Terdapat berbagai versi tentang bagaimana Rigi diringkus. Versi pertama, misalnya, menyatakan Rigi ditangkap ketika berada dalam sebuah pesawat menuju Kyrgyzstan via Dubai. Pesawat itu diperintahkan untuk mendarat di Bandar Abbas, Iran, dan kemudian Rigi pun digelandang. Versi lainnya mengklaim bahwa Rigi ditahan saat dalam penerbangan dari Pakistan ke Dubai. Aljazeera memiliki versi yang berbeda. Menurut jaringan televisi satelit Qatar tersebut, Rigi ditangkap oleh aparat keamanan Pakistan dan kemudian diserahkan kepada Iran.
Satu persoalan terkait dengan “pesawat”. Beberapa media Barat, seperti Daily Telegraph, melaporkan bahwa penangkapan berlangsung dalam sebuah pesawat komersil milik maskapai “Kyrgyzstan Airlines” dengan nomor penerbangan “HQ454”. Kode “QH” adalah penanda penerbangan untuk maskapai “Kyrgyzstan” dengan call sign “ALTYN AVIA” bukan maskapai “Kyrgyzstan Airlines” yang memiliki call sign “KYRGYZ”, sebagaimana yang dilaporkan Daily Telegraph. Ini dua maskapai yang berbeda. Kyrgyzstan Airlines memiliki kode penerbangan “R8” bukan “QH”. Sementara itu juga, “Kyrgyzstan Airlines” hanya melayani rute Islamabad-Bishkek, tanpa melalui Dubai seperti halnya “Kyrgyzstan” yang berkode “QH”.
Lebih jauh, foto (menggambarkan 4 agen Vevak bersama Rigi turun dari pesawat) yang dirilis lebih menunjukkan semacam pesawat jet kecil, kemungkinan Lear atau Dassault Falcon, yang lebih kecil daripada sebuah pesawat komersil. Apalagi “Kyrgyzstan” hanya memiliki armada yang terdiri dari 3 Antonov AN-24s, 1 Tupolev TU-134a, dan 2 Yakovlev YAK-40s.
Jika demikian, terlihat bahwa informasi yang sejauh ini beredar lebih bertujuan sebagai kompetisi disinformasi. Mengingat penjelasan di atas, salah satu skenario yang mungkin adalah bahwa ISI Pakistan menjalin kerja sama dengan Vevak Iran untuk menyerahkan Rigi yang terbang dengan sebuah pesawat jet kecil di Bandar Abbas.
Persoalan lainnya, mungkinkah Pakistan sebagai sekutu AS dalam “perang melawan teror” bisa bekerja sama dengan Iran untuk menyerahkan salah satu aset “nomor wahid” CIA?
Tampaknya ada aksioma penting, “musuh dari musuhku adalah temanku”, yang diabaikan AS.
Besar kemungkinan Tehran tidak hanya mengetahui sejauh mana dukungan CIA untuk gerakan Baluchis anti-pemerintah Iran, tetapi juga dukungan Langley bagi gerakan separatis Baluchis di Pakistan dan bagaimana CIA telah mempersenjatai dan mensuplai dukungan logistik bagi kelompok Baluchis anti-Pakistan tersebut – sebuah fakta yang lebih lanjut akan menjauhkan Islamabad dari Washington dan membantu membentuk aliansi intelijen strategis antara Pakistan dan Iran.
Kepentingan bersama intelijen Iran dan Pakistan adalah operasi CIA di pangkalan udara Shamshi, Pakistan, yang mana kendalinya diserahkan pemerintah Pakistan kepada CIA pada Oktober 2001. Personel Blackwater/Xe juga beroperasi dari pangkalan Shamshi, sebuah transit penting yang menghubungkan antara Armada Kelima AS di Kawasan Teluk dengan pangkalan militer AS di Afghanistan.
Dukungan CIA untuk operasi Baluchis anti-Iran juga memiliki efek merestorasi kekuatan Baluchi Liberation Army (BLA) yang beroperasi di Pakistan. Laporan intelijen menyebutkan bahwa amunisi CIA yang ditujukan untuk gerilyawan JUNDULLAH justru jatuh ke tangan BLA, khususnya di kalangan klan-klan Bugti, Marri, dan Mengal yang kini mengancam akan mengganggu jaringan pipa trans-Pakistan ke pelabuhan Gwadar, Pakistan, yang sedang dikembangkan perusahaan konstruksi Cina. AS tampaknya tidak mampu atau tidak mau membedakan antara Baluchi-Iran dengan Baluchi-Pakistan serta agenda-agenda mereka masing-masing.
