Di hadapan para anggota parlemen dari partainya, Kadima, Olmert mengatakan bahwa ia tidak menginginkan terjadinya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Namun, warga Gaza, menurutnya, tidak akan pernah hidup dengan nyaman selama bagian selatan Israel terus diserang roket-roket pejuang Palestina.
“Warga Gaza akan berjalan kaki tanpa bahan bakar bagi mobil-mobil mereka, kerena mereka memiliki rezim teroris dan pembunuh yang tidak membiarkan penduduk di selatan Israel untuk hidup damai,” kata Olmert seperti dikutip AP.
Pernyataan keras lainnya datang dari Menhan Ehud Barak yang mengancam akan menggelar operasi militer berskala luar atas Jalur Gaza untuk mengembalikan ketenangan di wilayah selatan Israel yang, menurutnya, dihujani roket-roket Qassam.
“Saya lebih peduli dengan ketenangan kami daripada ketenangan mereka,” tegas Barak yang tahun lalu menentang pertemuan Annapolis yang digagas AS.
Meskipun kerap menyinggung roket-roket Palestina yang ditembakkan ke selatan Israel, pejabat-pejabat Israel justru mengakui bahwa berhentinya serangan roket tidaklah cukup untuk mengakhiri bombardir Israel atas Gaza.
Jurubicara Kementerian Pertahanan Israel, Sholomo Dror, mengatakan bahwa problemnya adalah Hamas tidak mengakui Israel dan ingin menghancurkan Israel. Dengan membuka blokade, maka itu berarti membantu mereka menghancurkan Israel.
Pernyataan itu jelas mengabaikan fakta proposal Hamas untuk gencatan senjata dengan Israel yang segera ditolak pemerintahan Olmert dan juga kenyataan bahwa sebagian besar roket yang ditembakkan dari Gaza berada di luar kemampuan Hamas untuk mencegahnya, karena para pelakunya adalah kelompok pejuang lainnya.
Sementara itu, para pejabat Hamas mengecam keterlibatan negara-negara Arab, terutama Mesir, atas krisis yang kini mendera Gaza. Mesir bergabung dengan Israel untuk mencegah akses masuk dan keluar bagi wilayah itu, utamanya dengan menutup terminal perbatasan Rafah.
“Mengapa negara-negara Arab menjadi patner (Israel) dalam embargo ini,” kecam Marwan Abu Ras, anggota parlemen asal Hamas.
Menurut harian Israel Haaretz Serangan militer Israel atas Gaza dari 2006 hingga 2008 telah mengakibatkan terbunuhnya lebih daripada 800 warga Gaza, yang sebagian besarnya adalah warga sipil yang tidak terkait dengan aktivitas perlawanan bersenjata melawan Israel, termasuk di dalamnya anak-anak.
Serangan tanpa membedakan mana warga sipil dan pejuang bersenjata itu dikecam PBB sebagai sebuah kejahatan perang, dan para pelakunya harus bertanggung jawab.