Serdadu AS Bunuh Rakyat Afghan untuk Kesenangan


Serdadu AS berpose bersama jenazah  Gul Mudin
JEJAK berdarah militer Amerika Serikat (AS) di seantero planet makin panjang saja. The Guardian melaporkan, Jumat (11/11), juri pengadilan militer memutus Sersan Staff (setingkat sersan kepala) Calvin Gibbs bersalah atas lusinan dakwaan pembunuhan terhadap warga sipil Afghanistan di Kandahar sejak 2010.

Pengadilan juga sedang memproses 11 serdadu AS lain terkait kasus ini.

Gibbs, Komandan Peleton ke-3, Kompi Bravo, Batalion ke-2, Resimen Pertama Infantri dari Brigade Stryker ke-2 itu, mengubah pasukannya menjadi skuad pembunuh. Mereka menyebut diri mereka “Kill Team”.

Namun, itu bukan pembunuhan biasa. Mereka berfoto bersama korban. Mereka mengoleksi bagian tubuh korban sebagai tropi. Mereka membunuh demi kesenangan. Bagi mereka, rakyat Afghan hanya “binatang” buruan.


Simak bagaimana Gibbs bersaksi di pengadilan.

“Saya pikir, saya di sana untuk mengambil tanduk rusak.”

Spesialis (setingkat kopral) Adam Winfield, anak buah Gibbs, pun bersaksi.

“(Gibbs) suka membunuh. Dia sungguh penjelmaan iblis. Maksudnya, saya tak pernah bertemu seseorang yang bisa bercanda, dan satu menit kemudian membunuh tanpa belas kasihan.”

Pada 27 Maret, majalah The Rolling Stone, menurunkan laporan komprehensif tentang bagaimana para “Captain America” itu membunuh warga sipil Afghan.

Berikut ringkasannya.
  • Pada 15 Januari 2010, “Kill Team” membunuh anak laki-laki Afghan bernama Gul Mudin. Anak petani malang berusia 15 tahun ini diberhentikan di tengah jalan. Kemudian pasukan AS memerintahkan dia berdiri diam. Mereka kemudian berjongkok di balik dinding lalu melemparkan granat. Sesaat granat meledak, mereka memberondong Mudin dengan senapan mesin dari jarak dekat. Mudin tewas. Dan mereka berdalih, Mudin telah menyerang mereka dengan granat. Licik. Tak Cuma itu, mereka menelanjangi anak itu, berpose menyeringai bersama jenazahnya, dan memotong salah satu jarinya. Sadis.
  • Anggota “peleton pembunuh” ini juga kerap mengumpulkan senjata milik militan yang ditemukan di lokasi pertempuran. Lalu, mereka akan meletakaan senjata itu pada jenazah warga sipil yang mereka bunuh, agar korban terlihat sebagai pasukan musuh.
  • Mereka juga suka melemparkan permen dari kendaraan militer ke arah anak-anak Afghan. Lalu, mereka menembaki anak-anak yang berebut permen. Atau terkadang mereka menabrakkan kendaraan militer ke arah anak-anak itu.
  • Laporan Rolling Stonemengindikasikan, militer AS juga berupaya menutupi bukti lain. Bukti itu menunjukkan “kill team” juga terjadi di luar Peleton ke-3.

Itulah bagi dari jejak berdarah militer AS. Sebelumnya, Abu Ghraib (Irak), Bagram (afghanistan), dan Guantanamo menjadi saksi aksi biadab “pasukan pembebas” itu.

Tapi itu tak hanya terjadi di wilayah operasi militer AS. Di mana ada pangkalan militer AS, pembunuhan dan pemerkosaan oleh personel militer AS sudah umum terjadi. Sebagai contoh, itu berlaku di Jepangdan Korea Selatan. (Jemala)

◄ Newer Post Older Post ►