Sehabis belajar Septian duduk-duduk  di beranda rumah ditemani nenek, berdua mereka asyik ngobrol dan  bercanda bersuka ria. Sementara papa di ruang  kerja entah menyelesaikan pekerjaan kantor. Sedangkan mama  asyik di dapur bersih – bersih segala peralatan dapur yang  kotor.
Sungguh asyik benar mereka berdua  entah apa yang dibicarakan.  Kadang – kadang nenek   tertawa perpingkal – pingkal melihat ulah Septian. Kadang pula  giliran Septian yang tertawa melihat kelucuan neneknya itu.
 “ Nek, aku kemarin melihat Harry  Potter bisa terbang naik sapu. Itu sapunya beli di mana .Nek ? “ pinta  Septian merengak minta dibelian sapu yang bisa terbang.
 “ Yan, sapu seperti itu tidak di  jual di toko, itu hanya  ada di film saja, sebenarnya  nggak ada sapu bisa terbang, cucuku ! “ jawab Nenek  dengan lembut sambil mengusap rambut Septian. 
 “ Tapi temen – temen rencananya mau  ngajak bapak dan ibunya mau beli sapu itu, Nek  ? “
Septian masih belum puas dengan jawabanya Nenek  tadi. Makanya dia terus mendesak agar Neneknya mau mengantar membeli  sapu itu.
 “ Ya, sudah,  besok kamu tanya teman kamu, belinya di mana. Kalau tahu  tempatnya biar Nenek nanti belikan ”
” Harus  sekarang, Nek !. Yayan pengin segera naik sapu itu . Yayan pengin  terbang kaya Superman”
” Yayan  sayang, in i kan sudah malam, lagian sebentar lagi mau  hujan. Tuh lihat langitnya sudah gelap, kamu nanti  kehujanan bisa masuk angin ”
”  Nggak  apa – apa Nek, yang penting Yayan bisa terbang dengan sapu  itu sekarang ” 
 ” Lho kalau  sekarang terbang, kamu akan tersesat nggak bisa pulang. Malam hari  begini langitnya sangat gelap , lagian sapunya kan nggak ada lampunya.  Kamu bisa nabrak pohon. Sudahlah sekarang tidur ditemani nenek,  ya sayangku !. Besok nenek tak nyari, dimana yang jual  sapu itu ”
” Besok ya  Nek, bener lho. Aku pengen jadi Superman. Horeee. . akulah  Superman ”. Septian melonjak-lonjak gembira, karena dia  yakin betul besok dia akan bisa terbang  mengelilingi rumah dan sekolahnya.
          Mereka berduapun kini  sudah berada di atas tempat tidur. Septian sudah gosok gigi  dan cuci kaki dan tangan. Sementara Neneknyapun sudah tidur  disebelahnya.
” Nek, bener  lho besok aku dibelikan sapu Superman ya ! , nanti Nenek  tak boncengin, pegangan yang kuat ya Nek !, biar nggak jatuh ” rayu  Septian kepada Neneknya,
” Jangan kuatir Yan, besok  pasti Nenek bonceng. Sekarang tidur dulu. Besok kamu harus  bangun pagi biar tidak terlambat sekolah ”  jawab Nenek.  Septianpun tidak mendengarkan jawaban Neneknya itu, karena  dia sudah memejamkan matanya dan tertidur pulas.
Tidak beberapa lama kemudian
 ”  Yan,  yayan sayangku, ini sapunya Nenek sudah belikan. Terbanglah ke  angkasa  sesukamu seperti Gatotkaca atau  Superman.
 ”  Oh, ,  ,Sungguh Nek ?, Aku bisa terbang ?. Aku  nggak percaya ?. Lantas bagaimana cara  mengendalikannya, Nek ? ”.
 ”   Sapu  ajaib ini akan menuruti kata hatimu. Sehingga untuk mengendarainya tidak sulit.
