PENDOPO LINTANG(KORAN_ONLINE) : Berawal dari rasa risau melihat keadaan seni dan budaya daerah Lintang Empat Lawang yang mulai digerus zaman, dilalap postmodernisme, serta ditinggalkan generasi muda, tiga Putera Lintang: Abdul Madjid Abdullah (Lampung), Ismail Majid (Jakarta), dan Bestari Suud (Pendopo Lintang), membentuk Tim penyelamat kebudayaan Lintang Empat Lawang.
Meskipun ketiganya berdomisili di tempat yang berjauhan, namun kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi tetap bisa menyatukan mereka. Mereka berkomunikasi via internet dan sms, lalu terbentuklah tim itu.
Tim yang mereka beri nama Tim Penggali Seni, Budaya, dan Tradisi Kabupaten Empat Lawang itu, bertujuan mengangkat kembali akar budaya setempat agar menjadi tuan rumah di daerah sendiri.
Mereka akan bekerja secara marathon selama 12 bulan untuk mendata ragam kesenian dan tradisi lokal. Mendata orang-orang yang masih menguasai beragam kesenian dan tradisi tersebut. Misalnya, pemain gitar tunggal, orang yang menguasai geguritan, pantun bersahut, tari-tarian, seni beladiri tradisional alias kuntau.
Setelah semua terdata, Tim itu akan mengumpulkan para seniman dan pendekar mereka sesuai keahlian masing-masing, lalu menghimpun mereka untuk membentuk suatu wadah di tiap kecamatan. Misalnya pusat-pusat latihan kuntau, pusat latihan tari-tarian, dan pusat latihan gitar tunggal.
Setelah semuanya terbentuk, Tim akan membubarkan diri. Namun, sebelumnya mereka akan mendirikan satu yayasan yang mewadahi, mengurus dan memfasilitasi pusat-pusat latihan tersebut. Yayasan ini pula yang akan mencari dana untuk membiayai operasional pusat-pusat latihan seni dan beladiri tersebut.
“Tim Penggali Seni, Buda, dan Tradisi Kab. Empat Lawang ini boleh dikata sebagai bidan untuk kelahiran sanggar-sanggar seni dan perguruan beladiri tradisional Empat Lawang,” kata Ketua Tim Abdul Madjid Abdullah.
Tim ini sengaja dibentuk dengan struktur yang ramping agar lincah bergerak dan mengambil keputusan. “Tidak perlu banyak orang yang terlibat. Walaupun sedikit orang tapi banyak menghasilkan karsa, karya, dan kerja,” ungkap pengelola blog berita KORAN_ONLINE itu.
Bulan Oktober
Tim yang diketuai Abdul Madjid Abdullah, seorang wartawan yang berdomisili di Lampung ini, direncanakan akan memulai kegiatannya bulan Oktober 2007 mendatang. “Berjalan tidaknya Tim ini tergantung dana, yang diharapkan datang dari bantuan para donator dan Pemkab. Empat Lawang,” kata Abdul Madjid.
Ismail Majid, yang duduk sebagai sekretaris dalam Tim itu, merupakan salah seorang generasi muda Lintang Empat Lawang, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian budaya setempat.
Ia memiliki pengetahuan tentang beragam seni dan budaya Lintang yang sudah lama ditinggalkan. Misalnya, ia bisa menuturkan secara detil tentang geguritan, bajidur, tradisi perkawinan adapt Lintang dll.
Sedangkan Bestari Suud, yang duduk sebagai Bendahara Tim Penggali Seni, Budaya, dan Tradisi Lintang Empat Lawang, juga memiliki kepedulian yang sama tentang kelestarian budaya Lintang Empat Lawang. Sebagai orang yang menetap di “Dusun”, ia sangat merasakan kegelisahan budaya tersebut. Ia menjadi saksi hidup melunturnya budaya lokal Lintang Empat Lawang lantaran merasuknya budaya Barat yang tidak mendidik.
“Anak-anak muda di Dusun lebih suka minum-minuman keras ketimbang bekerja. Mereka menggemari musik Barat yang bahasanya tidak dimengerti ketimbang mengembangkan memainkan Gitar Tunggal dan Berejung,” kata Bestari Suud.
Mengharap Dukungan
Dukungan dari semua pihak sangat diharapkan untuk kelancaran kerja Tim ini. Dukungan yang diharapkan adalah support, masukan-masukan ide, dan yang paling penting adalah dana.
