Kita yang pernah mengenyam bangku pendidikan SMA, pastilah pernah belajar salah satu teori ekonomi “ Supply and Demand”. Dimana jika suatu barang yang tadinya tercukupi oleh produksinya, dan kemudian barang tersebut menjadi berkurang produksinya, maka otomatis harga barang tersebut akan naik harganya. Dan juga semakin langka barang, akan semakin tinggi nilainya.
Berikut saya sampikan grafik produksi emas dalam 10 tahun terakhir, yang terlihat dengan sangat jelas penurunan produksinya.
Produksi emas Dunia menurun, karena semakin terbatasnya tambang-tambang baru, dan juga tingkat kesulitan menambang juga semakin besar. Coba kalau kita lihat penambangan Freeport di papua, lobang galiannya sudah” amat sangat dalam banget”.
………. . Hal ini juga menyebabkan biaya penambangan juga meningkat.
Alasan kedua
Kita tahu bahwa saat ini perdagangan Dunia memakai US$, US$ dipakai untuk jual beli dalam skala besar, karena 60% Penduduk Bumi memakai US$ dalam jual-beli. Coba anda lihat di harga2 berbagai komoditi Dunia, pastilah ada harga dalam US$ di situ. Dan mata uang negeri adidaya ini mata uangnya juga disimpan dalam bank-bank sentral Negara-negara lain di Dunia, termasuk Bank of Indonesia kita tercinta.
Penurunan nilai mata uang US$ berakibat pada daya beli yang juga menurun. Akibatnya barang dan jasa yang dibeli dengan US$ akan meningkat, termasuk juga emas. Contoh penurunan daya beli ini pernah saya sajikan dalam tulisan lain, ONH semakin murah. Atau juga kenaikan barang2 seperti gula, gandum dan gula di Pasaran Dunia. Dan pastilah emas juga meningkat harganya oleh penurunan mata uang ini.
Dalam web ini juga pernah membahas mengenai kekuatan mata uang US$, yang dinamakan US$ index, namun US$ Index hanya dipakai untuk mengukur kekuatan US$ terhadap mata uang kuat lain. Sehingga patokan standarnya “bukan daya beli”. Namun kekuatan relative terhadap mata uang lain. Contoh gampangnya kita ibaratkan US$ seperti orang naik mobil avanza yang bergerak mundur 10km/jam. Dan bis-bis atau kendaraan lain juga bergerak 5km/jam, diibaratkan mata uang lain. Si pengendara avanza akan merasa kecepatan mobilnya hanya 5km/jam. Namun jika melihat tiang listrik yang diam,yang kita ibaratkan benda2 riil seperti emas, beras dll. Maka mundurnya si pengendara avanza akan merasa lebih cepat. Itulah bedanya ukuran dalam US$index dan ukuran Daya beli US$.
Untuk mengukur nilai mata uang US$ dalam daya belinya, berikut saya sampaikan chart yang saya ambil dari webnya mas budwood dibawah tulisan ini.
Pecahan 100dolar di tahun 1950, masih berdaya beli 100Dolar. Dalam chartnya mas budwood ini, dikaitkan dengan perang yang dilakukan oleh Amerika. Dengan membiayai berbagai perang tersebut Amerika memerlukan biaya yang “amat sangat besar banget”. Sehingga untuk kebutuhan biaya tersebut mengandalkan pencetakan-pencetakan uang baru. ….( Kan gampang tinggal print ajah)……
100dolar itu di tahun 2010 ini tinggal hanya seharga 12dolar saja. Barang yang dulu ditahun 1950 hanya berharga 12dolar menjadi 100dolar di 2010 ini. ….. (Rupanya US$, kayak rupiah kita juga ya, waktu saya sekolah tahun 1990-an parkir mobil di kota solo hanya 100rupiah, kini sudah 2000rupiah)…… pantas juga dompet kita saat ini terlalu tebal, bukan karena tambah kaya. Namun karena perlu membawa yang lebih banyak
Praktisi ekonomi International lain seperti Pak Vildan Serin mengatakan, penurunan nilai US$ ini juga dipicu, pengurangan pemakaian US$ dalam perdagangan minyak oleh Negara2 OPEC. Dulu perdagangan minyak hanya memakai satu mata uang, namun kini mereka menggunakan basket currency (sekeranjang uang : seperti US$, Euro, YJP, Emas, dll).
