Warga RT 08/03 Kelurahan Baros, Kecamatan Kotaagung, Ruminah (57), mengaku pasrah dan tidak bisa berpikir lagi menghadapi kenyataan hidup dari ke hari yang kian sulit.
Saat harga beras asalan Rp4.500 per kilogram saja, janda lima anak ini harus banting tulang dan memeras keringat agar bisa makan sehari dua kali tanpa lauk-pauk.
"Sekarang, harga beras paling murah Rp6.500/kg, membuat kepala saya mau pecah. Entah bagaimana nasib saya ke depan," kata Ruminah sembari menetap langit-langit rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah bolong-bolong, Jumat (11-1).
Yang membuat Ruminah tambah stres menghadapi kenyataan, yaitu sulitnya mendapatkan minyak tanah walau hanya untuk mengisi kompor sekitar dua liter dan lampu sentir yang selama ini menjadi pelita (penerangan) di malam hari.
"Nyari minyak tanah selama hampir tiga bulan ini luar biasa susahnya. Harus antre atau lari-lari dari satu warung ke warung lain. Harganyanya juga sudah mencapai Rp3.000/liter," katanya.
Nasib serupa juga dialami ratusan rumah tangga miskin (RTM) lain yang berada di Kotaagung। Mereka umumnya berprofesi sebagai buruh kasar, tukang becak, tukang ojek, dan nelayan gurem.
Saat harga-harga semakin melambung tinggi, mereka hanya bisa mengeluh dan tidak bisa berbuat apa-apa.
"Harga raskin (beras untuk keluarga msikin) saja sekarang naik, dari Rp1,200/kg, dipatok Rp1.600/kg," kata Asnah, warga kelurahan Pasar Madang, Kotaagung, yang suaminya hanya bekerja sebagai buruh di Pasar Kotaagung.
Bagi ratusan RTM, bisa makan sehari dua kali dengan porsi yang dikurangi separonya saja sudah untung। Jangan mimpi jika makanan mereka itu mencukupi empat sehat lima sempurna. Makan dengan nasi putih, ditambah ikan asin atau sepotong tempe goreng, dan sayur bening bagi mereka sudah merupakan makanan istimewa dan mahal.
Minum susu dan makan buah-buahan bagi mereka seperti dalam angan-angan."Boro-boro mau minum susu dan makan buah-buahan dan daging. Untuk beli beras sekilo dan minyak tanah seliter saja saya harus kerja dari pagi sampai malam. Itu pun belum tentu dapat. Belum lagi mikirin biaya sekolah anak-anak, terus kalau ada yang sakit, tidak bisa dibayangkan lagi," kata Mardi, tukang ojek di Pasar Kotaagung.(*)