 ” Bawa sini  Nek, aku sudah nggak sabar ”
 ” Hati – hati  cucuku, jangan buru-buru. Meskipun sapu ajaib ini akan  menuruti perintah hatimu, namun kalau tidak tenang hatimu  sapu ini bisa menjatuhkanmu dan pesan Nenek sapu ini jangan digunakan  untuk hal- hal yang jahat cucuku ”
 ” Baik Nek akan aku ingat  terus pesan Nenek ”
  Tanpa  menunda waktu lagi, Septian segera menaiki sapu itu, yang dijepit  diantara kedua kakinya sambil berteriak ” terbang ”.
 Maka melesatlah sapu itu  ke atas secepat kilat. Padahal  Septian tidak siaga sebelumnya, sehingga terpelantinglah dia dan jatuh  terjerambab.
 ” Septian !.  kamu nggak apa – apa sayangku ? ” teriak Nenek, sambil membangunkan  Septian yang baru saja jatuh bergulingan.
 ” Aku nggak  apa – apa Nek ! ”
 ” Itulah kan  tadi Nenek bilang jangan buru – buru mengendarai sapu ajaib ini. Gunakan  pikiranmu dengan tenang maka sapu ini akan menjadi sahabatmu pergi  kemana saja . Sekali lagi Nenek pesan jangan digunakan untuk tujuan  jahat”
   ”   Baik Nek akan kucoba lagi ”. Tutur Septian dan terbanglah  dia kini dengan sapu ajaib yang naik ke atas dengan perlahan. Sehingga  kini, baik Nenek atau rumahnyapun sudah nggak kelihatan lagi. Yang  terlihat hanyalah permadani berwarna hijau dan gumpalan awan.
 Sesekali Septian terbang  rendah dan melesat ke kanan - kiri menghindari pepohonan, kadang pula  melesat naik ke atas menembus awan. Kadang pula dia turun sambil  beristirahat melepas lelah.
 Saat melepas lelah itu  terlihatlah pohon durian yang  persis ada di depannya, dan  di perhatikan semua buah-buahnya yang sudah masak. Dia  sempat menelan ludah melihat buah durian yang sudah merekah dan berbau  sangat menusuk hidungnya. 
         Tanpa pikir panjang  Septian mengambil sapu ajaibnya dan dengan perlahan dia terbang  mendekati buah yang sudah masak, Alangkah nikmatnya buah durian ini .  aku bisa merasakan dari baunya yang harum. Oh alangkah nikmatnya. Aku  bisa menghabiskan satu buah sendirian.
         Tangan kanannya segera  menarik buah itu dari tangkainya sedangkan tangan kirinya tetap  memegangi sapu ajaib itu. Setelah ditarik sekuat tenaga,  buah durian akhirnya lepas dari tangkainya dan meluncurlah ke  bawah.
        Namun tanpa diduga Septian  sebelumnya, sapu ajaib itupun turut meluncur bersamaan dengan buah  durian tadi. Maka Septianpun menjadi kaget bukan kepalang dan tangannya  berusaha memegang apa saja agar dia tidak jatuh ke bawah.
 ” Toloooong, toloooong.  .. .tolong aku Nek ! ” teriak Septian.
 Teriakan Septian tadi  terdengar cukup keras, hingga mambangunakan Nenek, bahkan Papa dan mama  nya pun juga ikut terbangun. Mereka segera menuju ke kamar Septian untuk  mengetahui kejadia apa yang melanda putra kesayangannya.
       Akhirnya Septianpun cerita  kepada kedua orang tuanya tentang mimpinya itu. Sehingga akhirnya Papa  dan Mama nya pun merasa lega karena Septian tidak mengalami satu  kejadian apapun, ternyata semua itu hanya mimpi saja.
 ” Makanya Septian,, kalau  minta sesuatu sama Nenek, Papamu atau Mamamu jangan yang  macam – macam. Sapu terbangkan hanya ada di flm Harry Potter. Ya  sudah sekarang tidur lagi besok kamu sekolah ” tutur papanya.
 Septianpun tidak  menjawabnya, dia segera memejamkan matanya dan kinipun terlelap tidur.
       Yang jelas mulai esok hari dia tidak  akan manja lagi terhadap Papa dan Mama serta Nenek.
