Sementara ancaman itu— “I am coming to you. You will explode in a few minutes”—yang diambil selama peristiwa itu, telah meningkatkan ketegangan, tidak ada bukti tentang asal-muasalnya.
Amerika Serikat pada Kamis lalu (10/1) mengajukan protes diplomatik resmi kepada Iran atas peristiwa hari Minggu itu, dimana perahu motor cepat Iran membayangi kapal perang AS di Teluk Persia.
Adm. William Fallon, komandan puncak militer AS di Timur Tengah, mengatakan bahwa Iran mengambil risiko meletusnya satu konflik yang tidak disengaja jika perahu-perahunya terus mengganggu kapal perang AS di selat itu.
Seorang pejabat AL AS bahkan mengatakan bahwa USS Whidbey Island pernah melepaskan tembakan peringatan kepada sebuah perahu kecil Iran yang dengan cepat mendekatinya di Selat Hormuz pada 19 Desember tahun lalu.
Sejak peristiwa Minggu itu diumumkan kepada publik satu hari kemudian, AL AS mengatakan adalah belum jelas dari mana asal suara itu. Dalam siaran ulang teve dari video yang dirilis Pentagon, layar berubah gelap dan suara itu pun terdengar, jelas berjarak dari peristiwa aktual yang terjadi di laut.
“Kita tidak bisa mengetahui dengan pasti dari mana suara itu datang,” kata Cmdr. Lydia Robertson, jurubicara Armada Kelima di Bahrain. “Itu mungkin dari sebuah stasiun pantai.”
Pada kenyataanya, suara di dalam audio itu terdengar berbeda dari milik seorang militer Iran yang tampak berbicara kepada kapal penjelajah Port Royal lewat sebuah radio dari perahu kecil dalam video yang dirilis pemerintah Iran. Ditanya apakah para pejabat AS mempertimbangkan ancaman-ancaman itu datang dari seseorang yang bukan orang Iran ketika merilis video dan audio itu, Adm. Gary Roughead, Kepala Operasi AL berkata, “Alasan mengapa audio itu dilapiskan ke atas video tersebut adalah untuk memberi anda suatu gagasan yang lebih baik mengenai apa yang sedang terjadi.”
Dalam tahun-tahun terakhir, kapal-kapal perang Amerika yang beroperasi di Timur Tengah harus menghadapi sebuah suara misterius yang mengganggu, yang dikenal sebagai “Monyet Filipina”, mungkin lebih daripada satu orang, yang ikut menguping lalu lintas radio antarkapal lalu menyela, menghina, dan membentak-bentak. Para serdadu perempuan AL dikatakan kerap menerima kata-kata yang melecehkan.
Rick Hoffman, pensiunan kapten yang mengabdi selama 17 tahun di Teluk, mengatakan ia menjadi korban ejekan seorang pembicara di radio berulang-kali selama apa yang disebut dengan “Perang Kapal Tanker” pada 1980-an ketika Iran dan Irak terlibat dalam peperangan.
“Selama 25 tahun, terdapat orang yang misterius ini yang, jam demi jam, bersorak-sorak yang tidak senonoh dan ancam-mengancam,” katanya. “Ia bisa jadi berada di sisi dermaga di suatu tempat atau di kanal dari suatu kapal dagang.”
Lalu, mengapa harus Iran yang dijadikan tertuduh?
sumber: the seattle time