Kenapa cinta itu datangnya tiba-tiba ya? Kapanpun dimanapun siapapun orangnya akan mengalami rasa cinta. Seorang pecinta itu sebenarnya penderita sejati, karena cinta ia bisa menangis atau tertawa dalam keadaan bahagia atau pun sedih, demi cinta segala hal bisa dikorbankan nyawa sekalipun, dan demi cinta akan rela walaupun harus berjalan diatas bara api. Cinta oh cinta kini aku mengalaminya.
Hari terus berganti dan cinta yang kumiliki untuk Ipung anak pembantu rumah mamaku semakin memuncak, sampai akhirnya suatu hari aku memberanikan diri untuk menyatakan cinta pada dia, dan apa yang terjadi esok harinya Ipung pulang kampung dengan alasan menjaga bapaknya dikampung yang sedang sakit, padahal aku tahu Ipung hanya beralasan untuk menghindariku. Karena sehari sebelumnya bapak Ipung menelfon menanyakan kabar istri dan anaknya. Ah Ipung kenapa harus berbohong, aku tidak mempermainkan cinta untukmu. Aku benar-benar mencintaimu.
Tahukah kamu Ipung, aku mencintaimu karena kesederhanaanmu, ketulusanmu, kepedulianmu untukku, yang sangat berarti untukku, karena aku tidak mendapatkan dari kedua orang tuaku yang seharusnya mereka melakukannya untukku. Mereka sibuk dengan bisnisnya masing-masing sampai akhirnya aku kenal dengan dunia malam sehingga segala macam minuman keras sudah masuk kedalam tubuhku, dan aku sering pulang dalam keadaan mabuk supirku memapahku ke kamar tidurku dan kamu dengan sabar mengelap wajahku dengan air hangat dan melepaskan sepatuku.
Pagi harinya kamu sudah menyiapkan teh hangat kesukaanku dan nasi goreng ala-Ipung kusebut demikian karena nasi goreng kamulah yang paling terasa lezat dilidahku dan aku selalu ketagihan. Ipung kenapa harus pergi, apakah kamu takut aku mempermainkan kamu, aku tulus mencintaimu Ipung setulus hatimu dan kepedulianmu untukku, ataukah kamu tidak mencintaiku karena aku anak majikanmu atau karena aku orang yang nakal yang harus kamu hindari.
Aku merindukanmu Ipung bahkan aku sangat membutuhkan kamu, tiba-tiba dunia terasa gelap dan aku tidak teringat apa-apa lagi. Sampai akhirnya seberkas cahaya menyinari wajahku dan aku melihat sekelilingku aku tergolek lemas diatas ranjang rumah sakit tanganku diinfus. Kejadian malam ketika aku mengutarakan cinta pada Ipung dan Ia tidak menjawab apa-apa hanya terdiam kemudian aku pergi ke cafe dan pulangnya aku mabuk, pagi harinya aku tidak mendapati teh hangat ataupun nasi goreng kesukaanku dan aku mendapat kabar Ipung pulang kampung dari ibunya, hal itu membuat hilang kesadaranku, karena semalam aku mabuk berat sampai kepalaku pusing ditambah Ipung pergi tanpa memberitahuku, dan aku merasa bersalah juga sangat menyesal, kenapa aku harus mengutarakan isi hatiku kalau harus kehilangan Ipung.
Aku dikelilingi mama, papa, oma, opa dari papaku, dan kedua orang tua Ipung, dan…..Ipung dimana? “Maafkan mama dan papa yang selama ini tidak memperhatikan kamu nak?” kata mama terbata-bata airmatanya menitik tapi aku tidak peduli karena selama ini mereka juga tidak peduli dengan keadaanku.”Ipung mana bik Inah?” tanyaku pelan pada ibu Ipung, badanku lemas kepalaku pusing, “Diluar Den Anjar” kata bi Inah, “Aku pengin bicara berdua dengan Ipung, Bi” bi Inah diam memandangi kedua orang tuaku, “Baik sayang” mama mengerti maksud bi Inah yang minta persetujuan mama untuk memberi kesempatan aku dan Ipung berbicara. Kemudian mereka keluar dan Ipung masuk tinggal kami berdua. “Maafkan saya kemarin pulang tidak pamitan sama den Anjar” kata Ipung mengawali pembicaraan.”Kepalaku pusing badanku lemas Pung, aku yang seharusnya minta maaf sama kamu Ipung, karena kelancanganku kamu pergi dari aku, aku benar-benar mencintaimu pung, aku tidak mempermainkan kamu, aku sangat membutuhkan kamu, tidak hanya sekedar sebagai pembantu tetapi kamu telah menjadi bagian dari jiwaku, tanpa kamu aku lelah pung menghadapi hidup ini, atau kamu tidak mencintaiku pung, jawablah dari hatimu?” aku meraih tangan Ipung yang sedang memijit kakiku pelan. “Maafkan saya Den? Karena kepergiannku Den Anjar jadi sakit?”, Ipung menatapku sedih,”Kamu tidak salah Pung, dan jangan panggil aku Den lagi ya, bagaimana hatimu Pung masihkah ada tempat untukku?” Ipung terdiam kemudian menatapku “sebenarnya….se….” Ipung ragu untuk mengatakan sesuatu membuat hatiku semakin tak menentu “Apa Pung jawablah aku tidak akan menghakimimu dengan segala jawaban yang akan kamu katakan” aku pasrah apa yang akan dikatakan Ipung karena dia berhak untuk memilih, dan aku harus siap dengan apa pun jawabannya.
