TV Rusia Laporkan Indikasi Keterlibatan AS dalam Perdagangan Obat Bius dari Afghanistan

Channel One TV, televisi Rusia, menayangkan sebuah laporan yang berisi dugaan keterlibatan militer AS dalam perdagangan obat bius dari Afghanistan ke Eropa. Laporan itu juga menjelaskan problem penyalahgunaan obat bius di kalangan militer Inggris.

Saluran TV itu mengutip laporan PBB yang menyatakan bahwa jumlah opium yang diproduksi di Afghanistan meningkat dua kali lipat sejak kedatangan pasukan koalisi ke negeri iru.


Tayangan itu juga mengutip laporan BBC News (pada 14 Desember 2007) bahwa pasukan Inggris kehilangan satu batalion penuh setiap tahunnya akibat penyalahgunaan obat bius.


Dugaan keterlibatan militer AS dalam perdagangan obat bius datang dari Geydar Dzhemal, ketua Islamic Committee of Russia. “Tanpa kendali dan keterlibatan kekuatan-kekuatan khusus, hal-hal seperti ini tidak akan mungkin terjadi. Sebagai contoh di Afghanistan, CIA dan pasukan-pasukan khusus lainnya sangat terang-terangan. Di bawah perlindungan militer Amerika, mereka menemui orang-orang yang dibutuhkan. Mereka mengumpulkan barang-barang itu, pergi ke pangkalan udara Bagram, dan mengirimkan sejumlah besar narkotik,” katanya.


Laporan itu mengatakan bahwa heroin sampai di Balkan melalui Turki, yang “merupakan anggota NATO sejak 1952 dan sekutu dekat AS di kawasan tersebut.” Dikatakan bahwa “suatu kebetulan lainnya adalah bahwa Kosovo merupakan pangkalan udara terbesar NATO di Eropa. Koresponden televisi itu menambahkan bahwa di Kosovo, terdapat sebuah pos rahasia Interpol yang berdekatan dengan pangkalan militer itu. “Di sini, mereka membicarakan secara amat terbuka mengenai heroin Afghan yang dimuat dalam pesawat-pesawat AS,” katanya.


Seorang yang bernama Marko Nicovic, petugas Interpol, menjelaskan bahwa 90 persen heroin itu disalurkan melalui mafia-mafia Albania, yang sekarang posisi mereka lebih kuat daripada mafia-mafia Sicilia. Petugas Interpol ini juga menduga bahwa mafia-mafia Albania itu telah menyuap parlemen-parlemen Eropa untuk mendukung kemerdekaan Kosovo.


Laporan itu juga mengaitkan meningkatnya angka kejahatan obat bius di Rusia dengan invasi AS atas Afghanistan. “Sejak Amerika melancarkan perang terhadap Taliban, laboratorium kejahatan di Rusia bekerja nyaris tanpa henti,” kata koresponden itu.


Aleksandr Mikhaylov, kepala departemen informasi pada Lembaga Pengawasan Obat Bius Rusia, mengatakan bahwa produksi narkotik di Afghanistan kini makin professional, dan bahwa narkoba-narkoba itu telah memonopoli ekonomi Afghan. “Situasinya hari ini adalah bahwa narkotik telah menjadi sesuatu yang digunakan dalam barter perdagangan di Afghanistan,” katanya.


Powered by Qumana

◄ Newer Post Older Post ►