Ide Bisnis | Bisnis Rumahan Celana Jins

Juki (29) mengeluarkan puluhan celana jins dari kardus. Dengan cekatan, satu persatu celana dimasukan pada selongsong ban dalam yang sudah diisi angin. Jins pun mengembang dan tangan Juki menyambutnya dengan memberi pewarna merah.

"Ini untuk aksesoris celana jins biar warna-warni. Saya dapat upah Rp 500/celana," kata Juki disalah satu bengkel pewarna jins di daerah Sukabumi Selatan, Jakarta Barat.

Setelah diwarnai menggunakan kuas secara manual, celana itu dicuci melalui beberapa tahap. Sesudahnya, celana jins itu siap dipasarkan usai dikeringkan dan dipak ke dalam kardus.

"Lumayan. Nggak pernah seret orderan. Selalu ada saja," imbuh Juki ketika disinggung dampak krisis ekonomi terhadap permintaan pengerjaannya.

Meski demikian, order setelah krisis memang menurun signifikan. Bila sebelumnya dapat membawa pulang Rp 200.000/hari/orang, kini hanya separuhnya. Hal itu disebabkan upah per potong celana diturunkan dari Rp 700/celana menjadi Rp 500/celana.

"Yang penting nggak sampai di PHK. Tetap kerja," kata Juki.

Di kawasan Sukabumi Selatan, terdapat sedikitnya 48 usaha serupa. Jenis usaha industri rumahan seperti ini kerapkali kebal dihantam krisis ekonomi global. Sebab, modal yag dipergunakan tidaklah sebombastis industri besar.

"Kita ngandelin duit yang ada saja. Jadi nggak bergantung sama pihak lain," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Londry Sukabumi Selatan, Rozali.

Saat kiris sepuluh tahun lalu, banyak industri garmen berskala besar gulung tikar. Tetapi tidak demikian dengan industri rumahan di kawasan tersebut.Kuncinya, selain modal sendiri, pangsa pasar celana tersebut dari pinggir jalan sampai di mal dan pasar modern lainnya.

"Harus kreatif. Kalau nggak begitu kita sudah bubar dari dulu-dulu," tukas Rozali.




Sumber : detik.com
◄ Newer Post Older Post ►