Peran "Aneh" Amerika di Afghanistan

Minggu lalu (16/3), dilaporkan Presiden Afghanistan Hamid Karzai marah besar dengan terjadinya penangkapan terhadap Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin nomor 2 Taliban setelah Mullah Mohammed Omar, pada sekitar Februari 2010 di kota pelabuhan Karachi, Pakistan. Penangkapan ini dilakukan aparat keamanan Pakistan yang dibantu intelijen Amerika Serikat (AS). Baradar dan beberapa pemimpin senior Taliban lainnya dilaporkan telah lama menjalin komunikasi rahasia yang intens dengan Pemerintah Karzai dan Utusan Khusus PBB untuk memulai sebuah pembicaraan ke arah perundingan damai yang akan mengakhiri perang 8 tahun di Afghanistan.

Penangkapan Baradar dikhawatirkan akan menutup kembali saluran-saluran komunikasi dengan pemimpin-pemimpin militan Taliban. Kai Eide, bekas Utusan Khusus PBB untuk Afghanistan, seperti dikutip The Guardian, amat menyesalkan aksi penangkapan ini. Menurut Eide, tindakan ini berefek negatif bagi kemungkinan untuk melanjutkan proses politik yang sangat penting bagi perdamaian. Pembicaraan damai dengan Taliban, bagi Eide, adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri perang di Afghanistan. Dan, Taliban sudah membuka diri untuk hal ini.

Hamid Gul, mantan direktur badan intelijen Pakistan yang kerap mengkritik peran AS di Afghanistan, mengatakan bahwa beberapa pemimpin senior Taliban mempunyai kehendak kuat untuk dialog. Meskipun untuk itu, mereka mengajukan tiga prasyarat kepada AS, yakni jadwal yang lebih jelas tentang penarikan mundur pasukan; berhenti melabeli mereka "teroris", dan membebaskan semua tahanan Taliban yang dipenjara, baik di Pakistan maupun Afghanistan.

Namun tampaknya, keinginan Taliban akan bertepuk sebelah tangan. Menteri Pertahanan AS Robert Gates menyatakan adalah terlalu dini untuk mengharapkan Taliban mau berdamai. Bagi Gates, cuma kekalahan secara militer yang bisa membuat kelompok militan yang dituding melindungi Osama bin Laden itu datang ke meja perundingan damai. Setali tiga uang, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton juga sangat skeptis bahwa pemimpin Taliban akan bersedia meninggalkan "cara-cara kekerasan".

Permainan AS dengan Mullah Omar?

Pada 18 Februari 2010, sebuah sumber intelijen melaporkan bahwa Baradar diberi jaminan untuk melakukan perjalanan dalam rangka bertemu dengan diplomat Jepang dan Eropa yang menawarkan jutaan dolar bagi Taliban dengan syarat mereka mengintegrasikan kekuatan ke dalam pemerintah Afghanistan. Ketika Pentagon dan CIA mengetahui adanya pembicaraan Taliban dengan Eropa dan Jepang serta rincian rencana perjalanan Baradar dengan para utusan tersebut, CIA dan mitra Pakistan-nya menangkap Baradar.

Seperti dikutip dari AP, seorang pejabat intelijen di selatan Afghanistan yang menolak untuk menyebutkan namanya mengatakan bahwa orang yang memberi informasi kepada CIA tentang gerakan Baradar di Karachi itu tak lain adalah Mullah Omar. Rupanya, Mullah Omar cemas akan kedudukan Baradar yang semakin lebih populer ketimbang dirinya di kalangan Taliban.

Hubungan Mullah Omar dengan CIA juga dilaporkan terjadi ketika Omar dibiarkan untuk melarikan diri dari Kandahar pada November 2001 saat pasukan AS mengepung kota itu. Omar, menurut sumber-sumber intelijen, terus mempertahankan saluran komunikasi dengan CIA melalui ISI dan aset-aset intelijen di Pakistan dan Afghanistan.

Beberapa serangan terhadap pasukan AS di Afghanistan juga dilaporkan sebenarnya dilaksanakan oleh tentara-tentara bayaran yang digaji oleh seorang pengusaha berbasis di Dubai yang mengintimidasi para pejabat AS untuk memberikan kontrak menguntungkan kepada perusahaannya. Dalam sebuah kasus, sekelompok Afghanistan, yang dituding sebagai Taliban, menelepon komandan Pangkalan Udara AS di Bagram dan mengancam akan melancarkan serangan mortir kecuali kelompoknya menerima kontrak untuk mengirimkan bahan bakar ke pangkalan. Penelepon dilaporkan berangkat ke Dubai dari Afghanistan pada hari yang sama.

Krisis di Afghanistan tampaknya lebih rumit daripada yang pernah orang bayangkan.
◄ Newer Post Older Post ►