Israel Culik Bos "PLN" Gaza di Ukraina

Anak-anak Abu Sisi di Gaza memprotes penculikan ayah mereka oleh Israel
SETELAH  lebih daripada  satu bulan menghilang tanpa jejak sejak melakukan perjalanan pada 18 Februari ke Kiev, Ukraina, dengan kereta api, akhirnya Dirar Abu Sisi, manajer pembangkit listrik satu-satunya di Jalur Gaza dilaporkan berada di penjara Shikma, dekat Ashkelon. Pejabat Zionis-Israel mengakui aksi penculikan dan penahanan rahasia ilegal itu.

Meskipun Majelis Hakim di Petah Tikva telah menolak sebagian perintah pembukaman (gag order) atas Abu Sisi atas permintaan Association for Civil Rights (ACR) di “Israel”. Alasan penangkapan dan informasi proses investigasi hingga kini tidak pernah disampaikan oleh para pejabat Israel.

Sekilas Riwayat Penculikan

Kepada seorang pengacara dari Palestinian Center for Human Rights, Abusisi dapat menyampaikan riwayat kejadian yang menimpanya. Dia diculik oleh tiga orang, dimana dua di antara berseragam militer Ukraina, di kamarnya di atas kereta api dari Kharlov menuju Kiev. Mereka kemudian membawanya turun di Stasiun Poltava.

Abu Sisi mengatakan bahwa ia diborgol, ditutup kepalanya, dan diangkut ke dalam mobil menuju Kiev. Setelah di Kiev, ia ditahan di sebuah apartemen, dimana terdapat enam orang lain yang memperkenalkan dirinya sebagai anggota Mossad. Abu Sisi mengatakan bahwa sejak itu, para anggota Mossad terus menginterogasinya.

Insinyur Palestina ini mengatakan ia kemudian dibawa menaiki pesawat yang terbang antara empat hingga lima jam sebelum mendarat di sebuah tempat yang asing baginya. Sekitar tiga puluh menit kemudian, mereka terbang lagi selama sekitar satu jam. Setelah mendarat, Abu Sisi menemukan dirinya berada di “Israel”.

Abu Sisi mengatakan bahwa ia tidak diizinkan meghubungi pengacara selama 14 hari. Penolakan ini diperpanjang selama 11 hari selanjutnya. Dia mengalami interogasi yang intensif dan hak-hak hukumnya banyak yang diabaikan.

Dugaan Alasan Penculikan

Beberapa hari setelah Abu Sisi menghilang, istrinya yang berkebangsaan Ukraina, Veronica, sudah lebih dulu menuding agen rahasia Israel Mossad sebagai pelaku penculikan atas suaminya. Menurut Veronica, “Israel”ingin memperoleh informasi yang bisa digunakan untuk melumpukan stasiun pembangkit listrik di Gaza sebagai bagian dari upaya untuk kembali melancarkan agresi atas wilayah tersebut.

Abu Sisi baru-baru ini berhasil mengembangkan sebuah  metode untuk mengurangi ketergantungan stasiun pembangkit Gaza terhadap bahan bakar diesel yang suplainya dikendalikan oleh Otoritas Pendudukan “Israel”.

Keluarga Abu Sisi membantah tuduhan pihak Zionis bahwa Abu Sisi adalah anggota senior kelompok Hamas. Posisi sebagai manajer stasiun pembangkit diperoleh Abu Sisi murni berdasarkan kemampuan dan keahliannya. Dia pun sudah berada di posisi itu saat Otoritas Palestina di bawah Mahmoud Abbas masih memegang kendali atas Gaza.

Keterlibatan Pihak Ukraina

Sejauh ini, pemerintah Ukraina secara resmi membantah informasi bahwa pihaknya mengetahui rencana dan aksi penculikan tersebut. PM Mykola Azarov, saat berkunjung ke Israel, minggu lalu, secara diplomatis berkata, “Saya tidak ingin membayangkan bahwa hal-hal seperti itu dilakukan di atas tanah dari sebuah negara yang bersahabat.”

Jurnalis independen AS Richard Silverstein meragukan bantahan Kiev. Dalam sebuah artikel, Silverstein menulis, “Apakah mereka (pihak Ukraina) bisa menjelaskan bagaimana bisa dua orang berseragam militer Ukraina menaiki kereta api, menculik Abu Sisi, membawanya ke sebuah apartemen di Kiev, lalu ke bandara, menaiki pesawat, dan terbang dari tanah Ukraina? Apakah Israel melakukan semua ini tanpa sedikit pun bisikan informasi atau kecurigaan di pihak Ukraina?”

Pelanggaran Hukum

Mossad punya catatan buruk melakukan aksi-aksi pelanggaran hukum di negeri orang. Salah satunya adalah pembunuhan terhadap pemimpin Hamas Mahmoud Al-Mabhouh, di sebuah hotel di Dubai, tahun lalu. Pada 1960, secara sepihak Mossad juga menculik penjahat perang Nazi Adolf Eichmann dari Argentina. Lalu, pada 1986, agen-agen Zionis menculik Modechai Vanunu, pembocor rahasia nuklir “Israel”, dari Italia.

Menurut Victor Kattan, pakar hukum internasional dari School of Oriental and African Studies, London University, “Israel” telah melanggar sejumlah hukum hak asasi manusia, karena melakukan semua itu tanpa adanya perjanjian ekstradisi dengan negara-negara dimaksud.

Dalam sebuah akun Facebook, “Free Dirar”, Veronica menulis sebuah pesan yang mencemaskan keselamatan dan kesehatan sang suami di penjara Israel:

"Mikhal Dansiger (mantan pengacara Dirar Abu Sisi) mengatakan kepada saya dalam percakapan telepon hari ini, bahwa Dirar menemui dokter dan kondisi kesehatannya lebih baik. Dirar tidak pernah pergi ke dokter sendiri untuk meyakinkan dirinya bahwa ia dalam kondisi baik. Sebelum penculikan, suami saya tidak pernah mengeluh tentang apa pun, semua tesnya normal. Dia selalu cermat akan kesehatannya. Tapi sekarang setelah ‘petualangan’ dan percakapan ‘hangat’ dan ‘santun’ dengan interogator agen rahasia ‘Israel’, suami saya kini memiliki masalah jantung, tekanan arteri jantungnya meningkat, masalah perut dan empedu, serta masalah batu ginjal.

Cinta saya bagi tanah air anak-anak saya (Gaza), suami saya, adalah tanpa syarat
." (sumber: znet, tikun olam)
◄ Newer Post Older Post ►