Buah naga termasuk tanaman merambat sehingga membutuhkan penopang/panjatan untuk menopang tanaman. Tiang panjatan harus kuat dan mampu bertahan selama beberapa tahun karena usia tanaman buah naga yang panjang.
Tiang panjatan dalam penanaman buah naga ada dua macam bentuk/model, yaitu bentuk tunggal dan bentuk kelompok/pagar. Berikut ini penjelasannya :
Tiang panjatan bentuk tunggal bisa menggunakan beton dan panjatan hidup/batang tanaman yang hidup. Kedua jenis panjatan ini digunakan untuk menopang sebanyak empat tanaman yang berproduksi dengan produktivitas rata-rata 3 kg per tanaman.
Panjatan yang umum digunakan adalah panjatan tiang beton segi empat berukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 – 2,5 m, bentuk lain dibuat bulat ataupun segitiga. Penggunaan tiang beton lebih baik karena kuat dan tahan lama menahan beratnya tanaman. Kelemahan dari penggunaan tiang dari beton adalah percabangan tanaman dibagian dalam menjadi tidak produktif karena batang buah naga berbentuk segitiga dan bagian yang menempel/ternaungi tidak menghasilkan bunga dan buah.
Panjatan tiang beton ini ditancapkan ditanah dengan cara dicor dengan kedalaman sekitar 30 – 50 cm agar tiang berdiri kokoh dan kuat menyangga tanaman. Pada ujung tiang bagian atas diberi besi melingkar berdiameter sekitar 50 – 60 cm berbentuk seperti stir mobil. Besi lingkaran ini berfungsi sebagai tempat menopang cabang dan anak cabang/tunas. Apabila besi beton dirasa terlalu mahal, bisa menggunakan ban sepeda motor atu bisa juga para-para dari kayu yang dibentuk menyilang.
Alternatif lain selain menggunakan tiang beton, bisa menggunakan tiang panjatan hidup. Artinya, tiang panjatan berupa tanaman hidup yang memiliki perakaran cukup dalam minimal 30 cm dan tanaman tersebut harus tahan pemangkasan berat karena buah naga harus terkena sinar matahari langsung agar bisa berproduksi dengan maksimal. Karena itulah harus sering dilakukan pemangkasan daun apabila sudah menutupi batang dan cabang buah naga. Tiang panjatan hidup harus memiliki tinggi minimal 2 meter dan memiliki diameter minimal 10 cm karena kalau diameter lebih kecil dikhawatirkan tidak kuat menopang tanaman buah naga yang berat. Penggunaan tiang jenis ini lebih hemat biaya daripada tiang beton meskipun tidak sekuat dan tahan lama seperti tiang dari beton.
Tiang Panjatan Bentuk Kelompok (Double Rowing)
Model tiang panjatan ini mirip dengan tiang untuk menjemur pakaian. Dua buah tiang dihubungkan dengan kawat tebal penyangga batang tanaman buah naga dengan jarak antar tiang 4 meter. Tiang terbuat dari semen cor berukuran minimal 10 x 10 cm tinggi 2-2,5 meter termasuk bagian yang terpendam didalam tanah 30 – 50 cm. Pada tiang cor ini diberi pengait sebagai tempat ikatan kawat yang menghubungkan dua tiang yang berfungsi sebagai pengikat batang pokok tanaman buah naga.Jarak antar kawat pengikat batang 50 cm dan 100 cm dari permukaan tanah.Tiang sebaiknya diberi penguat agar tidak miring nantinya ketika menopang beratnya sulur buah naga. Pada ujung tiang dipasang besi beton berukuran 8 inci melintang sepanjang 50 – 60 cm.
Sistem panjatan double rowing ini dengan panjang 4 meter dapat menampung 20 – 26 tanaman buah naga, dibagi sama pada sisi kiri dan kanan. Misal 20 tanaman maka penataannya 10 di sisi kiri dan 10 di sisi kanan. Jarak tanam antar baris 30 cm dan antar tanaman dalam baris juga 30 cm. Dengan penataan seperti itu akan membuat jumlah cahaya diterima dan jumlah sulur yang bertumpuk bisa merata dan seimbang.Sulur yang menghadap cahaya lebih mudah berbuah dan menghasilkan buah 80% kelas A.