Apakah otak kita terbuat dari plastik? Tentu saja tidak. Plastisitas otak menggambarkan ‘kapasitas otak untuk BERUBAH seumur hidup melalui pembelajaran’.
Untuk menggambarkan plastisitas otak secara sederhana, bayangkan anda ingin membuat lubang dengan ibu jari anda pada tanah liat yang berbentuk bulat seperti bola . Untuk memunculkan lubang pada bola tanah liat, bentuk dari tanah liat harus berubah. Bentuk bola berubah ketika anda menekankan ibu jari ke dalam tanah liat tersebut.
Demikian pula sirkuit saraf pada otak. Pengalaman dan pembelajaran yang dialami akan memacu otak untuk berubah dan mengatur ulang sirkuit sarafnya sendiri.
Misalnya, plastisitas otak pada pemusik ditunjukkan dengan perbedaan volume area otak tertentu yang berhubungan dengan musik (motor, parietal, temporal). Pada pemusik profesional, volumenya paling besar. Sedangkan pada pemusik amatir volumenya sedang dan paling kecil pada non-pemusik.
Dengan kata lain, latihan musik yang berjam-jam setiap harinya mengubah struktur otak para pemusik.