Peristiwa pertama adalah keberhasilan pemerintah Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan di Turki mengungkap pelaku perencana kudeta pada tahun 2003. Ankara menahan 51 komandan AD dan AU Turki dan beberapa perwira tinggi atas tuduhan terlibat merencanakan operasi bersandi “OPERATION SLEDGEHAMMER” melawan pemerintahan AKP di bawah pimpinan Erdogan. Informasi intelijen menyebutkan keterlibatan signifikan dari Mossad dan CIA dengan rencana kudeta. Rezim Erdogan dikenal sebagai pemerintahan Turki yang paling keras terhadap Israel dan kebijakan AS di Timur Tengah. Sementara pada saat yang sama, Turki mulai membangun aliansi strategis dengan Iran dan secara terang-terangan menentang kemungkinan serangan militer AS/Israel ke Iran.
Peristiwa kedua adalah penangkapan pemimpin kelompok teroris “JUNDULLAH” Abdolmalek Rigi oleh agen-agen intelijen Iran. Rigi diringkus saat dalam penerbangan dari Pakistan menuju Dubai. Kementerian Intelijen Iran mengungkapkan bahwa Rigi memiliki paspor “aspal” Afghanistan yang dikeluarkan AS dan sebuah KTP “aspal” Pakistan.
Rigi diburu karena serangkaian aksi teroris yang menewaskan puluhan warga sipil di wilayah Baluchistan, Iran. Sebelumnya, terdapat laporan bahwa Pakistan berhasil menangkap Rigi namun kemudian dilepaskan atas tekanan CIA. Saudara laki-lakinya, Abdolhamid Rigi yang lebih dulu berada dalam tahanan Iran mengakui bahwa aksi-aksi JUNDULLAH di bawah perintah CIA. Abdolmalek Rigi juga diduga bergerak di bawah perintah Jenderal Stanley McChrystal, komandan militer AS di Afghanistan. Sehari sebelum ditangkap di udara, agen-agen intelijen Iran mendapati Rigi berada di pangkalan militer AS di Afghanistan. JUNDULLAH juga dihubungkan dengan dinas intelijen Inggris M-16.
Iran menunda pelaksanaan eksekusi terhadap Abdolhamid Rigi karena ia berguna dalam memberikan informasi tentang operasi-operasi anti-Iran CIA yang dilakukan di sekitar perbatasan dengan Pakistan dan Afghanistan. Oktober tahun lalu, bekas agen CIA Robert Baer mengkonfirmasi hubungan Rigi dengan CIA.