“Tanpa dukungan dana, terus terang Tim ini tidak akan bisa berjalan. Oleh karena itu, para tokoh masyarakat Lintang Empat Lawang di perantauan dan Pemkab. Empat Lawang bersedia membantu dana,” kata Abdul Madjid, yang dibenarkan oleh Ismail Majid.
Meskipun ketiganya berdomisili di tempat yang berjauhan, namun kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi tetap bisa menyatukan mereka. Mereka berkomunikasi via internet dan sms, lalu terbentuklah tim itu.
Tim yang mereka beri nama Tim Penggali Seni, Budaya, dan Tradisi Kabupaten Empat Lawang itu, bertujuan mengangkat kembali akar budaya setempat agar menjadi tuan rumah di daerah sendiri.
Mereka akan bekerja secara marathon selama 12 bulan untuk mendata ragam kesenian dan tradisi lokal. Mendata orang-orang yang masih menguasai beragam kesenian dan tradisi tersebut. Misalnya, pemain gitar tunggal, orang yang menguasai geguritan, pantun bersahut, tari-tarian, seni beladiri tradisional alias kuntau.
Setelah semua terdata, Tim itu akan mengumpulkan para seniman dan pendekar mereka sesuai keahlian masing-masing, lalu menghimpun mereka untuk membentuk suatu wadah di tiap kecamatan. Misalnya pusat-pusat latihan kuntau, pusat latihan tari-tarian, dan pusat latihan gitar tunggal.
Setelah semuanya terbentuk, Tim akan membubarkan diri. Namun, sebelumnya mereka akan mendirikan satu yayasan yang mewadahi, mengurus dan memfasilitasi pusat-pusat latihan tersebut. Yayasan ini pula yang akan mencari dana untuk membiayai operasional pusat-pusat latihan seni dan beladiri tersebut.
“Tim Penggali Seni, Buda, dan Tradisi Kab. Empat Lawang ini boleh dikata sebagai bidan untuk kelahiran sanggar-sanggar seni dan perguruan beladiri tradisional Empat Lawang,” kata Ketua Tim Abdul Madjid Abdullah.
Tim ini sengaja dibentuk dengan struktur yang ramping agar lincah bergerak dan mengambil keputusan. “Tidak perlu banyak orang yang terlibat. Walaupun sedikit orang tapi banyak menghasilkan karsa, karya, dan kerja,” ungkap pengelola blog berita KORAN_ONLINE itu.
Bulan Oktober
Tim yang diketuai Abdul Madjid Abdullah, seorang wartawan yang berdomisili di Lampung ini, direncanakan akan memulai kegiatannya bulan Oktober 2007 mendatang. “Berjalan tidaknya Tim ini tergantung dana, yang diharapkan datang dari bantuan para donator dan Pemkab. Empat Lawang,” kata Abdul Madjid.
Ismail Majid, yang duduk sebagai sekretaris dalam Tim itu, merupakan salah seorang generasi muda Lintang Empat Lawang, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian budaya setempat.
Ia memiliki pengetahuan tentang beragam seni dan budaya Lintang yang sudah lama ditinggalkan. Misalnya, ia bisa menuturkan secara detil tentang geguritan, bajidur, tradisi perkawinan adapt Lintang dll.
Sedangkan Bestari Suud, yang duduk sebagai Bendahara Tim Penggali Seni, Budaya, dan Tradisi Lintang Empat Lawang, juga memiliki kepedulian yang sama tentang kelestarian budaya Lintang Empat Lawang. Sebagai orang yang menetap di “Dusun”, ia sangat merasakan kegelisahan budaya tersebut. Ia menjadi saksi hidup melunturnya budaya lokal Lintang Empat Lawang lantaran merasuknya budaya Barat yang tidak mendidik.
“Anak-anak muda di Dusun lebih suka minum-minuman keras ketimbang bekerja. Mereka menggemari musik Barat yang bahasanya tidak dimengerti ketimbang mengembangkan memainkan Gitar Tunggal dan Berejung,” kata Bestari Suud.
Mengharap Dukungan
Dukungan dari semua pihak sangat diharapkan untuk kelancaran kerja Tim ini. Dukungan yang diharapkan adalah support, masukan-masukan ide, dan yang paling penting adalah dana.
“Tanpa dukungan dana, terus terang Tim ini tidak akan bisa berjalan. Oleh karena itu, para tokoh masyarakat Lintang Empat Lawang di perantauan dan Pemkab. Empat Lawang bersedia membantu dana,” kata Abdul Madjid, yang dibenarkan oleh Ismail Majid.