Oleh ROSIHAN ANWAR
Saya doakan wartawan Indonesia, baik yang sudah memenuhi standardisasi profesional dan kompetensi, maupun yang belum memperolehnya, baik yang sudah mantap maupun yang masih susah agar tetap bekerja sesuai dengan tradisi pers pergerakan nasional pada awal abad ke-20 yaitu melindungi golongan yang lemah dan terjajah, membela rakyat yang dizalimi oleh penguasa, atau dalam bahasa kaum muda sosdem (sosial demokrasi) sekarang agar memihak kaum miskin atau pro-poor.
Dengan begitu, wartawan Indonesia tetap jujur pada dirinya, berbuat benar menaati jati diri dan idealismenya.
Kepada sesama anak bangsa, saya sampaikan salam silaturahmi disertai doa semoga kita semua mampu menjaga agar Indonesia tetap jujur terhadap dirinya, mampu menegakkan martabat dan harga dirinya, tidak terombang-ambing di tengah pergolakan globalisasi dunia dan tersihir oleh pengaruh neokapitalisme dan neoliberalisme yang tidak berperikemanusiaan.
Betapa pun sulitnya dirasakan beban tekanan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, betapa pun suramnya masa depan, betapa besarnya kekecewaan akibat ketertingggalan Indonesia dari negeri-negeri lain di kawasan Asia Tenggara, namun janganlah lupa berterima kasih tiap hari kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jika di negara lain di benua lain terdapat peperangan, pengeboman, pembunuhan, kita di Indonesia relatif masih aman. Oleh karena itu, marilah kita bersyukur tiap kali bangun pagi kepada Tuhan Yang Maha Pelindung.
Banyak generasi muda, kendati telah menyelesaikan studi dan meraih gelar kesarjanaan, amat sulit memperoleh pekerjaan. Banyak rakyat kita mengalami pengangguran, menghadapi kesukaran di bidang pendidikan, kesehatan dan mereka tidak bisa keluar dari keterpurukan karena pemimpin yang tanpa visi dan tanpa peduli, karena elite dan oligarki politik dan bisnis lebih sibuk dengan kepentingan dan kekuasaannya sendiri ketimbang menolong rakyat yang mayoritas.
Dalam keadaan sulit demikian, kita makin terdorong mendoakan dan mengharapkan supaya anak bangsa mengubah kehidupannya, mentransformasi sikap dan wataknya. Mereka yang terimpit dalam kesakitan agar berusaha bangkit berdiri menjadi insan yang kreatif dan bekerja walaupun di bidang terbatas dan sekecil-kecilnya. Namun, mereka yang di atas memegang kekuasaan berubah menjadi insan yang menaruh welas-asih dan memberikan perhatian kepada keadilan dan kesejahteraan sosial bagi rakyat ini yang telah begitu lama menderita.
Saya doakan agar kita semua punya sikap membantu orang-orang lain. Jangan lupa memuliakan kaum ibu kita, usahakan memberdayakan kaum perempuan supaya mereka lebih tangguh berfungsi sebagai pendidik anak bangsa. Ingat selalu ibu-ibu kita yang selama sembilan bulan mengandung anak mereka, kemudian membesarkan dan mengasuh anak dengan kasih sayang. Kita berutang budi pada mereka. Bantulah mereka.
Saya doakan agar dalam keadaan bagaimanapun juga kita tetap bersikap positif. Tidak terus mengomel dan mengkritik. Berusaha mengurangi kesenjangan sosial dan melenyapkan kecemburuan sosial. Berusaha bersama-sama mencari cahaya terang di ujung terowongan gelap. Berusaha memperbaiki lingkungan hidup.
Tidak ada yang orisinal, tidak ada yang luar biasa dalam salam dan doa di atas tadi. Saya hanya mengutip filsafat Oprah Winfrey, tokoh media televisi ternama di Amerika, seorang Afro-America, talkshow hostess yang berpengaruh dan berwibawa. Filsafat Oprah dirumuskan dalam kata-katanya sendiri adalah (1) Be true yourself, (2) Be grateful every day, (3) Transform your life, (4) Help others, (5) Stay positive.
Mungkin biasa-biasa saja kedengarannya, tetapi bagi saya cukup mengesankan justru karena biasa-biasa itu, namun mengandung suatu kebenaran yang mendalam. Dengan pengharapan agar bangsa Indonesia dalam tahun 2008 akan lebih baik keadaannya, sekali lagi bersama ini terimalah salam dan doa akhir tahun dari seorang wartawan tua. Semoga Tuhan memberkati kita semua.***
*) Penulis, wartawan senior.