“Saya juga mencintaimu Kak Ipung, semenjak Kak Ipung menyukai masakan ku dan penghargaan kak Ipung untukku” kata Ipung dengan tersenyum malu, aku jadi teringat ketika Ipung pertama kali membuatkan aku nasi goreng “Bi Inah siapa yang membuat nasi goreng ini” tanyaku pada saat itu, “Ipung den, kenapa? Tidak enak ya? Nanti saya buatkan lagi” Bi Inah merasa tidak enak dengan pertanyaanku,”Enak dan lezat sekali bi, mulai besok Ipung yang buatkan aku nasi goreng ya bi, mana Ipung Bi” aku tidak memperhatikan jawaban bi Inah, aku langsung menghampiri Ipung yang sedang mencuci piring di dapur, “Ipung makasih nasi gorengya ya” tanpa aku sadari aku memeluk Ipung erat sekali dari belakang sampai Ipung kesulitan bergerak “Den Anjar, ada yang salah dengan saya” tanya Ipung mengagetkan tingkahku”Oh maafkan aku Pung, bukan maksudku jelek, tapi terimaksih nasi gorengnya lezat sekali, mulai besok kamu yang buatkan nasi goreng untukku ya?” dan aku melihat rona merah diwajah Ipung, malu tapi aku suka, kemudian aku berlalu. Ah Ipung ternyata kamu juga memperhatikan aku terimakasih Ipung.
“Kak Anjar, tapi saya tidak sederajat dengan kak Anjar, saya hanya seorang…..” kata-kata Ipung mengagetkan dari lamunanku, aku meraih tangannya dan kuletakkan didadaku” Ipung kamu sudah menjadi bagian dari jiwaku, jadi jangan pergi lagi dari aku ya?” kataku memelas, Ipung tersenyum dan rona merah wajahnya kulihat lagi seperti ketika aku pertama kali memeluknya sebagai rasa kegiranganku atas masakan Ipung yang sangat lezat. Cinta memang aneh ya Pung, tidak memandang derajat pangkat umur dan datang tiba-tiba tanpa aku undang, tapi terimakasih Ipung kamu mau menerimaku dengan apa adanya diriku…………untuk seseorang yang siap menderita.
Hari terus berganti dan cinta yang kumiliki untuk Ipung anak pembantu rumah mamaku semakin memuncak, sampai akhirnya suatu hari aku memberanikan diri untuk menyatakan cinta pada dia, dan apa yang terjadi esok harinya Ipung pulang kampung dengan alasan menjaga bapaknya dikampung yang sedang sakit, padahal aku tahu Ipung hanya beralasan untuk menghindariku. Karena sehari sebelumnya bapak Ipung menelfon menanyakan kabar istri dan anaknya. Ah Ipung kenapa harus berbohong, aku tidak mempermainkan cinta untukmu. Aku benar-benar mencintaimu.
Tahukah kamu Ipung, aku mencintaimu karena kesederhanaanmu, ketulusanmu, kepedulianmu untukku, yang sangat berarti untukku, karena aku tidak mendapatkan dari kedua orang tuaku yang seharusnya mereka melakukannya untukku. Mereka sibuk dengan bisnisnya masing-masing sampai akhirnya aku kenal dengan dunia malam sehingga segala macam minuman keras sudah masuk kedalam tubuhku, dan aku sering pulang dalam keadaan mabuk supirku memapahku ke kamar tidurku dan kamu dengan sabar mengelap wajahku dengan air hangat dan melepaskan sepatuku.
Pagi harinya kamu sudah menyiapkan teh hangat kesukaanku dan nasi goreng ala-Ipung kusebut demikian karena nasi goreng kamulah yang paling terasa lezat dilidahku dan aku selalu ketagihan. Ipung kenapa harus pergi, apakah kamu takut aku mempermainkan kamu, aku tulus mencintaimu Ipung setulus hatimu dan kepedulianmu untukku, ataukah kamu tidak mencintaiku karena aku anak majikanmu atau karena aku orang yang nakal yang harus kamu hindari.
