The Killing Field, Paket wisata Mengerikan dari Kamboja


Entah ini bisa dibilang info misteri, sejarah atau wisata. Tempo hari habis mendengar cerita langsung dari seseorang yang pernah melakukan wisata di kamboja, Pnohm Penh, yang tepatnya ini bisa dibilang wisata mencekam, karena merupakan situspeninggalan dari kekejaman yang pernah terjadi di Asia, rezim Khmer merah . Habis dengar ceritanya, sy langsung cari2 informasi yang lebih lengkapnya dari 2 tempat wisata mencekam yang ada di Pnohm Penh (krn siapa tahu nantinya bisa berkunjung kesana  ), dan berikut saya rangkum infonya berdasar dari cerita yg sy dengar dan beberapa referensi yg saya dapat di internet. Sebelumnya harap kuatkan mental sebelum membacanya ya
Kamboja adalah salah satu negara anggota ASEAN yang terkenal dengan pagoda Angkor Wat yang berbatasan langsung dengan Thailand, Laos dan Vietnam. Sebagian besar rakyat Kamboja beragamaBuddha Theravada, yang turun-temurun dianut etnis Khmer. Namun, sebagian warganya juga ada yang beragama Islam dari keturunan muslim Cham.

Mungkin bisa menjadi ritual wajib kalau kita wisata ke Kamboja khususnya di Phnom Penh harus mengunjungi 2 tempat mengerikan disana yang justru dijadikan objek wisata. Tempat tersebut adalah The Killing Fields of Choeung Ek (baca: Congek), dari namanya saja sudah ngeri, Killing Field atau Ladang Pembunuhan. Tempat yang kedua adalah Tuol Sleng Museum, bekas sekolah yang dijadikan penjara dan tempat penyiksaan.Kedua tempat ini adalah saksi bisu dan bukti nyata dari tragedi kemanusiaan terkejam di benua Asia selama rezim Khmer Merah berkuasa di Kamboja.

Untuk menuju kedua tempat tersebut kita bisa naik tuk-tuk/becak motor denga harga awal 10 dolar bagi turis asing. Letak Killing Fields of Choeung Ek sekitar 15 km dari pusat kota tapi untuk museumnya masih di pusat kota.Setelah lebih kurang 30 menit perjalanan, kita pun tiba di pelataran parkir depan lokasi Cheoung Ek Genocidal Center, dengan harga tiket sebesar 5 dollar untuk sekali masuk tapi sudah lengkap dengan audio tour yang berupa semacam walkman yang berisi penjelasan-penjelasan mengenai tempat-tempat yang telah dinomeri.

Choeung Ek Genocidal Center mulanya adalah merupakan areal pekuburan China. Tempat ini memiliki luas sekitar 2,5 heaktar. Oleh rejim Khmer Merah, selama mereka berkuasa yaitu dari 1976 hingga sekitar awal tahun 1979, tempat ini dijadikan tempat membunuh dan kuburan bagi ribuan korban. Sebagian besar para korban tersebut berasal dari tahanan yang diangkut dari Penjara Rahasia S-21 Tuol Sleng. Sesampainya di tempat ini, para tahanan kemudian dibunuh dan dikuburkan dalam kuburan massal.

Begitu memasuki lokasi tempat ini, kita akan menyaksikan sebuah bangunan monumen yang dikenal dengan sebutan "Memorial Stupa". Dalam ajaran Buddha, stupa adalah merupakan tempat suci untuk menempatkan sisa-sisa jasad manusia yang harus dihormati. Pembangunan stupa ini juga dimaksudkan sebagai pengingat bagi mereka yang mati dibunuh di tempat ini. Begitu disucikannya tempat ini, untuk masuk dan melongok ke bagian dalam bangunan kita diharuskan melepas alas kaki dan tidak boleh berisik. Disini akan membuat kita tertegun dan memahami apa yg kita lihat, begitu banyak tumpukan tengkorak dan tulang belulang serta pakaian kusam yang teronggok di sana. Bangunan Memorial Stupa ini memiliki tinggi 65 meter dan terdiri dari 17 tingkat. Setiap tingkat menyimpan jenis tulang yang berbeda. Pakaian para korban yang ditemukan dari kuburan massal ditempatkan pada tingkat pertama. Pakaian berbagai ukuran dan warna, untuk pria, wanita, anak-anak dan bahkan untuk bayi terkumpul di tingkat satu ini. Pada tingkat kedua sampai dengan ke sembilan ditempatkan tengkorak para korban. Sementara pada tingkat ke sepuluh sampai dengan ke tujuh belas ditempatkan berbagai jenis tulang seperti tulang selangkangan, humerus, tulang rusuk, tulang pinggul, tailbones, thighbones, shinbones, tulang punggung, dan tulang rahang.



Pendirian monumen ini sekali lagi tidak terlepas dari sejarah kelam sebelumnya. Pada tahun 1975-1978 kira-kira sebanyak 17.000 (tujuh belas ribu) orang disiksa dan dibantai, nggak memandang usia dan gender, yang masih balita saja dilempar dan dihantamkan ke pohon besar hingga tewas. Bayangkan, negeri yang tentram dan damai tiba-tiba berubah menjadi neraka. Bagaimana tidak, penduduk yang nggak berdosa tiba-tiba ditangkap, disiksa dan dibunuh. Kamboja terbebas dari pemerintahan rejim Khmer Merah pada 7 Januari 1979. Tidak beberapa lama setelah itu, ladang pembantaian "killing field" di Cheoung Ek ditemukan. Tidak kurang 129 kuburan massal ditemukan dan 86 kuburan massal digali. Dari penggalian tersebut sekitar 8.985 mayat tanpa diketahui lagi identitasnya berhasil diangkat.