Pakistan juga mencurigai permainan politik energi AS. Dengan memprovokasi Baluchi di kedua sisi perbatasan, Pakistan dan Iran, CIA dicurigai hendak menggagalkan proyek jaringan pipa gas alam dari Qatar ke Pakistan yang akan melalui Iran.
Elemen-elemen intelijen Pakistan yang tidak senang dengan kebijakan “dua kaki” Amerika mengambil inisiatif untuk menginterupsi rencana perjalanan Rigi ke pangkalan udara AS di Manas, Bishkek-Kyrgyzstan.
Skenarionya, Rigi akan diterbangkan ke Dubai dari Gwadar dengan menggunakan pesawat carteran CIA-ISI setelah sebelumnya dikawal oleh tim Amerika bersama dengan tim Pakistan dari pangkalan udara Shamshi di Pakistan. Rigi dan tim Amerika percaya pesawat akan terbang ke Dubai untuk transit sebelum melanjutkan penerbangan dengan “QH454” ke Manas, Bishkek, dalam rangka menemui “orang penting” Amerika.
Tanpa sepengetahuan orang Amerika yang tidak ikut terbang, agen-agen Pakistan yang ada di pesawat kemudian memerintahkan pilot untuk mengubah arah menuju Bandar Abbas, dengan mengatakan bahwa ini misi rahasia militer Pakistan. Pesawat mendarat di Bandar Abbas dan Rigi pun ditahan.
Dalam sebuah wawancara di TV Iran setelah ditangkap, Rigi mengatakan bahwa dia terbang ke Bishkek untuk memenuhi undangan dari “orang penting” Amerika. Pertanyaan yang tersisa adalah mengapa Rigi melakukan penerbangan ke pangkalan udara AS di Manas. Siapakah “orang penting” AS yang hendak menemuinya?
Sebuah analisis intelijen meyakini bahwa dinas intelijen Iran bukan hanya berhasil menangkap salah satu teroris made-in CIA tetapi juga mampu membuat Utusan Khusus AS untuk Afghanistan dan Pakistan, Richard Holbrooke, berlama-lama menanti Abdolmalek Rigi yang tak kunjung datang di Bishkek.
Iran, dalam sebuah langkah cerdas, menangkap Rigi yang terbang dengan sebuah pesawat jet kecil dari Pakistan ke Dubai, sementara dunia percaya Rigi diambil dari sebuah pesawat Kyrgyzstan yang terbang dari Dubai ke Bishkek dan selanjutnya dipaksa mendarat jet Angkatan Udara Iran di Bandar Abbas.
Menjelang saat pertemuan yang direncanakan dengan Rigi, Holbrooke sedang dalam perjalanan di Asia Tengah dan Afghanistan “tanpa agenda yang pasti”. Holbrooke berada di Dushanbe, Tajikistan, pada 19 Februari.
Holbrooke mendarat di Manas pada 19 Februari dan berbicara dengan pasukan AS di Manas. Holbrooke kemudian berangkat ke Afghanistan tetapi kembali ke Manas pada 21 Februari, sehari sebelum pertemuan yang direncanakan dengan Rigi. Rilis resmi menyatakan Holbrooke kembali ke Kyrgyzstan untuk pertemuan resmi dengan Presiden Kyrgyzstan, Kurmanbek Bakiyev. Iran melakukan “permainan” dengan penerbangan “Kyrgyzstan” QH454 untuk membuat Holbrooke tetap menunggu (dengan harap-harap cemas) Rigi di Manas.
Saat pesawat tiba, Holbrooke diberitahu bahwa Rigi tidak berada dalam pesawat. Holbrooke malu dan marah, lalu meninggalkan Kirgizstan setelah mengetahui Iran berhasil menangkap Rigi. Holbrooke, salah satu Zionis Amerika paling berpengaruh dalam pemerintahan Obama, benar-benar dipermalukan oleh operasi intelijen yang direncanakan dengan baik oleh Iran. Holbrooke kemudian terbang ke Tbilisi, Georgia, dan mengunjungi Pusat Pelatihan Militer Krtsanisi seraya mengucapkan terima kasih kepada Presiden Georgia, Mikhael Saakashvili, atas kesediannya mengirimkan 1000 pasukan Georgia ke Afghanistan. Hanya itu yang Holbrooke bisa lakukan untuk membantu menutupi kekalahan besar operasi intelijen Amerika di kawasan.
Iran dan CIA/Kementerian Luar Negeri AS, dengan alasan-alasan mereka masing-masing, segera melakukan operasi disinformasi. Pemerintah Obama berupaya menyangkal peran AS dalam mendukung gerakan Rigi, sedangkan Iran berusaha untuk melindungi keterlibatan Pakistan dalam penangkapan pemimpin JUNDULLAH itu.