Pendidikan Seksual pada BALITA


Pendidikan seksual adalah topik yang masih dianggap tabu oleh mayoritas orang tua. Kalau bisa menghindar, orang tua akan lari sejauh mungkin dari tanggung jawab pendidikan seksual  anak. Namun jika anda ingin anak anda mendapatkan pendidikan seksual dengan benar dan sesuai dengan nilai-nilai yang anda anut, tidak ada jalan lain kecuali anda mempelajarinya dan mengajarkannya pada anak sendiri. Jangan biarkan orang-orang Hollywood dan industri rekaman yang mengambil alih tanggung jawab anda sebagai pendidik seksual bagi anak anda dengan menyodorkan film-film dan lagu-lagu yang berisi pesan seksual.

Kapan sebaiknya pendidikan seksual dimulai?
Sejak dini. Rasa ingin tahu anak terhadap organ tubuhnya merupakan saat yang tepat untuk memulai pendidikan seksual. Buka pintu pendidikan dengan menyebutkan nama organ tubuh anak termasuk organ seksual, misalnya pada saat mandi. Sebutkan nama organ seksual dengan benar: penis, vagina, bukan: “titit/burung/anu.”

Ketika anak bertanya tentang nama organ tubuhnya ataupun gunanya, jawablah dengan sederhana, tanpa rasa malu atau menertawakan anak. Jawablah sesuai dengan usia anak.

Bagaimana dengan anak yang menstimulasi organ seksualnya sendiri?
Banyak anak BATITA yang mengekspresikan keingintahuannya akan seksualitas dengan memegang organ seksualnya. Anak laki-laki mungkin menarik penisnya dan anak perempuan meraba alat genitalnya. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), hal itu merupakan rasa ingin tahu yang normal, anda tidak perlu takut dan jangan marahi atau hukum anak anda. Jika anak dimarahi atau dipermalukan, justru kemungkinan ia akan menjadi lebih ingin tahu dan melakukannya dengan diam-diam. Yang perlu diperhatikan, jika anak melakukannya di depan umum, alihkan perhatian anak untuk melakukan hal yang lain.  

Yang perlu diperhatikan adalah jika anak terlalu sering melakukan masturbasi, mungkin merupakan tanda ada masalah dalam dirinya. Bisa jadi ia cemas, tidak mendapatkan cukup perhatian. Kemungkinan lain adalah terjadinya pelecehan seksual. Ajarkan anak anda untuk tidak mengijinkan siapapun menyentuh alat kelaminnya tanpa seijinnya. Jika anda kuatir akan perilaku seksual anak anda, bicarakan dengan dokter anak anda.

Bagaimana dengan permainan “dokter-dokteran?”
Menginjak umur 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai menyadari bahwa alat kelamin anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Rasa ingin tahu yang alami membuat mereka ingin mengeksplorasi organ seksual anak lain dengan bermain dokter-dokteran. Eksplorasi ini tidak berbahaya dan masih sesuai dengan usia anak, sangat berbeda dengan aktifitas seksual orang dewasa. Namun demikian, anda bisa membatasi permainan itu dengan mengalihkan anak ke permainan lain. Anda juga bisa menggunakan kesempatan itu untuk mengajarkan pada anak bahwa alat kelamin adalah organ pribadi. Katakan bahwa anda memahami keingintahuannya, namun alat kelamin adalah organ pribadi yang tidak boleh disentuh orang lain.

Kapan saja kita perlu memberikan pendidikan seksual?
Pendidikan seksual bukan merupakan kurikulum yang perlu diajarkan saat tertentu. Ambil setiap kesempatan yang muncul untuk membicarakan pendidikan seksual. Misalnya ketika ada keluarga yang hamil, ceritakan pada anak bahwa ada adik bayi yang sedang tumbuh di dalam rahim ibunya. Jika anak anda bertanya bagaimana bayi itu bisa masuk ke rahim ibu, atau bagaimana cara bayi keluar dari rahim, ambil kesempatan itu untuk menjawab pertanyaannya.  Anda bisa mengatakan bahwa bayi tumbuh dari telur yang ada di rahim ibu, dan bayi akan lahir melalui vagina ibu.

Orang tua perlu memulai pendidikan seksual jauh sebelum anak mempelajarinya di sekolah. Walau mungkin terasa aneh karena kurang terbukanya lingkungan di jaman dulu, namun keterbukaan orang tua untuk berdiskusi dengan anak sangat diperlukan untuk perkembangan kesehatan seksual anak. Terutama jika anda ingin anak anda memahami seksualitas sesuai nilai-nilai keluarga anda. 
◄ Newer Post Older Post ►