Pagi-pagi Abunawas sudah bangun kemudian melaksanakan sholat subuh. Setelah itu dia mempersiapkan cangkul untuk dibawanya ke kebun. Ia sudah tampak siap untuk menanam kentang di kebun.
Istri Abunawas sudah mempersiapkan bekal makanan secukupnya. Makanan juga sudah siap untuk dibawa ke kebun. Tiba-tiba datanglah sekawanan prajurit lengkap dengan komandannya.
“ Hei, Abunawas mana? “ tanya prajurit dengan kasar pada istri Abunawas.
“ Apa tuan mencari suami hamba? “ istri Abunawas balik bertanya.
“ Ya iyalah masa mencari abugosong? Cepat tunjukkan mana abunawas.
Prajurit itu nampak sangat geram dengan jawaban istri Abunawas yang terkesan asal-asalan itu. Salah seorang prajurit malah ada yang memelototi istri Abunawas seraya ingin memukulnya. Tiba-tiba Abunawas muncul dari arah belakang rumah.
“ada apa tuan-tuan mencari saya sepagi ini? “ tanya Abunawas dengan tenang.
“ pokoknya kamu harus ikut kami ke penjara! “ perintah pemimpin prajurit itu.
“ lho kok enak sekali menyuruh-nyuruh saya ke penjara. Apa salah saya kok sampai ke penjara segala. Buktikan saya salah apa! “ Abunawas balik bertanya.
“ Salah tidaknya pokoknyananti kamu jelaskan di penjara, titik “, jawab prajurit itu dengan angkuhnya.
Kemudian Abunawas dibawa oleh sekawanan prajurit itu dengan diikat tangannya menuju ke penjara istana. Wajah istri Abunawas tampak begitu kebingungan karena suaminya akan dibawa ke penjara.
Namun, dengan tenang Abunawas mengikuti kemauan prajurit itu. Abunawas tetap senyum sepanjang jalan, seolah-olah tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan.
“ Ah, tenang saja pasti semua beres. Kan aku tidak melakukan kesalahan apa pun sehingga aku tidak perlu khawatir “, ucap Abunawas dalam hati.
“ Heh, Abunawas kenapa kamu senyum-senyum terus dari tadi padahal kamu akan masuk penjara tahu? “ ucap pemimpin prajurit dengan congkaknya.
“ Ada deh, pokoknya rahasia “, Abunawas menjawab sekenanya saja.
“ Awas nanti kalau sudah di penjara pasti kamu babak belur dan akan bertekuk lutut minta ampun padaku “, prajurit membalas ucapan Abunawas.
“he…he…kenapa aku harus takut padamu? Pada raja saja aku tidak takut, apalagi pada kamu yang hanya seorang prajurit “, balas Abunawas dengan santai.
“ Tutup mulutmu kalau tidak ingin kusobek “, prajurit tampak begitu marah.
Di tengah gurun yang panas itu Abunawas dan prajurit yang membawanya beristirahat di bawah pohon kurma. Prajurit makan bekal makanan yang telah mereka bawa. Abunawas hanya memandangu mereka.
“ Heh kamu jangan memandangi kami dengan muka memelas begitu “, ucap prajurit pada Abunawas.
“ Kalian manusia yang tidak berperikemanusiaan. Selagi kalian makan, tega-teganya membiarkanku kelaparan “, ucap Abunawas.
“ Memang kamu siapaku? “, tanya prajurit sambil makan buah kurma.
”Kalian ternyata cukup bodoh, sampai-sampai lupa siapa aku ini. Dasar otak kalian sudah tidak normal lagi ”,ejek Abunawas menimpali perkataan mereka.
“ Hus jangan kurang ajar dengan kami! Kamu mau kami panggang? “ ancam seorang prajurit.
“ Ya, kalian kan tahu aku ini Abunawas tawanan kalian. Kok sempat-sempatnya tanya siapa diriku? Dasar kalian aneh “, jawab Abunawas.
Kemudian salah seorang prajurit memberikan sekantung air minum pada Abunawas. Air tersebut lantas diminum Abunawas.
Kemudian prajurit meneruskan perjalanannya untuk membawa Abunawas ke penjara istana sesuai perintah Raja Harun Al Rasyid.
Sore hari Abunawas sudah sampai di penjara dengan kawalan prajurit bak orang penting yang akan menghadap raja.
“ Baru kali ini aku diperlakukan seperti orang penting. Akan tetapi, statusnya sebagai tawanan. Sudahlah nikmati saja apa adanya “, ucap Abunawas dalam hati.