Aku merindukanmu Ipung bahkan aku sangat membutuhkan kamu, tiba-tiba dunia terasa gelap dan aku tidak teringat apa-apa lagi. Sampai akhirnya seberkas cahaya menyinari wajahku dan aku melihat sekelilingku aku tergolek lemas diatas ranjang rumah sakit tanganku diinfus. Kejadian malam ketika aku mengutarakan cinta pada Ipung dan Ia tidak menjawab apa-apa hanya terdiam kemudian aku pergi ke cafe dan pulangnya aku mabuk, pagi harinya aku tidak mendapati teh hangat ataupun nasi goreng kesukaanku dan aku mendapat kabar Ipung pulang kampung dari ibunya, hal itu membuat hilang kesadaranku, karena semalam aku mabuk berat sampai kepalaku pusing ditambah Ipung pergi tanpa memberitahuku, dan aku merasa bersalah juga sangat menyesal, kenapa aku harus mengutarakan isi hatiku kalau harus kehilangan Ipung.
Aku dikelilingi mama, papa, oma, opa dari papaku, dan kedua orang tua Ipung, dan…..Ipung dimana? “Maafkan mama dan papa yang selama ini tidak memperhatikan kamu nak?” kata mama terbata-bata airmatanya menitik tapi aku tidak peduli karena selama ini mereka juga tidak peduli dengan keadaanku.”Ipung mana bik Inah?” tanyaku pelan pada ibu Ipung, badanku lemas kepalaku pusing, “Diluar Den Anjar” kata bi Inah, “Aku pengin bicara berdua dengan Ipung, Bi” bi Inah diam memandangi kedua orang tuaku, “Baik sayang” mama mengerti maksud bi Inah yang minta persetujuan mama untuk memberi kesempatan aku dan Ipung berbicara. Kemudian mereka keluar dan Ipung masuk tinggal kami berdua. “Maafkan saya kemarin pulang tidak pamitan sama den Anjar” kata Ipung mengawali pembicaraan.”Kepalaku pusing badanku lemas Pung, aku yang seharusnya minta maaf sama kamu Ipung, karena kelancanganku kamu pergi dari aku, aku benar-benar mencintaimu pung, aku tidak mempermainkan kamu, aku sangat membutuhkan kamu, tidak hanya sekedar sebagai pembantu tetapi kamu telah menjadi bagian dari jiwaku, tanpa kamu aku lelah pung menghadapi hidup ini, atau kamu tidak mencintaiku pung, jawablah dari hatimu?” aku meraih tangan Ipung yang sedang memijit kakiku pelan. “Maafkan saya Den? Karena kepergiannku Den Anjar jadi sakit?”, Ipung menatapku sedih,”Kamu tidak salah Pung, dan jangan panggil aku Den lagi ya, bagaimana hatimu Pung masihkah ada tempat untukku?” Ipung terdiam kemudian menatapku “sebenarnya….se….” Ipung ragu untuk mengatakan sesuatu membuat hatiku semakin tak menentu “Apa Pung jawablah aku tidak akan menghakimimu dengan segala jawaban yang akan kamu katakan” aku pasrah apa yang akan dikatakan Ipung karena dia berhak untuk memilih, dan aku harus siap dengan apa pun jawabannya.
“Saya juga mencintaimu Kak Ipung, semenjak Kak Ipung menyukai masakan ku dan penghargaan kak Ipung untukku” kata Ipung dengan tersenyum malu, aku jadi teringat ketika Ipung pertama kali membuatkan aku nasi goreng “Bi Inah siapa yang membuat nasi goreng ini” tanyaku pada saat itu, “Ipung den, kenapa? Tidak enak ya? Nanti saya buatkan lagi” Bi Inah merasa tidak enak dengan pertanyaanku,”Enak dan lezat sekali bi, mulai besok Ipung yang buatkan aku nasi goreng ya bi, mana Ipung Bi” aku tidak memperhatikan jawaban bi Inah, aku langsung menghampiri Ipung yang sedang mencuci piring di dapur, “Ipung makasih nasi gorengya ya” tanpa aku sadari aku memeluk Ipung erat sekali dari belakang sampai Ipung kesulitan bergerak “Den Anjar, ada yang salah dengan saya” tanya Ipung mengagetkan tingkahku”Oh maafkan aku Pung, bukan maksudku jelek, tapi terimaksih nasi gorengnya lezat sekali, mulai besok kamu yang buatkan nasi goreng untukku ya?” dan aku melihat rona merah diwajah Ipung, malu tapi aku suka, kemudian aku berlalu. Ah Ipung ternyata kamu juga memperhatikan aku terimakasih Ipung.
“Kak Anjar, tapi saya tidak sederajat dengan kak Anjar, saya hanya seorang…..” kata-kata Ipung mengagetkan dari lamunanku, aku meraih tangannya dan kuletakkan didadaku” Ipung kamu sudah menjadi bagian dari jiwaku, jadi jangan pergi lagi dari aku ya?” kataku memelas, Ipung tersenyum dan rona merah wajahnya kulihat lagi seperti ketika aku pertama kali memeluknya sebagai rasa kegiranganku atas masakan Ipung yang sangat lezat. Cinta memang aneh ya Pung, tidak memandang derajat pangkat umur dan datang tiba-tiba tanpa aku undang, tapi terimakasih Ipung kamu mau menerimaku dengan apa adanya diriku…………untuk seseorang yang siap menderita.