Salah satu bentuk cinta produk dalam negeri tentunya adalah menyimpan semua aset dan kekayaan dalam mata uang Indonesia sendiri, yakni Rupiah. Bukan menyimpan harta dalam bentuk dollar Amerika, Euro Eropa atau Yen Jepang. Kondisi ini berbeda jika dollar digunakan hanya sebagai transaksi perdagangan komoditas atau kepemilikan saham luar negeri.
Mari kita lihat Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) para Capres/Cawapres 2009-2014 [kompas].
No | Capres/Cawapres | Nilai Kekayaan | % Kekayaan dalam US$ | |
Miliar Rp | Ribu US$ | |||
1 | Prabowo Subianto | 1579 miliar | 7500 ribu | 4.8% |
2 | Jusuf Kalla | 314 miliar | 25.7 ribu | 0.1% |
2 | Megawati Soekarnoputri | 256 miliar | 0 | 0.0% |
3 | Wiranto | 81.7miliar | 378 ribu | 4.6% |
5 | Boediono | 22 miliar | 15 ribu | 0.7% |
6 | Susilo Bambang Yudhoyono | 6.8 miliar | 246 ribu | 27.5% |
Dari tabel diatas, maka ada beberapa data yang perlu kita analisis:
- Urutan kekayaan terbesar dalam bentuk US$ : Prabowo, Wiranto, SBY, Jusuf Kalla, Boediono, Megawati.
- Rasio kekayaan dalam US$ : SBY, Prabowo, Wiranto, Boediono, Jusuf Kalla, Megawati.
- Prabowo dan Jusuf Kalla merupakan pengusaha (mantan). Prabowo memiliki bisnis di luar negeri sehingga mungkin kekayaanya dalam bentuk dolar. Sedangkan suami Mega dan istri Wiranto juga terjun dalam dunia bisnis. SBY dan Boediono hanya seorang birokrat nan pengusaha. Sehingga timbul pertanyaan mengapa SBY menyimpan 27.5% kekayaaan dalam bentuk dollar US$?
- Mengapa Megawati tidak menyimpan kekayaannya dalam bentuk rupiah dollar?
- Mengapa SBY, Wiranto dan Prabowo (sama-sama Jenderal berbintang) memiliki kekayaan yang begitu besar dalam bentuk dollar? Untuk apakah dollar? Apa untuk bisnis luar negeri, lebih bangga (cinta/love) memiliki kekaayaan dalam bentuk dollar atau jangan-jangan untuk spekulasi.
Semestinya seorang pemimpin memberi contoh sikap nasionalisme kepada rakyatnya dalam berbagai aspek. Dari penggunaan produk dalam negeri (Aku Cinta Produk Indoneia), menggunakan tenaga/perusahaan dalam negeri untuk mengelola pertambangan, perminyakan, industri strategis, hingga “Aku Cinta Rupiah”… Dari fakta dan perbuatan, kita tahu apakah kampanye capres/cawapres hanya “jargon semata” bahwa ia seorang nasionalis atau pencinta asing(Amerika)… Silahkan mencari data dan fakta yang lebih detil, dan jangan tertipu iklan dan jargon titik