Elang Bondol (Haliastur indus)




Burung Elang Bondol (Haliastur indus) Berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher, dan dda putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang Paria pada ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu.Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram.

Klasifikasi ilmiah burung  Elang Bondol:
Kerajaan : Animalia
Filum       : Chordata
Kelas      : Aves
Order      : Falconiformes (atau Accipitriformes , qv)
Keluarga : Accipitridae
Genus     : Haliastur
Spesies    : H. Indus
nama latin: Haliastur indus (Pieter Boddaert,1783)

Suara :
Jeritan meringkik “iiuw-wir-r-r-r-r” saat terbang berpasangan. Memekik keras “piiiii-yah” ketika mengejar pendatang yang memasuki daerah teretori.

Penyebaran global :
Daerah sekitar pantai di Asia Tenggara, Cina, dan Australia. Sedangkan di Indonesia dan India, masih dapat ditemukan di daerah pedalaman.

Penyebaran lokal dan status :
Umum tersebar di seluruh Indonesia, jarang ditemui di Jawa dan Bali. Menghuni habitat sekitar pantai dan kepulauan di daerah tropis. Juga masih dapat ditemukan di lahan basah dan hutan dataran rendah sampai ketinggian 2000 m di pedalaman yang jauh dari pantai.

Kebiasaan :
Biasanya sendirian, tetapi di daerah yang makanannya melimpah dapat membentuk kelompok sampai 35 individu. Ketika berada di sekitar sarang, sesekali memperlihatkan perilaku terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat dan dilakukan secara berulang-ulang. Terbang rendah di atas permukaan air untuk berburu makanan, tetapi terkadang juga menunggu mangsa sambil bertengger di pohon dekat perairan, dan sesekali terlihat berjalan di permukaan tanah mencari semut dan rayap. Menyerang burung camar, dara laut, burung air besar, dan burung pemangsa lain yang lebih kecil untuk mencuri makanan.

Makanan:
Sangat bervariasi. Di perairan diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan; juga memakan sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Di daratan memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.

Perkembangbiakan:
Berbiak pada musim kemarau di daerah tropis, sekitar bulan Januari-Juli di Kalimantan, Mei-Oktober di Jawa dan Sulawesi. Bentuk sarang tidak rapi, tersusun atas patahan batang, rumput, daun, rumput laut, sisa makanan dan sampah. Sarang terletak di bangunan atau percabangan pohon yang tersembunyi, 6-50 m dari permukaan tanah. Sedangkan di hutan mangrove, sarang hanya setinggi 2-8 m. Jumlah telur biasanya 2 (1-4 butir), dierami selama 28-35 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 40-56 hari, menjadi dewasa mandiri setelah 2 bulan kemudian.

 

 

Eagle Bondol (Haliastur indus)

Bondol Eagles (Haliastur indus) Sized medium (45 cm), white, blond and brown. Adult: head, neck, and white DDA; wings, back, tail, and abdomen light brown, seen in contrast to the black primary feathers. The whole body renaja brownish with streaks on the chest. The color changes to grayish white in the second year, and reach full adult feathers in the third year. The difference between a young bird with Eagle Paria on the tail end instead of rounded and menggarpu.Iris brown, beak and sera of gray-green, legs and feet dull yellow.

 

Scientific classification Eagle bird Bondol:

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata

Class: Aves

Order: Falconiformes (or Accipitriformes, qv)

Family: Accipitridae

Genus: Haliastur

Species: H. Indus

Latin name: Haliastur indus (Pieter Boddaert, 1783)

 

Voice:
Whinnying screams "iiuw-wir-rrrr" when flying in pairs. Loud squeal "piiiii-yah" when chasing the immigrants who entered the area teretori.

 

Global Dissemination:

The area around the beach in Southeast Asia, China, and Australia. While in Indonesia and India, can still be found in rural areas.

 

Local spread and status:

Common throughout Indonesia, are rarely found in Java and Bali. Inhabit the coastal and island habitats in the tropics. Also still to be found in wetlands and lowland forests to a height of 2000 m in the interior far from the coast.

Habit:
Usually alone, but in areas with abundant food to form groups of up to 35 individuals. When located in the vicinity of the nest, occasionally showing up with a quick flight behavior alternated movement in the air, then fall sharply with wings folded and carried out repeatedly. Flying low over the water surface to hunt for food, but sometimes also waiting for prey while perched in a tree near the water, and occasionally were seen walking on the ground looking for ants and termites. Attacking seagull, sea virgin, large water birds, birds of prey and other smaller ones to steal food.

 

Food:
Very varied. In the waters of which eat crabs, shrimp, and fish; also eat garbage and the remaining fish catch of fishermen. On the mainland prey on birds, chicks, insects and small mammals.

 

Breeding:
Breeding during the dry season in the tropics, around the month of January to July in Borneo, from May to October in Java and Sulawesi. Forms untidy nest, composed of broken stems, grass, leaves, sea grass, food scraps and garbage. Nest building is located in a hidden or branching tree, 6-50 m from the surface. While in the mangrove forest, the nest is only at 2-8 m. The number of eggs usually 2 (1-4 points), incubated for 28-35 days. Tillers begin to learn to fly and leave the nest age 40-56 days, become independent adults after 2 months later.

◄ Newer Post Older Post ►