Mengasihi Anak Tanpa Syarat. Mungkinkah?


Mengasihi tanpa syarat merupakan dasar utama bagi pembentukan harga diri anak. Mengasihi tanpa syarat berarti mengasihi anak, tak perduli apapun yang mereka lakukan, katakan, dan percayai. Kita boleh saja tidak suka dengan perbuatan mereka, namun kita akan tetap mengasihi mereka. Untuk memberikan kasih sayang tanpa syarat, kita perlu menjadi orang tua yang tangguh, yang menggunakan pikiran jernih. Sehingga, walau hati kadang hancur mendengar perkataan anak, kita bisa tetap menggunakan pikiran sehat untuk memutuskan kita tetap mencintai anak kita.

Banyak orang tua bersikap angin-anginan, yaitu bersikap suportif dan penuh perhatian hanya jika anak bersikap manis dan penurut, tapi  berubah menjadi keras jika anak tidak menurut. Padahal justru mengasihi tanpa syarat paling dibutuhkan ketika anak ada dalam kondisi “sedikit menyebalkan.” Misalnya ketika anak berkata dia membenci orang tuanya, ataupun ketika mereka melakukan hal yang sengaja dilarang.
Bagaimana menunjukkan kasih sayang tanpa syarat? Berikut adalah tips untuk memungkinkan orang tua memberikan kasih sayang sepenuhnya pada anak:

Bedakan “anak” dengan “perilaku”.
Doni “kehilangan kesabaran dan memukul temannya,” bukan: Doni “pemukul.” Sinta “tidak tahu bagaimana mengerjakan PR nya,” bukan: Sinta “pemalas”  Dito “tidak tahan untuk duduk tenang lebih dari setengah jam,” bukan: Dito “nakal.”

Berikan perhatian khusus.
Waktu khusus adalah waktu berinteraksi bersama anak (bermain atau bercakap-cakap). Jadi bukan sekedar bertanya ketika anak lewat: “Sudah mandi belum?” atau “Sudah mengerjakan PR belum?” Bukan pula menjawab pertanyaan anak sambil membaca koran atau menonton TV. Berikan juga banyak sentuhan fisik, seperti pelukan, massage, belaian, tepuk kepala atau punggungnya, sentuhan apa saja yang disukai anak.

Hargai keunikan masing-masing anak.
Mengasihi anak apa adanya memerlukan pengetahuan tentang keunikan anak dan mengijinkannya berkembang. Mungkin anak anda memilih untuk bermain instrumen daripada berolahraga. Jangan memaksakan kehendak anda pada anak karena anda menghargai bidang tertentu. Bantu anak anda mengenali keunikan pribadinya.  Sepanjang hal yang dia ingin lakukan tidak melanggar etika, moral, melukai atau tidak sesuai umur, ijinkan anak mencobanya.

Kurangi kritikan dan cari alternatifnya.
Kritik yang terlalu sering sama sekali tidak produktif, bahkan anak akan berhenti mencoba jika ia merasa tidak mungkin menyenangkan orang tuanya. Pikirkan dan seleksi baik-baik hal yang anda larang. Terlalu banyak kritik membuat anak merasa tak berharga.   
Jika anda terpaksa mengkritik, jelaskan tindakannya dengan jelas dan spesifik misalnya: “Pukulanmu menyakiti adikmu,”  bukannya menunjukkan ada yang salah pada anak: “Kamu jahat.” Perhatikan juga bahasa tubuh anda agar anda tetap bisa menyampaikan kritikan dengan tenang, bukan dengan kemarahan.
Alternatif dari kritikan adalah memanfaatkan masalah menjadi teaching moment. Banyak hal-hal berharga yang bisa anda ajarkan pada anak ketika dia berperilaku negatif. Misalnya melihat dampak perbuatannya bisa melukai perasaan dan fisik orang lain. Anda juga bisa mengundang anak untuk mengevaluasi emosinya dan mengajaknya berpikir, jika lain kali ia merasa kecewa apa yang bisa dilakukannya tanpa melukai orang lain. Perlu diingat bahwa ketika anak berperilaku negatif, tujuan kita bukan membuat anak merasa dirinya jahat atau tidak baik. Namun kita ingin mengembangkan emosi cara berpikir anak dan membantunya menjadi anak yang tidak ingin bertindak buruk.  

Kembangkan Rasa Percaya Diri Anak.
Anak tahu jika orang tuanya benar-benar perduli dan mengasihinya. Apa yang anda katakan tentang anak anda, itulah yang dia percayai. Jika anda mengatakan anak anda berharga, diapun percaya bahwa dia berharga. Jangan pernah melihat anak anda sebagai suatu masalah. Lihatlah permasalahan anak anda sebagai tantangan. Bagaimana kita melihat anak, begitulah mereka memandang dirinya. Pastikan bahwa yang dilihatnya adalah hal yang positif.
◄ Newer Post Older Post ►