagai negosiator dari pihak Palestina di bawah koordinasi pemerintahan Mahmoud Abbas di Tepi Barat. BG mendapatkan bagian paling besar dalam konsesi untuk mengembangkan proyek the Gaza Marine Field. Perusahaan itu menargetkan Mesir sebagai pihak yang akan membeli gas alam tersebut.

Namun, Perdana Menteri Inggris saat itu, Tony Blair mendesak BG untuk mengalihkan penjualan hasil dari eksplorasi gas alam di Gaza kepada Israel. Proyek itu pun mengembangkan rencana pembangunan pipa bawah laut yang berfungsi untuk mengirimkan gas ke penyulingan milik Israel di Ashkelon. Perjanjian itu akan menutupi 10% kebutuhan energi Israel sementara PIF mendapatkan sekitar 1 milyar dolar.

Kemenangan Hamas pada pemilu legislatif 2006 mengacaukan semua rencana tersebut.

Setelah kemenangan Hamas itu, Israel mulai membekukan negosiasi dengan BG. Bagi Israel, setiap kesepakatan yang berujung pada mengalirnya dana ke Jalur Gaza akan membahayakan kebijakan resmi Tel Aviv berkaitan dengan Hamas.

Hamas sendiri sebenarnya berjanji tidak akan mengganggu pengembangan proyek itu. Ia hanya meminta restrukturisasi, terutama pada bagian-bagian yang akan membahayakan kepentingan rakyat Palestina. Hamas menentang setiap kesepakatan penjualan bahan bakar kepada Israel.

Kini, kondisi makin tidak menguntungkan bagi Israel. Dengan Hamas memegang kendali atas Jalur Gaza, Israel jelas harus melenyapkan Hamas sehingga mampu menyediakan iklim politik yang kondusif bagi kesepakatan dengan BG.

Di lain pihak, berkaitan dengan penundaan yang panjang dari Israel, BG pada Januari 2008 mempertimbangkan untuk mundur dari negosiasi dengan Israel. Perusahaan ini kembali melirik Mesri sebagai pihak pembeli.

Waktu tampaknya makin tidak bersahabat dengan Israel. Adakah keinginan BG untuk mundur dari negosiasi bernilai 4 milyar dolar yang akan memenuhi 10 persen kebutuhannya akan energi memicu strategi agresif Israel atas Gaza akhir-akhir ini?


◄ Newer Post Older Post ►