Ide Bisnis | Bisnis Gamis Manohara

Drama Manohara Odelia Pinot membawa berkah bisnis. Munculnya Manohara di Sinetron menjadi berkah tersendiri, salah satunya bagi para pedagang pakaian.

Gamis yang sering kali dipakai Manohara di dalam sinetron justru membuahkan tren fenomenal. Semua orang kini ingin memiliki gamis Manohara.

Kini model gamis yang diklaim oleh banyak pedagang sebagai gamis Manohara diburu oleh para kaum hawa baik tua maupun muda, demi mendapat kepuasan untuk mengikuti tren model.

Rini salah satu pemilik Toko Marsya di kawasan Pasar Tanah Abang Blok A mengatakan tren fenomena gamis Manohara atau jenis pakaian lainnya yang dipakai Manohara tidak terlepas dari kemunculan gadis cantik tersebut di televisi belakangan ini. Ia mangaku merasa senang mendapat berkah rezeki dari menggeliatnya permintaan gamis Manohara.

"Tren gamis Manohara, terjadi semenjak Manohara main Sinetron. Semenjak itu lah orang-orang mulai ngikutin sinetron," katanya kepada detikFinance.

Rini mengatakan bagi para pedagang, fenomena ini bukan lah fenomena baru, karena sebelum gamis Manohara naik daun. Model pakaian gamis Inayah, Jihan, juga sempat booming laris manis terjual, yang pemicunya oleh adanya sinetron yang berjudul Inayah. Bahkan untuk pakaian muslim pria, baju koko ala Pasha Ungu juga sempat dicari-cari banyak orang.

Dikatakannya sebagai pedagang, ia tidak mau ambil pusing dengan soal ini, yang penting kata dia, bagaimana bisa mendapat keuntungan dari tren sesaat ini.

Di tokonya, ia menjajakan beberapa jenis baju Manohara termasuk gamis Manohara yang dibandrol Rp 2 juta per kodi (20 potong) atau hanya Rp 100.000 per potong. Sedangkan
untuk stelan model two in one untuk jenis Manohara hanya dijual Rp 1 juta per kodi,
atau dijual Rp 65.000 per potongnya.

"Peminat gamis Manohara itu tua dan muda, per harinya kita bisa jual sampai 50 kodi," katanya.

Jadi sudah kebayangkan berapa omset para pedagang per harinya, dari hanya menjual gamis Manohara?

Ia menambahkan pengenaan label untuk pakaian atau gamis Manohara secara prinsipnya sebenarnya hanya untuk memudahkan proses pengenalan model gamis tertentu atau semacam barcode bagi pedagang. Yang kemudian menjadi label bagi para pembeli untuk mencari produk dambaannya.

Berdasarkan pemantaun detikFinance di Blok A, hampir ditemukan semua para pedagang mengaku kalau produk gamis yang ia jual adalah gamis Manohara.

Padahal, bagi sebagian pedagang yang mau berbagi cerita kepada detikFinance, secara prinsip jenis gamis Manohara tidak ada yang menjadi ciri yang khas. Sehingga wajar saja kalau semua potongan berjenis gamis kaum hawa akan diklaim sebagai gamis Manohara oleh para pedagang termasuk menempelkan nama Manohara pada produk yang di display.

"Baju Manohara itu bukan hanya gamis, tapi ada juga yang model kaosnya. Manohara juga kan tidak jelas pakaiannya, saat di sinetron," kata Eva salah satu pedagang di Blok A.

Dilain sisi munculnya tren gamis Manohara tidak melulu disambut positif oleh para pedagang di kawasan Tanah Abang Blok A. Sebut saja Lilis salah satu pegawai toko Amor mengatakan meski tokonya menjual banyak pakaian muslimah termasuk berbagai gamis. Namun sampai saat ini ia merasa bingung jika ditanyakan oleh para ibu-ibu yang menanyakan keberadaan gamis Manohara.

