Ketiga jurkam capres ini punya karakter yang unik sekaligus jejak rekam politik yang nyaris sama. Ruhut terkenal sebagai pengacara (dan juga pemain sinetron) yang cepat emosional. Permadi seorang politikus yang suka bicara mistis (tentu saja itu karena dia juga "paranormal"). Sementara Fuad, meski pernah menjadi menteri, terkesan suka berbicara nyelekit. Jejak rekam politiknya: wow ketiganya sama-sama "kutu loncat" alias pernah pindah-pindah partai. Ruhut, pengacara yang dibesarkan Golkar tetapi kini menjadi fans "fanatik" SBY; Permadi hengkang dari PDIP ke Gerindra karena merasa Prabowo adalah "soekarno kecil"; dan Fuad meninggalkan PAN untuk mendirikan Hanura setelah di-KO Soetrisno Bachir dalam pemilihan ketua umum PAN.
Debat ini pernah saya saksikan kutipannya di Metro TV, tetapi kutipan berikut berasal dari Kompas:
Itu cuma sedikit kutipan. Dalam tayangan Metro TV, Ruhut menyerang Fuad dengan menyinggung hal-hal yang bersifat personal, seperti kearaban (bahwa negara Arab nggak pernah bantu Indonesia) dan kedekatan Fuad dengan keluarga Cendana. Dari kenyataan tersebut, tampaknya para capres sudah salah pilih jurkam. Contoh lain, adalah Rizal Mallarangeng. Alih-alih merespon pernyataan Kwik Kian Gie bahwa Boediono menjalankan program ekonomi neolib selama menjadi menteri, Rizal yang adalah jurkan SBY-Boediono malah berkata, "Itu kan Kwik lagi bingung antara neolib atau Neozep (obat sakit kepala). Kwik lagi pusing saja, jadi berkunang-kunang harusnya kan minum Neozep, tetapi kok ngomong-nya neolib."Ruhut S : “Sudahlah, jangan latah bicara neolib. Pak SBY memilih Boediono karena fokus menangani krisis global. Jangan saudagar, ibu rumah tangga yang hanya tahu harga cabe tiba-tiba bicara ekonomi kerakyatan….”
Permadi : “Pak Prabowo itu sebelum membikin partai sudah ngomong ekonomi kerakyatan. Kalau jadi capres yang berbuat untuk rakyat jangan hanya klaim berhasil ini itu…..,”
Fuad Bawazier : “Sudahlah, tidak usah mengelak kalau memang neolib. Orang kalau sudah terpojok akan kalap. Apa susahnya mengaku salah, ya saya berdosa karena neolib. Kan selesai,”
Mendapat serangan seperti itu, Ruhut malah membalasnya dengan hal-hal yang bersifat personal, seperti kedekatan Fuad dengan keluarga Cendana hingga perdebatan keluar dari konteks diskusi. [baca Kompas]
Menanggapi isu kaitan antara kekayaan Prabowo dan visinya membangun ekonomi kerakyatan, Permadi : “Kalau orang miskin jadi menteri atau presiden pasti akan korupsi. Mending punya presiden yang kaya tapi berpikir untuk orang miskin. Daripada punya presiden miskin yang berpikir untuk dirinya sendiri..”