Adalah Pol Pot atau nama aslinya Saloth Sar yang bertanggung jawab atas semua peristiwa tersebut, pemimpin Partai Komunis pada jaman itu ingin membentuk rezim baru dengan memusnahkan bangsa (genocide), tradisi, budaya, dan agama. Kalau Nazi dan Yahudi bisa dimengerti karena dua bangsa berbeda ingin memusnahkan bangsa satunya, tapi Pol Pot adalah bangsa Khmer dan ingin memusnahkan bangsanya sendiri, bisa dibayangkan betapa ngerinya membunuh keluarga dan saudara sendiri.

Kembali ke bangunan memorial stupa, Beranjak ke bagian belakang bisa didapati sebuah pohon besar yang di bawahnya tertulis keterangan "Killing Tree Against Which Executioners Beat Children". Pada bagian lain dekat tulisan tersebut teronggok tulang belulang serta gigi-gigi manusia yang dibiarkan begitu saja. Lalu tepat di bawah pohon itu sendiri terdapat bekas galian yang ditutupi kanopi kayu. Galian tersebut adalah bekas kuburan massal dari bayi yang dibunuh. Pohon tersebut sama seperti lukisan yang terpajang di museum genosida Tuol Sleng. Pada lukisan tersebut digambarkan bahwa para bayi dibunuh dengan cara di lempar ke udara dan disambut dengan moncong bayonet. Ada juga yang dibenturkan kepalanya ke sebuah batang pohon,sementara disisi lainnya terlukis mayat-mayat bayi yang berserakan dan berlumuran darah. Adalah Duch, mantan kepala Penjara Rahasia S-21, mengakui bahwa dia telah memerintahkan bawahannya untuk membunuh anak-anak dan bayi. Cara membunuh bayi tersebut sebagaimana dilukiskan di atas, para pembunuh mengangkat kaki mereka lalu membenturkan kepala mereka ke batang pohon hingga hancur. Bisa dibayangin sendiri kan gimana ngerinya???

Sementara di bagian terakhir (ruangan belakang), kita bisa menyaksikan keterangan mengenai silsilah organisasi Khmer Merah, paparan pengakuan dari Duch, mantan kepala Penjara Rahasia S-21 tentang cara pembunuhan bayi dan anak-anak yang diperintahkan pada bawahannya, dan beberapa benda yang ditemukan dalam kuburan massal serta benda atau alat yang dijadikan sarana untuk membunuh para korban. Beberapa benda dan alat yang ditemukan tersebut diantaranya adalah
sangat-unikz.blogspot.com - The Killing Field, Paket wisata Mengerikan dari Kamboja

sangat-unikz.blogspot.com - The Killing Field, Paket wisata Mengerikan dari Kamboja
1. Kain (Pakaian) bayi, benda ini ditemukan dalam kuburan massal di mana lebih dari 100 anak-anak dan perempuan dikuburkan.

2. Anting-anting anak-anak terbuat dari emas, benda ini juga ditemukan dalam kuburan massal di mana lebih dari 100 anak-anak dan perempuan dikuburkan.

3. Tali, para petani di Kamboja biasanya menggunakan tali ini untuk menggeret leher sapi. Oleh tentara Khmer Merah tali ini digunakan sebagai alat untuk mengikat tangan para tahanan. Tali ini juga ditemukan di dalam kuburan massal.

4. Tali ayunan (hammock string), Selama Pemerintahan Demokratik Kampuchea, ayuna banyak digunakan sebagai tempat tidur di lapangan. Oleh tentara Khmer Merah, benda ini digunakan sebagai alat untuk mengikat tangan korban. Ini juga ditemukan di dalam kuburan massal.

5. Syal penutup mata, syal tradisional yang lebih dikenal dengan sebutan "Krama". Biasanya, orang-orang Kamboja khususnya petani dan buruh, menggunakan syal ini untuk bermacam fungsi seperti untuk topi, ikat pinggang, tempat tidur gantung, kain renang, dll. Oleh tentara Khmer Merah syal atau krama ini digunakan sebagai alat untuk mengikat tangan korban (di belakang). Ini juga ditemukan didalam kuburan massal.

6. Sandal, Khmer Merah membuat sandal dari ban bekas, Dalam keseharian, sandal ban bekas ini digunakan oleh pasukan Khmer Merah termasuk para pemimpin Demokratik Kampuchea dan kemudian diadaptasi oleh penduduk di seluruh negeri. Mereka harus memakai sandal ini sebagai pakaian tradisional revolusioner.

Melihat cara pembunuhan yang dilakukan pada tahanan apakah teriakan rasa kesakitan dari para korban tidak didengar oleh penduduk sekitar?. Penjelasan tulisan pada sebuah pohon bisa menjawab pertanyaan. Para penjaga menempatkan alat pengeras suara dan digantung pada pohon tersebut dan dibunyikan keras-keras sehingga lolongan korban yang tengah dieksekusi tidak terdengar oleh masyarakat sekitar. 
◄ Newer Post Older Post ►