"Saya juga kalau ditanya baju gamis Manohara, saya bingung dan tidak tahu, sering sekali ibu-ibu bertanya, mana baju Manohara, yang mana, mana gamis Manohara?, " katanya menirukan para ibu pemburu baju Manohara.

Setali tiga uang dengan Lilis, Buyung Pemilik Toko Lecani mengatakan tren gamis Manohara hanyalah fenomena latah masyarakat yang terlalu terbawa tren sesaat saja. Buyung mengakui secara model, pakaian gamis Manohara sebenarnya sudah banyak diproduksi sejak lama namun sejak sosok Manohara getol memakai gamis di acara sinetron, model gamis tersebut menjadi terkenal.

"Kalau konsumen yang berkelas nggak mungkin mau beli (gamis Manohara). Saya melihatnya pembelinya menengah ke bawah. Orang-orang  kita itu cenderung latah," ucapnya sinis.

Dikatakan Buyung, tren gamis Manohara sudah mulai terjadi sejak 2-3 minggu lalu, yang ia perkirakan akan berlanjut sampai periode lebaran nanti. Ia memastikan tren tersebut lambat laun akan memudar kembali setelah masyarakat jenuh.

"Biasanya kalau sinetronya selesai, maka trennya pun hilang, sama seperti pakaian Jihan, Inayah, Pasha dan lain-lain," terangnya.

Sementara itu salah satu pembeli di Pasar Tanah Abang Blok A yang ditemui detikFinance, Aminah mengatakan salah satu alasanya memburu gamis Manohara, tidak lain tidak bukan untuk tidak dicap ketinggalan model. Khususnya dalam mempersiapkan pakaian baru untuk lebaran yang hanya menyisakan 30 hari kedepan.

"Biar nggak ketinggalan model, yang penting Manohara," ucapnya tertawa.

Masih dengan para pedagang di kawasan Blok A, adalah Hendra pemilik toko Busana Baru, mengatakan masalah gamis Manohara tidak terlepas dari trik-trik pemasaran para pedagang dan pabrikan garmen untuk membentuk pasar. Maklum saja tren semacam ini selalu muncul sepanjang tahun dengan jenis label yang berbeda tergantung ekspektasi masyarakat yang sedang terjadi.

"Jujur saja booming gamis Manohara, cuma strategi pemasaran saja.  Mana yang bisa dijual laku, ya kita ikutin," terangnya.

Dia mengakui dari 20 model gamis yang ia jajakan di tokonya, untuk jenis gamis Manohara hanya beberapa jenis saja, namun  umumnya justru  yang paling laku terjual.

Dikatakannya jenis gamis Manohara yang ia jual mencapai Rp 75.000 per potong, namun ia mensyaratkan pembelian minimal 3 potong. Walhasil dalam satu hari ia berhasil menjual puluhan lusin gamis Manohara dengan nilai belasan hingga puluhan juta rupiah.

"Kunjungan di Tanah Abang sedang puncaknya, sebagian ada yang dari luar kota, termasuk yang memburu gamis Manohara," katanya.

Sekarang ini kata dia, permintaan gamis Manohara mulai meningkat dari berbagai daerah, khusus untuk tokonya ia sering mengirim ke Medan selama seminggu terakhir ini.

Dengan jujur ia mengatakan jenis-jenis gamis yang ia klaim sebagai jenis  Manohara umumnya ia peroleh dari agen yang mengimpor jadi langsung dari China, terutama menjelang lebaran ini permintaan impor garmen dari termasuk jenis gamis sangat tinggi.

"Saya dapet dari agen di Jakarta," ungkapnya.

Bagi yang mau mencoba peruntungan, kata Hendra, sangat memungkinkan karena permintaan baju gamis Manohara juga diminati di berbagai daerah. Peluangnya kata dia, bisa dengan membangun jaringan dengan  menjual ke beberapa daerah. Diantaranya membeli dari grosir Tanah Abang atau langsung membeli dari agen atau produsen garmen di Bandung dan Jakarta.

"Mumpung masih jadi tren," serunya.
Bagaimana tertarik?



Sumber : detik.com
◄ Newer Post Older Post ►