Pilih Gula Aren atau Pemanis Lainnya?


Pilih Gula Aren atau Pemanis Lainnya?

Oleh : Dadang Gusyana, Alumnus Biologi Unpad.


TREN back to nature, merupakan kesadaran konsumen untuk menggunakan produk yang aman dan bergizi. Hasil penelitian yang menunjukkan efek samping dalam penggunaan pemanis sintetis telah memicu meningkatnya penggunaan pemanis natural gula dari pati-patian (starch sweetener) seperti gula aren.

Gula aren sering juga disebut gula merah, diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yartg dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Gula aren merupakan pemanis alami terbuat dari nira aren, diproduksi tanpa memakai zat kimia.

Hasil penelitian dari Philippine Food and Nutrition Research Institute memaparkan gula aren memiliki kandungan makro nutrient yang lebih banyak dari madu dan gula tebu, sertakandungan nitrogen, klorida (CI), sulfur, dan boron yang tidak terdapat pada jenis pemanis lainnya.

Secara alamiah gula aren memiliki Index Glycemic (IG) yang rendah. Rendahnya IG ini bermanfaat bagi pengidap diabetes, atau untuk yang ingin menurunkan berat badan. Gula aren memiliki rata-rata IG-35, lebih rendah dibandingkan dengan madu (IG-55) dan gula tebu (IG-68).

Gula aren melepaskan energinya secara perlahan (slow energy release), sehingga tidak akan terjadi kenaikan atau penurunan kadar gula yang secara tiba-tiba, terlalu tinggi, atau terlalu rendah. Mengapa demikian? Kandungan gula aren yang utama adalah sukrosa (70-79 persen) kemudian glukosa dan fruktosa masing-masing sekitar 3-9 persen.

Pemanis lainnya

Xylitol terdapat secara umum pada serat berbagai macam buah-buahan dan sayuran seperti raspberry, straw-berry, blueberry, blackberry, plum, jagung, gandum, dan birch. Xylitol 1,2 kali lebih manis dari sukrosa, tetapi hal ini masih tergantung pada pH larutan.

Saat ini pembuatan xylitol menggunakan jagung sebagai bahan bakunya. Dalam produksi skala besar dilakukan dengan proses kimiawi dan bioteknologi. Proses kimiawi dilakukan dengan hidrogenasi xylose menggunakan larutan asam. Sementara proses bioteknologi dilakukan menggunakan proses enzimatik dengan bantuan mikro- ba jenis yeast seperti Candida dan Saccharomyces.

Xylitol disebui tooth friendly atau ramah terhadap kesehatan gigi. Pemanis ini memicu produksi air liur yang mengandung banyak mineral penting bagi email gigi sehingga akan memperbaiki kondisi lapisan luar gigi.

Selain itu, dikenal juga sukralosa, palatinosa, dan palatinit. Sukralosa dihasilkan melalui proses klorinasi sukrosa. Pemanis ini mempunyaitingkat kemanisan yang sangat tinggi terhadap sukrosa yaitu 550-750 kali, memiliki kalori yang sangat rendah, yaitu sekitar 2 kalori per satu sendok teh, sedangkan palatinosa merupakan turunan sukrosa sebagai hasil proses enzimatis.

Palatinosa mempunyai kemanisan lebih rendah yaitu 0,42 kalinya sukrosa, tetapi mempunyai keuntungan yaitu tidak merusak gigi dan kandungan kalorinya sekitar 4 kkal/gram. Palatinit merupakan campuran dari 6-O-(x-D-glukopiranosil)-D-manitol dan 6-O-(x-D-glukopiranosil)-D-sorbitol dan diproduksi melalui tiga tahap, yaitu hidrogenasi palatinosa, pemurnian, dan rekristalisasi.

Jadi, perhatikan kandungan pemanis dalam makanan/minuman apakah yang tergolong aman untuk dikonsumsi?"*

(Dadang Gusyana, Alumnus Biologi Unpad)
Sumber : http://bataviase.co.id/node/247056
◄ Newer Post Older Post ►