Penurunan ini juga disebabkan negeri Paman Sam yang menerapkan ekonomi sangat kapitalis, karena memang Bapaknya ekonomi kapitalis, dimana antara sector riil dan keuangan tidak seimbang. Perbandingan antara sector riil dan keuangan derivative adalah 1 : 700, ekonominya digerakkan oleh uang dari hampa melalui spekulasi di pasar uang/saham. Bahkan banyak yang mengatakan bursa saham di New York sebagai kasino terbesar di Dunia.
Alasan ketiga
Coba buka dompet anda dan perhatikan salah satu uang kertas yang anda punya. Misalkan yang ada di dompet anda saat ini bernilai 50.000 rupiah. Kenapa bernilai 50rb ?… jika anda menjawab karena uang tersebut memang bernilai 50ribu, pendapat anda-pun ada benarnya, karena memang ada tertulis nilai di uang tersebut. Namun bagaimana jika selembar uang kertas tersebut tidak ada tulisan apapun, dan masih berwarna putih. Masihkah kita akan menganggap sebagai uang bernilai 50ribu ?. pastilah anda akan berkata….. “kalau belum ada di tulis apapun berarti juga tidak bernilai” alias nol. Memang sebenarnya uang kertas bernilai nol, dia menjadi bernilai karena ada lembaga ataupun pemerintah yang menjamin bahwa kertas tersebut menjadi ada nilainya.
Dari berbagai sumber yang saya dapatkan, biaya cetak selembar uang 100 USD hanya 4sen (atau hanya 0,04% nilainya) jika misalkan saya membeli tanah anda seharga US$ 10.000 (sekitar 90juta rupiah) sebenarnya saya hanya membayar anda US$ 4 (sekitar 9.000 rupiah) inilah gap perpindahan kekayaan yang tidak adil. Ada orang yang punya tanah dan ada orang yang punya setumpuk kertas maka bisa disamakan nilainya. Kalau Negara penjaminnya tidak terpercaya ?. maka habislah kekayaan pemegang kertas tersebut.Dan saat ini, jumlah uang kertas di cetak dengan tanpa dijamin oleh persediaan emas, karena memang tinggal cetak/print selesai. Coba kalau mesti di jamin oleh persediaan emas, musti nyari tambang emas dulu lalu explorasi dan kegiatan tambang lain yang memerlukan susah payah.
Berikut saya sampaikan jumlah uang di bank sentral Amerika The FED yang saya ambil dari situsnya.
Garis berwarna merah merupakan uang yang sangat liquid atau dalam istilahnya Monetary base. Uang ini terdiri dari uang koin dan juga kertas yang ada di bank sentral dan bank-bank komersial dan juga uang yang beredar di masyarakat. Dan perhatikan pada tahun 2008 yang meningkat sangat drastis karena krisis supreme mortgage di Amerika. Dan di cetak dengan sangat banyak. Dan grafik biru merupakan seluruh uang monetary base ditambah dengan uang-uang lainnya yang kurang liquid menyangkut giro, deposito, travel check, dll. Dipakai juga sebagai indicator untuk inflasi. Lihatlah grafik pertumbuhannya dari sekitar US$1000B di tahun 1980 menjadi hampir US$9000 di tahun 2010. Baca juga mengenai inflasi. Jumlah uang kertas yang semakin membengkak secara perlahan namun pasti akan turut mematikan uang kertas itu sendiri. Karena jumlahnya yang melimpah maka daya belinya akan berkurang
Alasan keempat
melihat potensi Negara-negara yang saat ini sangat pesat dalam pertumbuhan perekonomiannya, yaitu China dan India, yang keduanya di Asia dan mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, masing-masing 1,3 dan 1,1 Milyard. dua Negara ini ditambah Rusia, dan Brazil juga disebut BRIC (Brazil, Rusia, India, China).
Alasan kelima
Coba kita lihat hutang Amerika. kenapa musti Amerika yang akan kita bahas ?. karena memang Negara ini adalah super power, baik dari militernya, maupun ekonominya. Coba perhatikan Negara Negara ini mempunyai militer yang terkuat di Dunia, namun justru penyerangannya kje berbagai Negara membuahkan hutang yang sangat banyak, dan juga dari segi ekonomi. Negara ini mampu menyerap 40% dari eksport Negara di seluruh muka bumi ini.