Abunawas dituduh mencemarkan nama baik raja. Abunawas bingung dengan tuduhan itu, karena ia merasa tidak pernah mencemarkan nama baik raja.
Dalam penjara, Abunawas berpikir mengapa ada tuduhan yang mengada-ada itu. Siapa yang memfitnah dirinya?
Akan tetapi, bukan tuduhan itu yang membuat Abunawas pusing tujuh keliling. Abunawas hanya memikirkan keadaan istrinya di rumah. Abunawas juga memikirkan kebunnya yang akan ditanami kentang.
Kemudian Abunawas menulis surat untuk istrinya.
“ Istriku saying, janganlah bersedih. Kamu tetap masih bisa makan dan hidup mewah, sebab aku memiliki banyak harta. Akan tetapi untuk mendapatkan hartaku yang berlimpah, kamu harus menggali kebun yang biasa ditanami kentang oleh kita. Dalam kebun itu banyak emas, permata, dan benda-benda antik yang mencukupimu dan keturunan kita hingga beberapa generasi. Jangan bicarakan hal ini pad siapapun “.
Abunawas menitipkan surat itu pada prajurit yang menjaganya di penjara istana. Namun, sebelum disampaikan pada istri Abunawas surat itu, terlebih dahulu dibuka oleh si prajurit yang dititipinya.
Prajurit itu kemudian melaporkan isi surat tersebut pada Raja Harun Al Rasyid. Hati Raja Harun Al Rasyid sangat gembira mendengar berita itu.
“ Wah apa benar isi surat itu? “ ucap Raja Harun Al Rasyid dalam hati.
Tanpa berpikir panjang, Raja Harun Al Rasyid memerintahkan prajurit-prajuritnya menggali kebun Abunawas untuk mendapatkan harta seperti yang dikemukakan Abunawas.
Kemudian prajurit istana beramai-ramai menuju kebun Abunawas. Prajurit dikerahkan untuk menggali kebun kentang milik Abunawas. Dengan bersemangat, prajurit menggali kebun kentang tersebut.
Hari sudah siang, tetapi harta yang dituliskan Abunawas di dalam surat belum ditemukan.
Seluruh kebun kentang abunawas sudah digali oleh prajurit-prajurit istana, tetapi tidak membawa hasil. Kemudia para prajurit pulang tanpa membawa hasil.
“ Lapor Raja, ternyata tidak ada harta seperti yang tertulis di dalam surat abunawas untuk istrinya di rumah “, salah seorang prajurit melapor dengan suara pelan.
“ Bodoh! Kita dibohongi Abunawas “, ucap Raja Harun dengan nada marah.
Abunawas di dalam penjara tertawa geli mendengar rencananya berhasil sehingga tanpa capek-capek menggali tanah untuk kebun kentang. Kemudian Abunawas menitipkan surat lagi untuk istri tercintanya.
“ Kebun kentang kita sudah digali oleh prajurit-prajurit istana maka sekarang tugasmu adalah menanam benih-benih kentang yang telah aku siapkan kemarin. Aku sebentar lagi juga keluar penjara karena aku tidak bersalah “.
Kemudian surat itu dititipkan Abunawas pada seorang prajurit. Seperti biasanya, Raja Harun Al Rasyid membaca surat itu. Raja Harun Al Rasyid merasa tertipu dan malu pada abunawas. Namun, raja juga kagum dengan kecerdikan Abunawas.
Surat Abunawas itu sampai juga pada istri tercintanya. Istri Abunawas kemudian menanami kebunnya dengan bibit kentang seperti yang diperintahkan Abunawas.
Selang beberapa hari kemudian, Abunawas dibebaskan dari penjara karena terbukti tidak bersalah. Abunawas merasa sangat senang sebab dia bisa bertemu dengan istrinya kembali.
“ Alhamdulillah, akhirnya aku bebas juga “, ucap Abunawas denga gembira.
“Iya sayang, kita harus bersyukur pada Allah SWT sebab kita selalu diliputi karunia-Nya yang begitu banyak. Kebun kita juga selesai digali sehingga aku tidak perlu capek-capek lagi he...he...he... “, Abunawas berkata pada istrinya.
Istri Abunawas kemudian menyuruh Abunawas untuk makan. Abunawas tampak begitu lahap menyantap makanan yang disediakanistrinya. Istri Abunawas tampak begitu senang melihat suaminya bersamanya lagi.
Moral Cerita : Kecerdikan mampu melawan penindasan dan kejahatan. Hendaknya kita menjadi orang cerdik agar tidak mudah ditindas orang lain.
Download Filenya disini