"Pada Jumat 17 Mei 2009, Mairead Maguire, Peraih Nobel Perdamaian, ditahan saat memasuki Bandara Houston, AS, oleh Homeland Security Immigration. Maguire sedang dalam perjalanan pulang ke Irlandia Utara, setelah menghadiri konferensi 3 hari di Guatemala, yang juga dihadiri oleh tiga perempuan peraih Nobel Perdamaian lainnya, Rigoberta Menchu, Jody Williams, dan Shirin Ebadi. 150 aktivis perempuan dari seluruh dunia meenghadiri the Nobel Womens' Conference untuk membahas, ‘Redefining Democracy, Human Rights and Peace.'.....
Dalam rilisnya, Maguire berkata:
‘Perilaku dan perlakuan seperti ini tidak dapat diterima. Mereka menginterogasi saya tentang aksi-aksi saya di AS dalam menentang invasi atas Afghanistan dan Irak. Mereka memaksa saya untuk menandai kotak di dalam formulir imigrasi yang mengakui bahwa saya telah melakukan aktivitas kriminal. Saya bukan kriminal, aksi-aksi tanpa kekerasan saya di AS dalam menentang perang atas Afghanistan, dan Irak, adalah tindakan hati nurani dan bersama dengan jutaan warga AS, serta warga dunia, saya menolak untuk dikriminalkan karena menentang kebijakan-kebijakan ilegal semacam itu. Setiap warga negara punya hak, bahkan sebuah kewajiban moral, untuk melakukan pembangkangan sipil di hadapan hukum yang ilegal dan tidak adil, khususnya perang. Kalaupun ada yang harus dikriminalkan atas kebijakan-kebijakan yang ilegal dan amoral tersebut, maka itu adalah pemerintah AS, yang harus dimintakan pertanggungjawabannya di hadapan komunitas internasional untuk tindakan-tindakan kejahatan melawan kemanusiaan.
Saya sangat kecewa dengan perlakuan ini. Dan saya percaya ini dilakukan karena saya tidak bungkam terhadap kebijakan-kebijakan luar negeri AS. Kebijakan-kebijakan itu saya yakini telah menyebabkan penderitaan hebat di seluruh dunia. Saya berdiri dalam solidaritas kepada banyak pembela HAM, yang kejahatan mereka hanyalah karena membela kehormatan dan hak dari setiap manusia untuk hidup, kemerdekaan, dan kebebasan sipil. Banyak orang di AS, memilih Presiden Obama (dan jutaan orang di seluruh dunia mendukung dia) karena janji bahwa perubahan akan dilakukan, hak-hak manusia dan sipil akan ditegakkan, dan hari ini kita menantikan pelaksanaan janji-janji itu. Kita berharap Presiden Obama tidak akan mengecewakan jutaan manusia di seluruh dunia, seperti saya, yang percaya kepadanya ketika dia berkata, kami akan mengubah banyak hal...."