TULANGBAWANG (KORAN_ONLINE): Mulanya hanya iseng-iseng, lalu jatuh cinta. Begitulah pengalaman Basaradin berkenalan dengan tanaman tebu. Ketika masih menjadi juragan singkong, ia sekaligus pemilik armada angkutan truk yang sering dikontrak PT PSMI, PG Bunga Mayang, dan PT Sweet Indo Lampung untuk mengangkut tebu. Saat itu ia sama sekali tidak tertarik untuk ikut membudidaya tanaman yang mengandung gula itu. Kini Ia menjadi boss tebu di Tulangbawang.Namun, karena penasaran melihat perusahaan-perusahaan dari luar Lampung menanam investasi di bidang perkebunan tebu, lelaki yang sehari-hari disapa Pak Raden itu, diam-diam “mencuri” beberapa batang bibit tebu. Pak Raden menanam bibit tebu itu di kebunnya. Tanaman itu pun tumbuh subur.Ketika tebu itu sudah mencapai usia panen, Pak Raden menebangnya seperti yang dilakukan di perusahaan-perusahaan perkebunan tebu yang ada di Lampung Tengah dan Tulangbawang. Saat itu dia tidak menebang untuk produksi, melainkan hanya ditimbang bobotnya per batang.“Saya hanya menanam sedikit hanya untuk ujicoba,” kata Pak Raden ketika ditemui Tawon di kebun tebunya di Kampung Karta, Kecamatan Tulangbawang Udik, Kabupaten Tulangbawang.Uji coba menanam tebu itu dilakoninya sejak tahun 1996. Untuk itu lelaki berpostur tinggi langsing itu menyediakan lahan seluas kurang lebih seperempat hektar. Tata cara bertanam tebu yang diterapkan di beberapa perkebunan tebu di Lampung dia tiru. Begitu pula jadwal tanam dan tebang Pak Raden mengikuti jadwal di perusahaan-perusahaan di sekelilingnya.Tetapi, ketika itu Pak Raden tidak membawa hasil panen tebunya ke pabrik gula, melainkan langsung ia buang dan sebagian ia jadikan bibit. “Kebun saya bongkar pasang setiap tahun,” katanya kepada Tawon.Ketika ditanya alasannya, mantan juragan ubi kayu itu mengaku belum puas dengan hasil yang didapat dari tanamannya. Bobot per batang tebunya sangat rendah. Ia mencoba berbagai varietas dan bermacam pola tanam. Saking seringnya mencoba berbagai cara itu, ia hafal semua ragam menanam tebu di perusahaan-perusahaan perkebunan di Tulangbawang dan Way Kanan. Begitu pula dengan varietasnya.Dari ujicoba yang dilakukannya bertahun-tahun itu, ia berhasil menemukan cara menanam tebu yang paling baik dan dengan produktivitas yang tinggi pada tahun 2005. Ia lalu mendaftarkan diri ikut kemitraan mandiri di PT Gunung Madu Plantations tahun 2006.Dia menamakan teknik tanamnya itu dengan sebutan “bentuk kotak”. Dalam satu kotak itu tebu yang tumbuh akan membentuk rumpun yang jumlah batangnya mencapai 40 batang lebih.Selain itu, dengan cara tanam Pak Raden ini, satu batang tebu bisa berbobot 3 kg-4 kg per batang dan jumlah ruasnya pun bisa mencapai 35.Pak Raden sudah menghitung perkiraan hasil panen kebun tebunya paling rendah 150 ton per hektar. Jumlah ini jauh melampaui target produksi konvensional di PT Gunung Madu Plantations yang sekitar 80 ton perhektar. Dengan luas lahan 54,8 hektar Pak Raden optimis bisa mengantongi keuntungan Rp3 miliar pada panen tahun ini.“Saya yakin hasil tanam tebu saya bisa mencapai 250 ton perhektar. Kalau 150 ton perkehtar itu bisa sambil tidur saja,” katanya penuh keyakinan.Diikuti PetaniBertani tebu di Lampung, khususnya Kabupaten Tulangbawang belum begitu diminati masyarakat. Padahal, keuntungan berkebun tanaman berbatang manis ini cukup menggiurkan.“Kalau saja petani singkong di Tulangbawang beralih ke tanaman tebu, kehidupannya bakal lebih makmur,” ujar Basaradin.Basaradin mulai bercocok tanam sejak tahun 2005. Sebelumnya, ia pun bertani singkong. Dan, ternyata hasil tebu lebih menguntungkan. Tanaman tebunya di kampong tersebut kini mencapai 54,8 hektar.Karena keberhasilannya, sejumlah petani di Menggala pun mulai mengikuti jejaknya. Salah satunya Mahyuddin, yagn mulai tahun 2006 menyisihkan sebagian lahannya untuk ditanami tebu.Saat ini, tebu milik Mahyuddin yang sudah berumur tujuh bulan mencapai 23,4 ha, sedangkan yagn sedang dalam proses penanaman mencapai 45 ha.Menurut Mahyuddin, menanam tebu ternyata jauh lebih mudah dan menguntungkan. Sebab, dalam satu hektar bisa menghasilkan tebu 150-280 ton atau 20-22 ton gula. Harga gula di pasaran juga tidak pernah turun apalagi sudah dikontrak, sementara pajak langsung dibayar pabrik. Saat ini saja harga gula di pabrik mencapai Rp5.800/kg. “Sangat menguntungkan bagi petani jika mau bertaham tebu,” ujarnya.Keberhasilan Basaradin bertani tebu harus diakui. Bahkan, hasil panen tebunya jauh melebihi produksi kebun tebu perusahaan. Namun, keberhasilan itu tidak datang begitu saja. Pola tanam dan bibit unggul merupakan prioritaqs yagn dipilih Basaradin.Ada beberapa pola tanam dan beberapa varietas tebu yagn terus diuji coba untuk melihat bibit apa dan pola tanam bagaimana yang akan menghasilkan produksi tebu terbaik.Dengan berbagai uji coba tiga varietas bibit tebu: F-5, GM-19, dan SS-57, serta tiga pola tanam – segi empat, lajur lurus dan memotong – kini hasilnya sudah bisa dibuktikan.Produksi tebu yang sudah dipanen tahun lalu mencapai antara 150-280 ton/hectare yang menghasilkan 22 ton gula putih. Karena keberhasilannya, sejumlah perusahaan merasa penasaran dan sebagian melakukan survey ke lapangan seperti PTPN Surabaya sudah dua kali mengirim 30 karyawannya setiap kali melakuan penelitian di kebun tebu milik Basaradin.Kemudian, kata Basaradin, PG Cinta Manis dari Palembang dan PT GMP juga sudah pernah melakuan penelitian di kebunnya. Sementara PT GPM (Gula Putih Mataram) sudah menelepon akan masuk dan melihat kebun Basaradin. “Bahkan ada, ada perusahaan tebu dari Gorontalo yang menelepon mau survey ke sini,” katanya.Menurut dia, mulai tanam tahun 2005 sudah sekali panen dan hasilnya 280 ton tebu (22 ton gula putih) sudah dibuktikan, padahal perusahaan menargetkan 10 ton gula per hectare.Petani sukses itu pun tak ragu-ragu menjelaskan kiat suksesnya. Dengan mobil Estrada merah, ia pun mengajak wartawan berkeliling melihat tanaman tebunya yang berumur 5-8 bulan.Sesekali Basaradin berhenti sambil menunjuk tanaman tebu yang sudah mulai berumur yaitu antara 7-8 bulan, dan kemduian kembali melanjutkan perjalanan ke bagian kebun lainnya.(amd)